Sebut Tahun 2022 Akhir Jadi Keutungan Anies untuk Maju di Pilpres, Pengamat: Tak Ada di Capres Lain
Menurut Yunarto, ketika sudah tak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies akan memiliki ruang gerak lebih banyak jika ingin kampanye.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Damanhuri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan mengakhiri masa jabatannya pada 16 Oktober 2022.
Kursi gubernur DKI Jakarta pun akan diisi oleh Plt hingga Pilkada 2024.
Direktur Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, berakhirnya masa jabatan Anies di tahun ini justru akan menjadi keuntungan untuk maju menjadi calon presiden (Capres).
"Berakhirnya masa jabatan Anies Baswedan di 2022 menurut saya malah menguntungkan dirinya dalam kapasitas maju sebagai capres," kata Yunarto dilansir dari Kompas TV, Senin (10/1/2021).
Menurut Yunarto, ketika sudah tak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies akan memiliki ruang gerak lebih banyak jika ingin melakukan kampanye untuk di Pilpres 2024.
Mengingat, Anies yang saat ini masih menjabat sebagai gubernur masih memiliki keterbatasan untuk keluar dari daerah Ibu Kota.
"Kalau kita lihat bahkan harus dibuat seperti kerja sama BUMD antar provinsi sehingga keluar justifikasi dia keluar daerah yang diasumsikan oleh sebagian pihak sebagai kampanye terselubung," ujarnya.
"Sekarang dia bebas untuk bergerak keluar DKI, berbicara tentang isu lebih besar di level negara," lanjutnya.
Selain itu, Yunarto menuturkan, berakhirnya masa jabatan Anies ini juga akan mempermudah untuk bertemu dengan para relawan yang sebelumnya telah mendeklarasikan Anies sebagai capres di Pilpres 2024.
Kuntungan itu, lanjut dia, hanya didapatkan Anies karena belum terikat oleh partai politik mana pun, seperti nama-nama politikus yang juga selalu muncul dalam survei Capres 2024.
Baca juga: Kalah Elektabilitas dari Prabowo Sebagai Calon Presiden, Anies Baswedan Posisi Teratas Cawapres
Baca juga: Hasil Simulasi Terbaru Pilpres Prabowo vs Ganjar dan Anies, Siapa yang Lebih Unggul?
"Ini yang tidak bisa dilakukan oleh capres lain yang surveinya juga cukup kuat. Hanya dimiliki oleh Anies dan Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) yang tidak terikat oleh partai tertentu," katanya.
"Berbeda dengan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dan Sandiaga Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) dari partai tertentu tanpa ada keputusan dari parpol mereka belum bisa bergerak," jelas Yunarto.
3 Hal yang Akan Dilakukan Anies Usai Jabatannya Habis
Sementara itu, Pengamat Politik Adi Prayitno mengungkapkan tiga hal yang kemungkinan besar akan dilakukan Anies usai selesai menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Adi menyebut salah satunya yakni kemungkinan Anies untuk masuk di partai politik (parpol) guna semakin dekat untuk mendapatkan tiket ke Pilpres 2024.
"Saya kira ada tiga penafsiran apa kira-kira yang akan dilakukan oleh Anies Baswedan setelah tidak menjabat sebagai guberner DKI Jakarta," kata Adi dikutip dari Kompas TV, Senin (10/1/2021).
Pertama, kata Adi, yakni Anies akan tetap memilih untuk fokus menjadi YouTuber sebagai langkah politiknya untuk menyampaikan gagasan dalam membangun Indonesia ke depan.
"Satu pilihan politik dipilih Anies untuk meneguhkan dirinya sebagai pemimpin yang memiliki gagasan untuk membangun Indonesia, melalui YouTube dia ingin menangguhkan dirinya sebagai orang yang tetap menjadi perbincangan di Pilpres 2024," ujarnya.
"Anies tetap menjadi spotlight politik sebagai salah satu pemimpin yang akan datang," lanjutnya.
