Lolos dari Hukuman Mati Setelah Dipenjara 16 Tahun, Narapidana Ini Meninggal Gara-gara Covid-19

Narapidana bernama Damon dibebaskan dari hukuman mati setelah menjalani hidup 16 tahun dipenjara

Editor: Yuyun Hikmatul Uyun
Tribunnews.com
Ilustrasi 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, MINNEAPOLIS — Damon Thibodeaux, yang lolos dari hukuman mati di Louisiana pada 2012, kini dikabarkan meninggal dunia karena Covid-19.

Damon dibebaskan setelah 16 tahun dipenjara, karena akhirnya bukti-bukti DNA menunjukkan dia bukan pembunuh dalam kasusnya.

Namun nasib bercerita lain, Damon tidak meninggal karena dihukum mati melainkan karena Covid-19.

Kematian Damon ini sangat memukul kerabat dan kuasa hukumnya, yang berjuang untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

“Kematian Damon Thibodeaux awal bulan ini sangat tidak adil,” ujar Steve Kaplan, pengacara Minneapolis yang berjibaku membebaskan Thibodeaux setelah 16 tahun di balik jeruji besi.

Damon dinyatakan bersalah pada 1996 atas kematian sepupu perempuannya yang saat itu berusia 14 tahun.

“Saya berjuang menerima situasi ini, tapi rasanya susah sekali,” ujar Steve Kaplan, yang kini sudah pensiun.

Pembunuhan Tewas Penjara Ilustrasi
Pembunuhan Tewas Penjara Ilustrasi (pixabay)

Steve tidak cuma berjuang membersihkan nama Damon, tetapi juga membantunya pindah ke Minnesota untuk memulai kembali hidupnya.

Sekeluar dari penjara, Damon bekerja sebagai pengemudi truk jarak jauh dan menetap bersama keluarganya di Texas.

Ketika diketahui terinfeksi virus Corona, Damon dirawat di Rumah Sakit Jacksonville, Florida, awal Agustus lalu, beberapa hari setelah ia divaksin pertama.

Setelah tiga minggu masuk dan keluar dari perawatan intensif, Damon yang berusia 47 tahun diperkirakan akan pulang.

“Bro, saya akan keluar dari tempat ini dan pulang,” ujar Damon kepada adik lelakinya, David Thibodeaux, pada malam 2 September.

Namun beberapa jam kemudian, telepon David berdering lagi.

Seorang dokter meminta izin untuk menghentikan resusitasi pada Damon setelah paru-parunya rusak dan jantungnya berhenti.

"Hati saya hancur," kata David dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Star Tribune, minggu lalu.

“Saya tidak hanya diminta untuk mengikhlaskan kakak laki-laki saya. Kamu memintaku untuk merelakan sahabatku,” ujar David menggambarkan betapa dekatnya hubungannya dengan Damon.

Bagi David, Damon adalah segalanya.

Mereka bertumbuh bersama, dalam suka dan duka. Termasuk saat mereka mengalami pelecehan oleh mantan suami ibunya.

Pengalaman hidup Damon bahkan lebih memilukan. Tidak cuma oleh mantan suami ibunya, Damon juga dilecehkan oleh kerabat lain, tetangga, bahkan oleh kakeknya sendiri.

"Kami berbagi banyak kesulitan bersama," kata David.

Kebersamaan kakak beradiknya putus ketika Damon terlibat dalam kasus pembunuhan yang tak dilakukannya.

Ketika itu, Juli 1996, Damon yang berusia 22 tahun adalah pekerja geladak di tongkang Sungai Mississippi.

Pada hari itu, dilaporkan sepupu tirinya, yang berusia 14 tahun, hilang saat Damon berada di apartemen keluarganya.

Setelah jasad gadis itu ditemukan di sepanjang sungai, Damon termasuk sasaran interogasi.

Pemeriksaan yang melelahkan telah mendorongnya untuk mengakui kejahatan yang tidak dilakukannya. Setahun kemudian dia dijatuhi hukuman mati.

Kaplan dan lainnya dari firma hukum Minneapolis Fredrikson dan Byron membantu membuktikan bahwa Damon tidak bersalah.

Steve mengatakan bahwa pengakuan Damon tidak sesuai dengan bukti fisik.

Disebutkan bahwa pernyataan para saksi tidak konsisten dan bahwa sejumlah hasil tes DNA tidak menunjukkan hubungan antara dia dan pembunuhan.

Ahli dari jaksa wilayah sendiri menyimpulkan bahwa Damon Thibodeaux telah secara salah mengakui kejahatannya.

Vonis pun dibatalkan dan Damon Thibodeaux dibebaskan pada September 2012.

Meski telah menjalani hukuman penjara 16 tahun atas kejahatan yang tak dilakukannya, Damon tak menunjukkan emosi atau kekecewaannya.

Alih-alih marah dan kecewa atas pengalaman hidupnya, kata pengacara, Damon enteng saja, ia tersenyum santai, tetap optimis dengan kebaikannya.

“Dia memberi pengaruh baik pada semua orang yang beruntung telah mengenalnya,” kenang Steve Kaplan. (Tribunnews.com/TheStar/Hasanah Samhudi)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved