Rimbun Air Jatuh

Kenang Sosok Mirza Pilot Rimbun Air, sang Anak Teringat Rutinitas Ayah Sebelum Bertugas: Suka Telpon

Jasad pilot Rimbun Air, Kaptain H Mirza rencananya akan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.

Penulis: Damanhuri | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
Tribun Papua
Kondisi Pesawat Rimbun Air cargo seri Twin Other 300 PK-OTW di Intan Jaya usai menabrak gunung 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR BARAT -- Jasad pilot Rimbun Air, Kapten H Mirza rencananya akan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.

Seperti diketahui, Kapten H Mirza meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat di Intan Jaya, Papua.

Kapten H Mirza menjadi anggota TNI AU yang berdinas terkahir di Lanud Atang Senjaya (ATS), Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang menjalani Ikatan Dinas Pendek (IDP).

Informasi yang dihimpun TribunnewsBogor.com, jenazah Kapten H Mirza saat ini tengah dalam perjalanan dari Papua menuju ke rumah duka yang berlokasi di RT 2/8 Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Rencananya, jenazah Kapten H Mirza akan dimakamkan di Taman Makam Bahagia yang berlokasi tak jauh dari Lanud Atang Sendjaja.

Sejak siang tadi Kamis (16/9/2021) keluarga hingga kerabat almarhum nampak menanti kedatangan jenazah sang pilot di rumah duka.

Karangan bunga ucapan duka pun berdatangan ke rumah almarhum di Bogor.

Keluarga masih tak menyangka jika Kapten H Mirza wafat saat menjalankan tugasnya di Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Anak kedua Kapten Mirza, Yudistira mengaku sangat terpukul saat mendengar kabar ayahnya menjadi korban kecelakaan pesawat.

Menurutnya, sang ayah kerap kali menghubungi keluarganya di rumah meskipun sedang bertugas.

Bahkan, ia masih mengingat jelas obrolan yang kerap kali diucapkan oleh ayahnya kepada sang ibu di rumah

"Ayah suka telpon ibu ngingetin jangan lupa ayam sama ikan dikasih makan, karena Ayah juga kan ternak ayam sama ikan," ungkapnya mengenang obrolan kedua orangtuanya saat di telepon.

Menurut Yudistira, sanga ayah memang memiliki hoby berternak bebek, ayam dan ikan.

"Iya ayah itu senang peliharaan juga," tamabahnya.

Yudistira melanjutkan, sejam sebelum berangkat bertugas menerbangkan Pesawat Rimbun Air, H Mirza sempat melakukan video call dengan sang istri.

"Saya terakhir banget ya ibu saya ini sebelum prepare itu, dia lagi pakai baju (pilot) itu video call," katanya.

Anak Kedua Pilot Rimbun Air H Mirza Yudistira bercerita soal kenangan terakhirnya bersama sang ayah
Anak Kedua Pilot Rimbun Air H Mirza Yudistira bercerita soal kenangan terakhirnya bersama sang ayah (TribunnewsBogor.com/Lingga Arvian Nugroho)

Sebab, menghubungi keluarga merupakan rutinitas korban sebelum bertugas.

"Iya jadi beliau masih video call, setiap hari, dan hari H itu satu jam sebelum berangkat telepon ibu saya," ujarnya.

Di sisi lain, almarhum juga dikenal sebagai sosok penyayang keluarga.

Dermawan

Kapten H Mirza dikenal sebagai sosok yang dermawan di wilayah tempat tinggalnya di Bogor.

Lelaki yang pernah menempuh pendidikan sekolah penerbangan pada tahun 1986 itu kerap kali berbagi rezeki kepada warga yang kurang mampu.

Hal itu diungkap Wahyu Setiadi, Kketua RT dilingkungan tempat tinggal Kapten H Mirza.

"Memang jarang di rumah karena bertugas, sekalinya di rumah suka mengadakan kegiatan santunan untuk anak-anak yatim dan janda-janda," ujarnya, Rabu (15/9/2021).

Wahyu melanjutkan, H Mirza sering aktif memberikan suport atau dukungan berupa material kepada warga sekitar.