Adapun kemungkinan kedua yang dilakukan Anies yakni membentuk organisasi sosial yang bertujuan untuk pemberdayaan baik di bidang ekonomi, hukum maupun politik.
Baca juga: Libatkan Pemerintah Pusat di Penyediaan Air Bersih Pipa, Anies Baswedan Dinilai Pencitraan
Baca juga: Meski Jadi Gubernur DKI, Anies Baswedan Kalah dari Sosok Ini yang Jadi Penguasa Rumahnya
Organisasi sosial ini, menurut Adi, sebagai wadah realisasi gagasan yang dimiliki Anies agar menyentuh langsung kepada masyarakat.
"Anies tidak lagi berwacana di dunia maya (YouTube), tetapi sudah bisa menerjemahkan gagasan-gagasan besarnya melalui manuver yang sangat bisa diukur oleh masyarakat," ungkapnya.
Kemungkinan terakhir, Adi memperkirakan Anies akan masuk dalam parpol. Hal ini sebagai upaya Anies untuk mendapatkan tiket sebagai calon presiden di 2024 mendatang.
"Ketiga sangat mungkin Anies masuk parpol. Sebagai upaya semakin dekat mendapatkan tiket pencapresan," ucap Adi.
"Karena Undang-Undang Pemilu mengatakan untuk jadi calon presiden atau wakil presiden yang diusung boleh parpol atau gabungan dari parpol," sambungnya.
Dia mengatakan, ketika menjadi bagian dari parpol tertentu, Anies bsisa menjadi realistis bahwa urusan Pilpres tidak bisa dilepaskan dengan kepentingan dan irisan parpol.
Sebagai informasi, masa jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta akan berakhir pada 16 Oktober 2022 mendatang.
Kursi kepemimpinan kepala daerah, termasuk DKI Jakarta pada 2022 - 2024 akan diisi oleh penjabat yang ditunjuk oleh Kementerian Dalam Negeri.
Sementara pemilihan kepala daerah akan kembali digelar serentak pada 2024.
Anies Jadi Cawapres Terfavorit
Anies Baswedan kalah elektabilitas dari Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
Hasil survei terbaru yang dilakukan lembaga Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa elektabilitas Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra itu berada di urutan teratas dari 33 nama capres potensial 2024, yakni di angka 22,4 persen.
Survei terbaru Indikator Politik Indonesia ini digelar pada 16 sampai 11 Desember 2021.
Dalam survei tersebut salah satu yang direkam adalah terkait Pemilihan Presiden 2024.
Dengan pertanyaan simulasi 33 nama, ’jika pemilihan presiden diadakan sekarang siapa yang akan anda pilih’, Prabowo berada di posisi teratas dengan elektabilitas 22,4 persen.
Dia mengungguli Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies yang berada di urutan kedua dan ketiga.
Baca juga: Momen Unik Anies Baswedan dengan Lego, Kucing Berkaki Tiga yang Jadi Penguasa Kasur Keluarga
Baca juga: Anies Akan Lengser, PDIP Siapkan 6 Kader untuk Calon Gubernur DKI: Gibran dan Risma Paling Potensial
”Prabowo 22,4 persen, Ganjar 18 persen, Anies 15,8 persen," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam paparan hasil survei lembaganya, Minggu (9/1).
”Simulasi 33 nama semi terbuka, tidak kita masukkan nama Pak Jokowi. Jadi kita take out. Tetapi polanya tidak berubah tiga nama ini yang mencapai 2 digit ke atas, yang lain masih satu digit,” kata Burhanuddin.
Pun ketika dibuat simulasi 19 nama semi-terbuka, elektabilitas Prabowo tetap yang tertinggi yaitu 24,1 persen, disusul Ganjar 20,8 persen dan Anies 15,2 persen.
”Ini (simulasi) 19 nama, polanya tidak berubah dari 33 nama kita take out lagi beberapa nama yang mungkin potensi majunya kecil,” tutur Burhanuddin.
