Sederet Cerita Jalur Bukit Bego, 5 Kali Kecelakaan Maut, Warga Ingatkan Sopir Lokasi Menakutkan
Kecelakaan maut kembali terjadi di Bukit Bego, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Bantul, Jawa Tengah, Minggu (6/2/2022).
Penulis: yudistirawanne | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kecelakaan maut kembali terjadi di Bukit Bego, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta , Minggu (6/2/2022).
Satu rombongan bus dari Sukoharjo, Jawa Tengah, tidak pernah menyangka akan terjadinya kecelakaan yang menewaskan 13 orang.
Kapolres Bantul, AKBP Ihsan mengatakan, kecelakaan itu bermula ketika bus bernopol AD 1507 EH itu kesulitan menanjak di kawasan Bukit Bego.
Saat melintasi tanjakan, sebagian penumpang diminta turun agar mengurangi beban kendaraan.
Setelahnya, bus yang mengangkut 47 penumpang itu berhasil melewati tanjakan meski secara perlahan.
Sayangnya, saat melaju di turunan, bus tiba-tiba oleng dan kehilangan kendali.
Bus itu pun menabrak bukit dengan keras.
“Menaiki Bukit Bego, kendaraan tidak kuat, sehingga sebagian penumpang turun agar kendaraan bisa menaiki tanjakan,” terangnya dalam konferensi pers di Polres Bantul.
Ihsan mengungkap, saat tiba di lokasi kejadian, petugas menemukan empat penumpang yang tewas di tempat.
Sedangkan, 9 sisanya, termasuk sang sopir meninggal dalam perjalanan.
Baca juga: Cerita Menegangkan Korban Selamat Laka Maut Bantul, Perasaan Danarto Tak Enak Dengar Obrolan Sopir
Rawan kecelakaan
Persitiwa kecelakaan maut yang menewaskan 13 orang penumpang bus rupanya bukan kecelakaan pertama di jalur Bukit Bego.
Sebelumnya kecelakaan maut juga sempat terjadi di lokasi wilayah yang sama.
Berikut sejumlah kecelakaan yang terjadi di Bukit Bego, dikutip dari Tribun Jogja:
1. Tanggal 30 April 2017
Bus wisata Mercedes-Benz Taruna menabrak Bukit Bego, Minggu (30/4/2017).
Bus bernopol AD 1569 BD itu mengalami kecelakaan tunggal dan diduga mengalami rem blong saat berada di jalanan yang menurun dan menikung.
Wahyudi (42), sopir bus tersebut mengakui bahwa rem bus mendadak blong dan kehilangan kendali saat turun di kawasan itu.
Mengetahui remnya blong, Wahyudi membanting setir ke kanan menghindari jurang. Sehingga, bus yang memuat 30 orang itu menabrak Bukit Bego.
Kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa. Penumpang beserta kru hanya mengalami luka-luka.
Baca juga: Ini Nama 13 Korban Tewas Dalam Kecelakaan Maut Bus Pariwisata Bukit Bego
2. Tanggal 3 Desember 2017
Kecelakaan maut di tanggal ini menimpa bus bermerk Mercedes-Benz Langsung Jaya di jalur Dlingo-Imogiri, Minggu (3/12/2017).
Kanit Laka Satlantas Polres Bantul, Ipda Mulyanto menjelaskan kecelakaan maut itu bermula ketika bus pariwisata Langsung Jaya nopol AD 1425 EF melaju dari arah timur (Dlingo) menuju ke barat (Imogiri).
Sesampainya di tempat kejadian, pada jalan menurun dan menikung pengemudi tidak mampu menguasai laju kendaraannya.
"Karena diduga rem tidak berfungsi, sehingga lepas kendali dan akhirnya menabrak tebing yang berada di utara jalan," ungkapnya, Minggu malam.
Bus tersebut menabrak Bukit Bego. Bukit yang sama yang ditabrak oleh bus bernopol AD 1507 EH, Minggu (6/2/2022).
Seorang warga yang menjadi saksi kejadian, Rustam mengatakan dirinya sempat mendengar bunyi saat bus menabrak Bukit Bego.
"Kalau tidak menabrak bukit, pasti masuk ke dalam jurang. Akan lebih banyak korban jiwa,” katanya kala itu.
Dari kecelakaan ini, ia melihat ada dua orang meninggal di lokasi kejadian dan jasad mereka ditutup pakai daun pisang.
"Iya, yang meninggal itu kernek dan pemandu wisata perjalanan bus," ucap Rustam.
Bus mengangkut rombongan PKK Dusun Garen RT 05 Desa Gombang Sawit, Boyolali, Jawa Tengah.
Dua orang meninggal adalah Susilo (45) dan Wahyudi (47).
Baca juga: Detik-detik Bus Pariwisata Kecelakaan saat Hendak ke Parangtritis, 13 Penumpang Meninggal Dunia
3. Tanggal 25 April 2019
Pada Kamis (25/4/2019), di kawasan Bukit Bego, terjadi kecelakaan lalu lintar antara bus pariwisata bernopol K 1637 B dengan mobil minibus Kijang Rover dengan nopol AB 1824 BZ.