"Iya agustusan sering memberikan sumbangan kalau ada kegiatan bola suka mensuport tim bola ngasih sumbangan kostum , jadi beliau jiwa sosialnya tinggi ya, salut lah saya," katanya.

Mantan Pilot TNI AU

Pilot Pesawat Rimbun Air Captain H. Mirza yang jatuh di Intan Jaya, Papua pernah bertugas sebagai pilot helikopter di Lanud Atang Sendjaja.

Kapten H Mirza menjadi anggota TNI AU yang berdinas terkahir di Lanud Atang Senjaya (ATS), Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang menjalani Ikatan Dinas Pendek (IDP).

"Iya pernah di Auri menjalani ikatan dinas pendek tahun 1986, terakhir dinas di ATS sebagai pilot helikopter," kata anak kedua Kapten Mirza, Yudistira.

suasana rumah duka pilot rimbun air capt Mirza yang dipenuhi karangan bunga ucapan belasungkawa dan banyak kerabat yang datang.
suasana rumah duka pilot rimbun air capt Mirza yang dipenuhi karangan bunga ucapan belasungkawa dan banyak kerabat yang datang. (TribunnewsBogor.com/Lingga Arvian Nugroho)

Sebelum menjadi pilot komersil, Capt Mirza sudah pernah terbang dan bertugas di wilayah Papua hingga ke Aceh

Setelah menjalani masa ikatan dinas pendek, Capt Mirza menjadi pilot perusahaan swasta yang bertugas menerbangkan pesawat ke Kalimantan, Sumatera hingga Papua.

Untuk di Rimbun Air sendiri, kata Yudis, ayahnya baru bertugas diawal tahun 2021.

"Iya kalau di Rimbun Air ini baru sekitar Februari 2021," katanya.

Kronologi

Diketahui sebelumnya Pesawat Rimbun Air PK-OTW hilang kontak di Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya pada Rabu (15/9/2021), pukul 17.37 WIT.

Kronologinya, pada Pukul 06.40 WIT, pesawat take-off dari Kabupaten Nabire menuju Kabupaten Intan Jaya dengan membawa kargo berupa bahan bangunan dan sembako.

Kemudian Pukul 07.30 WIT, Airnav Sugapa melakukan komunikasi terakhir dengan Pilot sebelum hilang kontak.

Dalam Pesawat Rimbun Air PK-OTW terdapat tiga orang kru pesawat.

Di antaranya ada Hj Mirza sebagai pilot, Fajar sebagai Co Pilot, Dan Iswahyudi sebagai teknisi.

Ilustrasi Tim SAR dan Pesawat Rimbun Air
Ilustrasi Tim SAR dan Pesawat Rimbun Air ((KOMPAS.com/IRSUL PANCA ADITRA))

Proses Evakuasi Pesawat Rimbun Air PK-OTW Gunakan Jalur Darat

Diberitakan sebelumnya, Pesawat Rimbun Air yang sebelumnya hilang kontak di kawasan Pegungan Kabupaten Intan Jaya, Papua, kini telah ditemukan dalam kondisi hancur, Rabu (15/9/2021).

Pesawat Rimbun Air itu itemukan di ketinggian 2.400 meter, dengan jarak 5 km dari Bandara Bilogai ke arah Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya.

Menurut Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal, Pesawat Rimbun Air PK-OTW ditemukan pada pukul 11.00 WIT.

Lebih lanjut Kamal mengatakan proses evakuasi Pesawat Rimbun Air PK-OTW menggunakan jalur darat

Hal ini dilakukan lantaran pesawat berada dalam posisi yang terjal dan rutenya juga harus dilalui dengan cara memutar.

"Melalui jalan darat, karena posisi terjal, dan rutenya juga harus memutar," kata Kamal dilansir Kompas TV, Rabu (15/9/2021).

Kamal menambahkan, proses evakuasi tidak hanya melibatkan TNI-Polri, tapi juga melibatkan masyarakat.

(TribunnewsBogor.com/Damanhuri/Lingga)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved