Ditumbalkan Orangtua, Begini Kondisi Bocah Korban Pesugihan, Aksi Keji ke Anak Lainnya Terkuak
Sebelum AP, orangtua sempat mencekoki anak pertamanya dengan air garam hingga meregang nyawa.
Penulis: khairunnisa | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Matanya dilukai orangtua, kondisi AP (6), bocah yang jadi korban pesugihan kini membaik.
Beberapa waktu lalu, AP menjalani operasi mata usai mata disiksa ibunya.
Kondisi terkini AP pun diungkap dokter mata RS Syekh Yusuf, dr Yusuf.
Diwartakan sebelumnya, seorang bocah menangis histeris usai dijadikan tumbal oleh kedua orangtuanya untuk ritual pesugihan.
Beruntung, aksi keji orangtua AP gagal usai dipergoki paman korban, Bayu.
Peristiwa itu terjadi di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Jumat (3/9/2021).
Dikutip TribunnewsBogor.com dari tayangan TV One, dokter mata yang mengoperasi AP, dr Yusuf mengurai kondisi terkini korban ritual pesugihan itu.
Diungkap dokter, bagian putih di mata bocah malang itu sudah rusak.
Baca juga: Detik-detik Pembunuh Wanita Terekam CCTV Masuk Kamar Hotel, Bawa Benda Ini Usai Habisi Teman Kencan
Namun beruntung, bagian hitam mata yang jadi bagian penting dalam proses penglihatan nyatanya masih bisa terselamatkan.
"Setelah kita operasi, kondisinya trauma, bagian putih mata, konjungtiva dan sklera, 360 derajat itu semuanya robek, tapi yang hitam matanya itu masih bagus, enggak ada masalah," kata dr Yusuf dikutip pada Selasa (7/9/2021).
Karenanya, dokter pun optimis bahwa mata kanan AP bisa sembuh seperti sediakala.
"Yang di atas bisa diperbaiki tapi yang di bawah sudah enggak bisa. Tapi Insya Allah cepat bisa tumbuh lagi," pungkas dr Yusuf.
Guna memulihkan mata korban, dokter melakukan operasi selama satu jam, Senin (6/9/2021).
Melihat kondisi mata korban, dr Yusuf menyebut ada indikasi cakaran dari pelaku kepada korban.
Hal itu lantaran ada jaringan di bagian bawah mata korban yang robek dan terkoyak.

"Ada jaringan yang keluar, mungkin karena dirobek oleh cakaran kuku. Itu sudah kita gunting dan kita perbaiki lagi tempatnya," ujar dr Yusuf.
Namun beruntung, berkat pertolongan cepat dari paman yang langsung membawa korban ke rumah sakit, kondisi mata AP masih bisa diatasi oleh dokter dengan baik.
Dokter pun menyebut jaringan di penglihatan AP dalam kondisi bagus, pun dengan kornea matanya.
Baca juga: Pria Ini Datangi TKP Pembunuhan Tuti dan Amalia, Sebut Kasus Kematian Ibu Anak 3 Hari Lagi Terkuak
"Korneanya bagus, yang utama itu kornea dan bagian di dalamnya. Yang utama itu visual, jalur untuk cahaya itu aman, tidak ada masalah Insya Allah. Cuma bagian putihnya aja robek, sudah kita perbaiki," ungkap dr Yusuf.
Lebih lanjut, dr Yusuf menyebut jaringan mata kanan sang bocah yang telah rusak bisa kembali tumbuh dengan cepat.
Namun hal tersebut butuh waktu dan penanganan yang lama.
"Semua respon untuk melihat bagus. Cuma kan nanti ada penunjang. Kita takut nanti agak kempes matanya. Tapi Insya Allah dengan perawatan selanjutnya, kita berharap dan berusaha supaya hasil penglihatannya bagus, insya Allah kita terus berusaha," pungkas dr Yusuf.
Meski begitu diyakini sang dokter, AP bisa kembali melihat dalam waktu dekat.
"Kita berdoa supaya anak ini kondisi mentalnya bagus. Fisiknya bagus. Sehingga dia bisa melihat kembali dan punya hidup bahagia kembali, punya masa depan," harap dr Yusuf.

