Heboh Terapis Tunarungu Jombang Hirup Napas Pasien Covid-19, Sempat Beri Kesaksian Sebelum Meninggal

Sebelum dikabarkan meninggal dunia, Masudin sempat membuat pengakuan soal video dirinya hirup napas pasien Covid-19.

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Ardhi Sanjaya
Instagram
terapis tunarungu hirup napas pasien Covid-19 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Aksi seorang terapis tunarungu asal Jombang, Masudin menghirup napas pasien Covid-19 menjadi perbincangan publik.

Selain nekat, kabarnya Masudin meninggal dunia tiga minggu setelah hirup napas pasien Covid-19.

Sebelum dikabarkan meninggal dunia, Masudin sempat membuat pengakuan soal video dirinya hirup napas pasien Covid-19.

Video Masudin menghirup napas pasien Covid-19 sudah beredar luas di masyarakat.

Dalam video Masudin tak sendiri, ia terlihat bersama seorang pria lain.

Sementara di hadapannya, terbaring pria muda yang terbaring.

"KH.Sami'an Detik2 virus Covid nampak jelas 17-4-2021 pukul 22.00 WIB" tulis dalam video.

Di video keduanya bahkan terlihat tak mengenakan masker.

Masudin lalu meminta pria di sampingnya mendekat ke arah pasien.

Ia lantas mendekat ke arah mulut pasien sembari mengibas-ngibaskan lengannya.

Ia seperti sedang menghirup napas dari pasien yang terbaring.

Pria berbatik pendek itu bahkan meminta pak kyai untuk membuka mulut.

Lalu menghirup uap dari pasien Covid.

"Kurang dekat kyai, buka mulutnya" ucap pria berbaju lengan pendek.

Selanjutnya, pria itu juga melakukan hal yang sama.

Ia mendekat ke wajah pasien dan membuka mulut.

Video tersebut juga pernah diposting akun Instagram @mr.masudinjombang.

Setelah beberapa lama video itu kemudian dihapus.

Pada 11 Juni 2021, Masudin membuat video klarifikasi soal aksi menghirup napas pasien Covid-19.

"Saya mau mengkalarifikasi sekaligus permohonan maaf atas adanya video yang masuk ke IG,

karena kami sampai saat ini baru tau, saya kaget sekali," kata Masudin.

Ia menerangkan bahwa video itu direkam saat menjenguk seseorang di rumah sakit.

Bahkan Masudin mengaku tak mengenal pasien yang ada di videonya tersebut.

"Bahwa itu adalah video kunjungan kami kepada sahabat kami Almarhum H Rokim di salah satu rumah sakit,

itu menantunya, saya pun ndak kenal namanya," kata Masudin.

Masudin mengaku ia sama sekali tak berniat membuat video tersebut menjadi viral.

"Itu video tidak ada rencana untuk dokumen pribadi karena beliau sakit, " katanya.

Masudin juga mengaku tak mengetahui video dirinya sedang hirup napas pasien Covid-19 beredar luas di Instagram.

"Mohon maaf karena saya tidak mengetahui itu masuk IG, baru tau kemarin, saya berusaha menghapus tapi ndak bisa, hari ini baru bisa terhapus," kata Masudin.

Masudin mengatakan biasanya ia hanya memposting video terapi telinga.

"Harusnya saya itu biasanya mengirim video terapi telinga yang diuji KH Samian, biasanya menguji menggunakan speaker,

itu ada kekeliriuan harusnya ke WA entah kenapa masuk ke IG,

itu kesalahan yang tidak saya sengaja karena ketidatahuan kami karena itu masuk ke IG maka mohoin maaf sebesarnya, jadi video itu untuk dokumen pribadi," kata Masudin.

Melansir Tribun Jateng, Masudin dikabarkan meninggal dunia pada 13 Juli 2021 dini hari.

Kabar Masudin meninggal dunia dibagikan akun Facebook Perempatan Ketanen Banyuarang Ngoro Jombang.

Mashudin sendiri merupakan ahli pengobatan THT spesilis tuna rungu.

Ia berasal dari Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Sebelumnya, pria 47 tahun itu sudah mengeluhkan sakit kambung dan demam.

Semasa hidupnya, Masudin dikenal sebagai sosok yang dermawan.

Almarhum kerap membantu pembangunan masjid, jalan dan rumah bagi orang kurang mampu.

Dirinya juga pernah mendapatkan penghargaan rekor MURI sebagai terapis tercepat pada tahun 2012.

Pasiennya pun datang dari berbagai kalangan bahkan luar negeri.

Masudin Bersama Opick Pada 2017

Melansir Tribunnews.com, Penyanyi Religi Opick bersama pakar terapi pengobatan telinga yaitu Mr. Masudin, mengadakan kegiatan sosial untuk penyembuhan 100 penderita Tuna Rungu di Kediaman Opick, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (26/7/2017).

Sebelum dilakukan terapi, Mr. Masudin memaparkan teknik terapi, yakni pijit saraf pendengaran yang kurang berfungsi akibat syarat dengar tertutup.

Lalu satu persatu penderita tuna rungu baik muda maupun dewasa menjalani terapi dipijit di bagaian telinga dan kepala. Kurang lebih 30 detik waktu yang dibutuhkan untuk setiap kali terapi.

Setelah diterapi, mereka dipanggil namanya serta ditepuk dari jarak jauh, mereka mengacungkan tangan tanda mampu mendengar.

Mr. Masudin dan Opick berencana akan menggelar kegiatan sosial penyembuhan penderita tuna rungu setiap sebulan sekali.

Tribun Jateng / Tribunnews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved