Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Lama Terungkap, Kriminolog : Apakah Ada Faktor X ?
Kriminolog Unpad, Yesmil Anwar pun angkat bicara, terkait mengapa tersangka hingga kini masih sulit dibuktikan oleh polisi.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Walaupun sudah dua pekan berjalan, kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang masih belum menemui titik terang.
Bahkan, 25 saksi, termasuk Yosef (suami Tuti) dan istri mudanya, M. pun secara bergantian telah diperiksa polisi.
Penggunaan teknologi digital dan anjing pelacak pun telah dikerahkan petugas guna menguak tabir misteri dari kasus yang terjadi pada 18 Agustus tersebut.
Kriminolog Unpad, Yesmil Anwar pun angkat bicara, terkait mengapa tersangka hingga kini masih sulit dibuktikan oleh polisi.
Menurutnya yang perlu ditelusuri dan diperhatikan, selain keterangan saksi dan temuan dugaan barang bukti di tempat kejadian perkara, tapi juga faktor X yang dimungkinkan saling berkaitan, antara keterangan saksi dan kondisi kondisi korban semasa hidup.
"Sebenarnya saya juga agak mempertanyakan, karena beberapa waktu lalu, polisi dengan lantang menyatakan bahwa ini merupakan kriminal murni, tapi kok begini lama pengungkapan kasusnya. Maka kita pun bertanya-tanya apakah ada faktor x atau hambatan-hambatan yang dapat mengganggu jalannya penyelidikan di lapangan," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (3/9/2021).
Melihat proses penyelidikan yang dilakukan dan sulitnya pengungkapan tersangka, Yesmil pun menduga bahwa kasus ini merupakan jenis pembunuhan berencana.
Oleh karena itu, bila kasus ini merupakan pembunuhan berencana, maka yang harus ditelusuri adalah potensi motif pembunuhan yang dilakukan.
Terlebih dalam setiap kasus pembunuhan berencana, selalu terkait dengan tiga motif utama yang menyertainya, yaitu motif hubungan sosial, seperti asmara, lalu, motif kekuasaan, dan harta.
"Ketiga motif tadi selalu menjadi latarbelakang dari orang melakukan tindak kejahatan. Dengan demikian maka pihak kepolisian harus menelusuri kemungkinan dari ketiga motif tersebut, apakah ada kaitannya dengan masalah finansial, kekuasaan, atau hubungan sosial antara korban dengan pelaku, termasuk karakter korban dengan orang lain semasa hidupnya," ucapnya.
Meskipun pendekatan motif sudah menjadi cara klasik, tapi lanjutnya, hal itu dalam ilmu kriminologi tetap menjadi penting untuk dilakukan.
Sehingga temuan alat bukti, hasil pemeriksaan forensik, dan dugaan motif ini menjadi satu rangkaian dalam upaya menguak sebuah kasus pembunuhan.
"Kecuali, apabila pelaku sudah terbuka, maka pendalaman motif menjadi nomor dua, yang penting faktanya sudah jelas atau tidak," ujar Yesmil.
Disinggung, terkait jenis kasus pembunuhan berencana, dimungkinkan telah direncanakan secara matang dan melibatkan banyak pelaku, sehingga aksi tersebut sangat rapi dan sulit dibuktikan.
Menurutnya, hal tersebut mungkin terjadi, terlebih dalam setiap kasus kejahatan, dimungkinkan adanya pelaku dan aktor intelektual, atau yang disuruh melakukan dan yang menyuruh melakukan aksi tersebut.
"Sebetulnya kalau aksi kejahatan melibatkan beberapa orang yang dicurigai melakukannya, merupakan poin yang bagus untuk lebih mengutamakan bukti forensik dari kondisi mayat tersebut. Terkait bagaimana cara korban di bunuh, dengan apa, dan kemungkinan-kemungkinan yang mendasari tewasnya korban," ucapnya.
Akan tetapi, Ia lebih berharap pihak kepolisian lebih meningkatkan fokusnya terhadap motif yang mendasari terjadinya pembunuhan.
Karena, dengan terus memperbanyak saksi yang diperiksa justru akan mengaburkan fakta yang ada.
"Saya dan masyarakat berharap, agar kasus ini sesegera mungkin dapat terungkap oleh pihak kepolisian, karena menyangkut dengan hal yang cukup kontroversial dan juga reputasi dari kepolisian. Tapi saya yakin bahwa cepat atau lambat, kasus ini mampu diungkap secara terang benderang oleh aparat yang berwenang," katanya