Bahkan saat dikerucutkan lagi menjadi 3 nama, Prabowo masih unggul dengan 35,4 persen, disusul Ganjar 31,6 persen, dan Anies 24,4 persen.
Namun demikian bila melihat tren elektabilitasnya dalam sebulan, elektabilitas Prabowo sebenarnya cenderung menurun dibanding Ganjar dan Anies yang justru naik.
Elektabilitas Prabowo pada bulan November 36,6 persen, sementara bulan ini 35,4 persen.
Sementara Ganjar dari 31,3 persen menjadi 31,6 persen. Anies dan 24,3 persen jadi 24,4 persen.
Di sisi lain untuk bursa Cawapres, elektabilitas Anies berada di posisi teratas.
Dalam pertanyaan terbuka dengan simulasi top of mind, Anies paling banyak dipilih oleh masyarakat sebagai calon wakil presiden yakni sebanyak 9,4 persen responden.
Dia mengungguli 30 nama cawapres potensial 2024 seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, serta Ganjar Pranowo.
Keterpilihan Sandiaga Uno sebagai Cawapres adalah 8,7 persen, Ganjar Pranowo 8,4 persen, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 4,6 persen.
Kemudian, Ridwan Kamil dipilih oleh 4,5 persen, Prabowo Subianto 3,5 persen, Erick Thohir 3,1 persen, Airlangga Hartarto 2,9 persen, Tri Rismaharini 2,1 persen, dan beberapa nama lain di bawah 2 persen.
”Anies jadi top of mind sebagai wapres. Lalu ada Sandi, Ganjar, AHY, Ridwan kamil. Pak Prabowo, ada yang menyebut Pak Prabowo sebagai cawapres. Lalu Erick, ya, juga cukup tinggi," kata Burhanuddin.
Ketika Indikator mengeluarkan tiga nama, yakni Prabowo, Ganjar, dan Anies dari bursa cawapres pilihan responden, karena nama mereka paling banyak dipilih sebagai calon presiden, maka nama Sandiaga menjadi Cawapres yang paling banyak dipilih dengan raihan 25 persen responden.
Posisi kedua adalah Ridwan Kamil sebesar 15,3 persen, AHY 12 persen, Erick Thohir 7,9 persen, Airlangga 7,3 persen, serta beberapa nama lain di bawah 7 persen.
"Ini simulasi 12 nama yang kita anggap potensial. Nama Anies, Ganjar dan Prabowo kita take out. Sandi paling tinggi. Disusul Ridwan Kamil, AHY, Erick dan Airlangga," tutur Burhanuddin.
Terkait pilihan partai politik, hasil survei Indikator Politik Indonesia memperlihatkan hanya delapan partai politik yang berhasil melewati ambang batas parlemen. Elektabilitas tertinggi masih dipegang PDIP dengan 26,4 persen.
"Simulasi daftar nama dan lambang 18 partai, PDI-P paling banyak didukung dengan perolehan 26,4 persen," kata Burhanuddin.
Setelah PDI-P, dalam hasil survei tersebut muncul partai Gerindra dengan perolehan 11,1 persen pemilih; Golkar 10,4 persen dan Demokrat 8,7 persen.
Sementara untuk PKB, PKS, NasDem dan PPP serta beberapa partai politik lainnya hanya mendapatkan perolehan di bawah 7 persen.
"Gerindra 11,1 persen; Golkar 10,4 persen; Demokrat 8,7 persen; PKB 6,8 persen; PKS 5,3 persen; NasDem dan PPP 4,0 persen; PAN 2,5 persen, Perindo 2,0 persen dan partai lain di bawah 1 persen," ucap Burhanuddin.
Dalam trennya, Gerindra mengalami penurunan jumlah pemilih yang signifikan yakni dari 15,2 persen pada November 2021 menjadi 11,1 persen pada Desember 2021.
(TribunnewsBogor.com/Kompas.com)