PPDB di Sekolah Pelosok Bogor, Dibuka Offline karena Susah Sinyal hingga Sepi Tak Ada Antrean
Suasana Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB ) di pelosok Kabupaten Bogor terlihat jauh berbeda dibanding di perkotaan.
Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BABAKAN MADANG - Suasana Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB ) di pelosok Kabupaten Bogor terlihat jauh berbeda dibanding di perkotaan.
Seperti yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 02 Babakan Madang, yang berlokasi di Jalan Bukit Aladin, Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.
Pantauan TribunnewsBogor.com, Kamis (25/6/2020), sekolah ini berlokasi di area perbukitan yang terpantau jauh dari kepadatan pemukiman penduduk.
Bangunan sekolah ini pun tampak dikelilingi lahan kosong dan perkebunan bahkan akses jalan yang ada pun sama sekali tak dilintasi alat transportasi umum.
"PPDB untuk siswa SD yang ingin daftar di kami pakai sistem luring (luar jaringan/offline), karena kalau daring (online) di sini tidak ada sinyal," kata Kepala Sekolah SMPN 02 Babakan Madang, Siti Khodijah kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (25/6/2020).
Terpantau, untuk PPDB pihak sekolah hanya membuka satu loket berupa satu meja pendaftaran yang diisi beberapa petugas.
Namun, pendaftar yang datang terlihat jarang dan sepi tak ada antrean.

Kendala yang dialami pihak sekolah rupanya bukan hanya masalah geografis dan sinyal, tapi juga pola pikir masyarakat setempat yang mayoritas berprofesi sebagai buruh tani.
"Saya kemarin dalam PPDB ini seminggu kemarin itu sampai 16 sekolah SD saya keliling. Saya menjaring sekolah-sekolah SD yang dekat dengan SMP ini dan semuanya itu masih berpikir apakah masuk SMP atau tidak. Ini akses yang sangat sulit dijangkau anak-anak dan banyak masyarakat yang tidak memiliki transportasi," kata Siti.
Meski begitu, kata dia, pihak sekolah tetap berkeliling melakukan sosialisasi agar warga mau melanjutkan sekolah anak-anaknya ke SMP.
Kemudian pendaftaran PPDB dilakukan secara kolektif.
Bahkan, di sekolah ini tak ada penolakan pendaftar PPDB yang ramai seperti di daerah lain karena pihak sekolah justru kekurangan siswa.
"Saya sosialisasi ke sekolah-sekolah, kerja sama dengan UPT, kepala-kepala sekolah semua koordinasi untuk hayu sama-sama majukan Bojongkoneng untuk sekolah. Target saya hanya 7 kelas kok, gak banyak, mudah-mudahan itu terealisasi, sekarang sudah mau 5 kelas nih, mudah-mudahan perjuangan ini membuahkan hasil," ungkap Siti.(*)