Ada Korban Lain
Sebelum melakukan aksi keji ke anak perempuannya, orangtua AP ternyata pernah melakukan ritual ke kakak korban.
Hal tersebut sampai membuat nyawa kakak korban melayang.
Ya, sebelum AP menjadi korban orangtuanya, sang kakak terlebih dahulu yang dijadikan korban ritual.
Baca juga: Kisah Pilu Balita Diduga Dibuang Orangtua, Meringis Kesakitan Karena Wajahnya Terluka
Hal tersebut diungkap Fitriah Zainuddin, Ketua Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Sulsel.
Dalam tayangan Kompas TV, Fitriah mengurai detik-detik orangtua AP menyiksa anaknya hingga meninggal.
Sebelum AP, orangtua sempat mencekoki anak pertamanya dengan air garam hingga meregang nyawa.
"Jadi kronologi kejadian ini, kakaknya meninggal setelah menjadi korban. Itu (kakak korban) diminumkan 2,5 liter air garam. Akhirnya setelah proses penguburan, pamannya kembali dan dia dengar anak menangis dari dalam rumah itu. Ternyata sudah ada 4 orang, bapak ibu kakek nenek sudah mengerjakan mata kanannya (korban), berproses mencongkel," ungkap Fitriah dikutip pada Selasa (7/9/2021).

Diungkap lebih lanjut oleh Fitriah, ritual pesugihan itu tak hanya dilakukan ibu korban.
Ayah, kakek dan nenek korban juga turut membantu.
"Yang melakukan ibunya sendiri ?" tanya Aiman Witjaksono.
"Ibunya yang melakukan. Tapi ada empat (orang). Kakek neneknya memegangi kaki anak tersebut. Jadi anak tersebut sangat trauma," kata Fitriah.
"Jadi ibunya yang melakukan, bapak kakek nenek yang membantu," jelas Aiman.
Baca juga: Heboh ! Bocah 4 Tahun di Serang Disunat Sosok Misterius, Ini Cerita Sang Ayah
Setelah dilakukan pemeriksaan, orangtua korban ternyata terindikasi mengalami gangguan jiwa.
Karenanya, orangtua korban pun kini diamankan di rumah sakit jiwa.
"Ayah dan ibunya menonjol adanya gangguan jiwa, sehingga sekarang diamankan di rumah sakit jiwa," ujar Fitriah.
Sementara kakek dan nenek korban hingga kini masih diamankan di kantor polisi.
Atas kasus ini, dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak masih terus melakukan pengawasan terhadap korban.

Pelaku Dites Kejiwaan
Dua di antara pelaku kini dirujuk ke Rumah Sakit Dadi Makassar untuk menjalani pemeriksaan mental.
Polisi ingin mengetahui seperti apa kondisi kejiwaan dua pelaku penganiayaan anak tersebut.
Baca juga: Jawab Sejumlah Misteri, Ini 5 Pengakuan Yosef Terkait Tewasnya Istri dan Anak, Kini Diperiksa Lagi
"Kejadian ini adalah kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) terhadap anak di bawah umur dan sampai saat ini kami telah mengamankan tiga orang dan dua sementara menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Jiwa Dadi Makassar sebab ada dugaan awal gangguan mental namun kami masih menunggu hasil pemeriksaan kejiwaan rumah sakit, kata Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Boby Rachman, kepada Kompas.com pada Jumat, (3/9/2021).
Dari hasil pemeriksaan terhadap para tersangka polisi menemukan fakta bahwa motif dari peristiwa ini adalah halusinasi dan bisikan gaib.
"Berdasarkan hasil interogasi dari para tersangka motifnya ini adalah halusinasi di mana tersangka kerap mendapat bisikan gaib yang mengharuskan melakukan kekerasan kepada korban," imbuh AKP Boby Rachman.(*)