Pengaduan Terus Bertambah, Ini Kronologi Pemotongan BST di Klapanunggal Bogor, Camat Akui Tak Tahu
Pengaduan dari warga yang mengalami pemotongan Bantuan Sosial Tunai (BST) di Desa Klapanunggal, Kabupaten Bogor terus bertambah.
Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, KLAPANUNGGAL - Pengaduan dari warga yang mengalami pemotongan Bantuan Sosial Tunai (BST) di Desa Klapanunggal, Kabupaten Bogor terus bertambah.
Setelah sejumlah warga mengeluhkan hal itu dan mengadu ke Polres Bogor, para warga lainnya pun turut menyampaikan hal yang sama.
Salah satu warga Desa Klapanunggal, Herny Kusumawati (43) mengatakan bahwa BST yang seharusnya Rp 600 ribu, dipotong menjadi Rp 300 ribu.
"Semua (penerima) pokoknya dipotong Rp 300 ribu, di satu Desa Klapanunggal," kata Herny kepada wartawan.
Dia menjelaskan bahwa BST tersebut setiap bulannya memang sebesar Rp 300 ribu.
Namun pada hari pemotongan itu warga harus menerima Rp 600 ribu sebab untuk hitungan rangkap dua bulan Maret dan April.
"Dipotong jadi Rp 300 ribu, jadi kita nerimanya cuma satu bulan. Padahal yang tertera di situ dua bulan Rp 600 ribu," katanya.
Herny menceritakan bahwa awalnya BST itu dibagikan oleh pihak kantor pos secara normal Rp 600 ribu yang mana pembagian dilakukan di sebuah ruangan gedung sekolah.
Setelah warga menerima uang tersebut, ada pihak non kantor pos menggiring warga ke ruangan lain dan disana pemotongan dilakukan oleh pihak desa.
Di sana diinformasikan bahwa pemotongan ini dilakukan untuk warga lain yang belum kebagian bantuan namun menurutnya hal itu begitu mendadak tanpa ada pemberitahuan dari awal.
"Kita disuruh masuk ke ruangan, kita diambil Rp 300 ribu. Siniin bu Rp 300 ribu, ini untuk dialihkan ke yang lain. Contoh ada ibu sini, kaget tidak ada pemberitahuan. Dari kantor pos kita terima Rp 600, udah gitu di ruangan kelas oleh pihak desa diambil," katanya.
Setelah melapor ke Polres Bogor, kata dia, ada pihak tak dikenal yang menyudutkan warga yang tak terima pemotongan BST ini.
Beberapa dari warga ini malah ada yang diancam orang tak dikenal di media sosial Facebook.
"Masalah lapor ke Polres itu katanya saya mengkoordinir. Padahal bukan, sama sekali saya enggak mengkoordinir. Itu warga masyarakat yang minta ke saya, bu ini gimana. Ya udah, Polsek ada di depan kita, ke polsek aja kita tanyain, baiknya gimana, gitu. Kalau pengancaman yang lain, buka saya," Herny.