Breaking News
Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Dukungan Orang Tua, Kunci Sukses Vaksinasi untuk Anak 6-11 Tahun

Berdasarkan pantauan pada seminggu terakhir, kata Maxi, sudah lebih dari 500 ribu anak yang tervaksinasi.

Editor: Ardhi Sanjaya
Ist
Diskusi soal vaksin untuk anak usia 6-11 tahun 

“Nantinya anak-anak yang sudah divaksin bisa menjelaskan ke anak lain, demikian juga orang tua yang anaknya sudah divaksin, bisa berbagi dengan orang tua lain yang anaknya belum divaksin,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro menjelaskan kenapa anak-anak perlu diberikan vaksin Covid-19.

“Kalau kita lihat, anak-anak usia 6-11 tahun kalau kena COVID cenderung ringan atau tanpa gejala. Namun COVID juga bisa menyebabkan gejala berat dan harus dirawat terutama anak dengan komorbid, misalnya penyakit jantung bawaan, diabetes dan asma,” ujarnya.

Sri menambahkan, meski gejala klinis Covid-19 pada anak ringan, namun anak-anak ini tetap bisa menularkan virus ke orang-orang sekitar, termasuk kepada anggota keluarga lansia.

“Bila kakek nenek dengan komorbid belum divaksin maka bila terinfeksi COVID bisa berbahaya. Jadi vaksinasi pada anak ada keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain. Apalagi anak-anak bersiap PTM, maka vaksinasi perlu dilakukan. Anak-anak ini harus imun supaya tidak tular-menular,” ujarnya seraya menekankan, jangan sampai saat pembelajaran dibuka ada klaster baru dari sekolah.

Vaksinasi anak juga penting guna mencapai kekebalan kelompok.

“Kalau mau capai herd immunity, perlu memvaksinasi 70% dari sasaran vaksinasi atau 40% dari populasi, termasuk anak tentunya,”
ujar Sri.

Sekali lagi Sri menegaskan bahwa Prokes 5M dan vaksinasi harus dikerjakan bersama, guna meminimalisasi penularan. Terkait hal ini, ia juga menjelaskan risiko anak menjadi super spreader.

“Ada anak lucu digendong-gendong, dicium-cium padahal OTG sehingga bisa menular ke orang lain. Dengan menjalankan Prokes dan vaksinasi maka penularan akan minimal. Kalau sakitnya ringan, maka angka kematian bisa ditekan. Kalau ada penyakit yang menyebabkan orang meninggal artinya masih ada masalah,” urai Sri.

Terkait lokasi vaksinasi, ia menyebutkan, ada alasan mengapa vaksinasi anak usia 6-11 tahun sebaiknya dilakukan di sekolah, sebagaimana program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang biasa dilaksanakan pada Oktober-November. Lokasi di sekolah menurutnya baik, dengan
pertimbangan kondisi psikologis anak.

“Di sekolah suasananya beda daripada vaksinasi dikerjakan di rumah sakit. Apalagi lihat anak-anak lain disuntik tidak menangis, maka anak akan malu jika menangis. Selain itu ada guru yang sudah dikenal, ayah ibunya bisa menunggu. Selain itu anak-anak bisa diatur kedatangannya, jangan bergerombol. Sekolah harus menyediakan sarana jika terjadi emergensi, misalnya oksigen dan infus set, serta ada guru UKS yang bertanggung jawab terhadap anak-anak yang sakit,” tuturnya.

Ketua ITAGI juga mengingatkan pentingnya mengejar imunisasi rutin setiap tahun pada anak, yang selama pandemi COVID diakui agak ketinggalan karena segenap sumber daya dikerahkan untuk mengatasi pandemi. Untuk itu, ia mendorong orang tua untuk memastikan kembali jadwal imunisasi rutin yang ada. Ia menjelaskan, vaksin Covid-19 dan imunisasi rutin dapat dilakukan selang dua minggu.

Bagi anak yang memiliki alergi, Sri menganjurkan orang tua untuk memvaksinasi anaknya di fasyankes yang memiliki peralatan lengkap sehingga jika ada reaksi pasca vaksinasi bisa selekasnya ditangani.

Vaksinasi merupakan pemenuhan hak anak untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Demikian disampaikan oleh Psikolog anak, Seto Mulyadi. Pengertian tersebut, menurutnya, harus dikampanyekan terus-menerus guna menghapus keraguan orang tua akan pentingnya vaksinasi anak.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved