Sosok Naftali Bennett, Calon Pengganti Benjamin Netanyahu Sebagai PM Israel, Sebut Palestina Tak Ada
Bennet dan Yair Lapid sepakat membentuk pemerintahan baru untuk menggulingkan Benjamin Netanyahu sbeagai PM Israel.
Pada 2010, ia terpilih menjadi Direktur Jenderal Dewan Yesha dan menentang pembekuan pemukiman.

Bennet Terkenal dalam Politik Retorika
Al Jazeera melaporkan, Bennet terkenal dalam politik retorika sayap kanan, nasionalis religius.
Pria berusia 49 tahun itu telah mencurahkan dukungan kepada pemilih sayap kanan sepanjang karirnya.
Ia memimpin partai Yamina, yang menyuarakan Israel untuk mencaplok sebagian Tapi Barat yang diduduki.
Seorang politisi hebat yang tidak menghindar dari kontroversi, Bennett sangat liberal dalam bidang ekonomi dan mengambil garis agresif terhadap Iran.
Bennet berbagi ideologi ini dengan Netanyahu dan telah bertugas di beberapa pemerintahan pemimpin Likud.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keduanya semakin ditentang.
Pada Minggu (30/5/2021), Bennett mengatakan dia akan bergabung dengan koalisi pemerintahan yang dapat mengakhiri pemerintahan 12 tahun Netanyahu.
Ia setuju untuk bergabung dengan Yair Lapid dalam koalisi untuk mencopot Perdana Menteri.
Lapid telah menawarkan untuk berbagi kekuasaan, membiarkan Bennett menjalani masa jabatan pertama dengan rotasi sebagai Perdana Menteri.

Kontroversi Naftali Bennett
Pada 2013, dia mengatakan "teroris harus dibunuh, bukan dibebaskan".
Ia telah menimbulkan kontroversi dalam beberapa kesempatan.
Bennett pernah menyatakan bahwa Tepi Barat tidak sedang diduduki karena "tidak pernah ada negara Palestina di sini", dan bahwa konflik Israel -Palestina tidak dapat diselesaikan tetapi harus ditunda.