Pengamat Sebut Gus Yahya Harus Mampu Menjauhkan NU dari Wilayah Politik Praktis
Pengamat sebut kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya harus mampu menghindari Nahdlatul Ulama (NU) dari permainan politik praktis.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menilai, kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya harus mampu menghindari Nahdlatul Ulama (NU) dari permainan politik praktis.
Artinya NU tak lagi tergoda dengan rayuan politik praktis yang sifatnya sesaat dan pragmatis.
"NU mesti mampu menjaga jarak dengan kekuasaan. NU jangan lagi ditarik-tarik ke wilayah politik praktis," kata Ujang saat dihubungi Tribun, Minggu (26/12/2021).
Terkait arah dukungan jelang pemilihan presiden 2024, Gus Yahya juga diharapkan menjaga marwah NU dan independensinya.
Baca juga: PCNU Kota Bogor Berharap Kepemimpinan Gus Yahya Bawa NU Jadi Lebih Baik
"Dan potensi ke arah sana ada. Namun kita lihat saja apa yang akan terjadi pada NU ke depan," tandasnya.
Pengaruhi Kepemimpinan Cak Imin di PKB
Gus Yahya merupakan putra dari salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH Muhammad Cholil Bisri.
Diketahui sang ayah pernah mengemban tugas sebagai Wakil Ketua MPR RI periode 5 Juni 2002 hingga 23 Agustus 2004.
Dirinya juga merupakan kakak kandung dari Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas.
Gus Yahya pernah menempuh pendidikan di Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, Jawa Tengah, berlanjut ke Pondok Pesantren KH Ali Maksum di Krapyak, Yogyakarta.
Dirinya juga pernah berkuliah di Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
(*)