Mulanya, bus pariwisata berjalan dari Dlingo ke arah Imogiri dengan kecepatan sedang.
Sesampainya di sekitaran Bukit Bego, bus mengalami rem blong.
Kemudian, sopir yang bernama Sutrisno berupaya untuk menguasai laju bus dengan menggunakan hand rem.
Dia juga berupaya untuk membunyikan klakson. Akan tetapi, laju bus masih sulit dikendalikan.
Dari arah Imogiri menuju ke Dlingo, muncul minibus tersebut yang dikemudikan oleh Juang Iswanto.
Mobil berhasil menghindari bus. Sayang, karena bus sulit dikendalikan, maka bus menyerempet bagian kanan kijang dan bus ditabrakkan ke tebing.
Kecelakaan ini tidak menimbulkan korban jiwa.

4. Tanggal 17 Oktober 2021
Selain bus pariwisata, kawasan Bukit Bego juga pernah menjadi tempat terjadinya kecelakaan seorang pesepeda ontel, Ifan Rismanto (48).
Pengendara sepeda diduga mengalami rem blong sehingga tidak bisa menguasai kendaraannya ketika melewati turunan tajam.
Kanit Laka Lantas Polres Bantul, Iptu Maryana menuturkan kecelakaan yang menimpa pesepeda tersebut terjadi siang haru sekitar pukul 11.00 WIB, Minggu (17/10/2021).
"Tepatnya di Bukit Bego yang berada di perbatasan Kapanewon Dlingo dengan Imogiri," ujar Maryana, Minggu (17/10/2021).
Maryana menambahkan kecelakaan tersebut bermula ketika Ifan berolahraga pagi dengan bersepeda bersama teman-temannya.
Mereka mencari rute di kawasan wisata yang berada di Kalurahan Mangunan.
Setelah puas, mereka pun berniat turun melalui Jalan Mangunan-Imogiri yang kondisinya cukup mulus.
Warga Kabupaten Magelang itu mengikuti rombongan menuju jalan yang cukup curam.
Sepeda ayun yang dikendarai korban melaju dengan kecepatan tinggi dari arah timur ke barat di jalan yang menurun.
Sesampai di lokasi kejadian, saat belok ke kiri karena tidak mampu menguasai sepedanya kemudian sepeda yang dikendarai korban melambung ke kanan menghantam pohon Ingas di sebelah kanan (utara) jalan.
Korban terpental dan keluar dari pembatas jalan.
"Akibat luka yang diderita cukup parah, korban kemudian meninggal di lokasi kejadian," ungkap dia.
Hantaman sepeda ayun ke pohon tersebut nampaknya cukup keras karena sepeda bermerk yang dikendarai korban sampai patah jadi dua bagian.
Luka yang diderita korban pun cukup parah hingga nyawanya tidak tertolong.
Jenazah langsung dievakuasi ke RSUD Panembahan Senopati.
Kondisi jalur ekstrim
Warga yang tinggal di sekitar jalur Bukit Bego, Samadi membenarkan bahwa jalur tersebut kerap memakan korban jiwa atas peristiwa kecelakaan.
Di jalur tersebut, bukan tanjakan yang jadi momok menakutkan.
Sebaliknya, kondisi jalan menurun dan berkelok membuat jalur tersebut menjadi rawan kecelakaan.
Samadi pun menganggap bahwa peristiwa kecelakaan satu bus rombongan yang menewaskan 13 orang menjadi yang terparah.
"Selama kurang lebih 30 tahun bermukim di sini, berulang kali saya mendapati kendaraan nahas yang tergelincir," ujarnya dikutip dari TribunJogja.com.
"Sudah biasa, tapi ini yang paling parah. Sebelumnya ada korban meninggal dunia juga, tapi cuma tiga, itu sebelum pandemi, sekitar dua tahun lalu," tambahnya.
Samadi menegaskan, seringnya kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh jalur yang menyulitkan sopir.
"Yang terakhir itu bus juga, karena turunannya tajam ya, banyak sopir yang kesulitan. Nabrak di dekat situ, beda beberapa meter saja tebingnya," ungkapnya.
"Kalau kendaraan-kendaraan kecil sering banget, cuma kondisinya tidak sampai parah, paling cuma rusak-rusak ringan saja. Ini paling parah," sambungnya.
Tentang Bukit Bego
Dilansir dari Wikipedia, nama Bukit Bego diambil dari sebuah alat berat atau ekskavator (biasa disebut oleh masyarakat lokal dengan nama bego atau beko) untuk menggaruk tanah.
Masyarakat sekitar juga menyebut bukit itu dengan nama Bukit Kedung Buweng karena terletak di Dusun Kedung Buweng.
Adapun tanah yang membentuk bukit tersebut berasal dari kumpulan sisa-sisa proyek penggalian Jalan Imogiri – Dlingo.
Dahulu, aktivitas penggalian tanah di tempat ini digunakan untuk menimbun area perumahan atau gedung.
Hal inilah yang menyebabkan ketinggiannya menjadi lebih rendah daripada sebelumnya.(*)
(TribunnewsBogor.com/Yudistira Wanne).