IPB University

Terungkap, Peran Biostatistika dalam Riset Covid-19 Ini Penjelasan Guru Besar IPB University

virus Covid-19 termasuk sangat tinggi mendekati MERS, sehingga intervensi pemerintah sangat penting

IPB University
Profesor Asep Saefudin, Guru Besar Statistika IPB University. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Profesor Asep Saefudin, Guru Besar Statistika IPB University berkesempatan menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Statistika Ria dan Festival Sains Data (SATRIA DATA) 2021.

Dalam kegiatan tersebut, ia menyampaikan tentang peran biostatistika dalam penelitian terkait Covid-19.

Ia menjelaskan, lanskap tren pandemi sebagian besar didominasi oleh negara maju.

Ia mengatakan bahwa tingginya kasus Covid-19 dapat dipengaruhi oleh dunia politik masing-masing negara.

“Indonesia juga memiliki grafik kasus positif yang serupa. Analisis lebih mendalam dengan biostatistik dan epidemiologi harus dilakukan untuk menggali faktor-faktor yang menyebabkan ragam jumlah kasus. Contohnya faktor yang berkaitan dengan individu atau sistem imun dan lingkungannya, pola hidup masyarakat, dan komorbiditas,” kata Prof Asep Saefudin.

Sebagai pakar statistik, ia ingin memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih sadar dengan istilah media massa yang digunakan dalam memberitakan Covid-19.

Ia mencontohkan seperti istilah biostatistik Ro, Re, dan Rt.

Istilah Ro artinya reproduksi dasar, yang mengartikan jumlah infeksi yang disebabkan oleh perilaku manusia tanpa intervensi pemerintah.

Nilai Ro ini cenderung tinggi ketika Covid-19 terjadi di awal Maret 2020 dan belum ada kebijakan pembatasan.

Sementara itu, istilah Re mengartikan jumlah reproduksi efektif yakni jumlah masyarakat yang terinfeksi dengan intervensi di tingkat regional atau kesehatan masyarakat.

Nilai Re ini diharapkan lebih kecil dari satu yang menandakan intervensi pemerintah berhasil dalam menekan angka positif. 

Sedangkan istilah Rt mengartikan reproduksi kasus positif pada suatu satuan waktu tertentu.

Dalam biostatistik, kata Prof Asep, kasus infeksi dan laju kematian populasi seringkali dibahas.

Biostastik juga berperan atas penentuan batas waktu pembatasan kegiatan masyarakat yakni 14 hari.

Batas waktu tersebut didasarkan pada karakteristik dan perilaku virus Covid-19.

Dosen IPB University itu juga menerangkan laju kematian akibat Covid-19 dibandingkan dengan infeksi virus lain seperti MERS masih jauh di bawahnya.

Namun demikian, tingkat bahaya dari suatu virus tidak bisa hanya didasarkan pada tingginya laju kematian tetapi harus dilihat dari reproduktivitasnya.

“Reproduktivitas virus Covid-19 termasuk sangat tinggi mendekati MERS. Sehingga intervensi pemerintah sangat penting,” tambah Prof Asep.

Lebih lanjut, Prof Asep menjelaskan, dalam bidang biostatistik, analisis model penyakit menular biasanya menggunakan metode SEIR (Suspectible, Exposed, Infectious, Removed). Ia menjelaskan, melalui metode tersebut didapatkan informasi lonjakan infeksi pada Juli hingga Agustus 2021 lalu. Tentunya penurunan angka postif yang cukup baik diharapkan akan terus berlangsung.

“Namun, pemerintah tidak boleh lepas tangan sehingga masih ada intervensi PPKM yang diperketat mendekati Desember 2021. Kebijakan ini diambil karena dikhawatirkan agenda liburan akhir tahun dapat meningkatkan kerumunan,” katanya.

Biostatistik juga berperan dalam menganalisis sensivitas dan spesifisitas tes Covid-19.

Uji coba vaksin  dengan biostatistik juga dapat meningkatkan manfaat dan mengurangi infeksi.

Aplikasi biostatistik yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yakni adanya aplikasi Peduli Lindungi.

Gabungan biostatistik dan kecerdasan buatan bermanfaat untuk memantau nilai distribusi Ro agar selalu lebih kecil dari 0,5.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved