Postingan Terakhir Hilman Hariwijaya Sebelum Wafat, Sang Penulis Lupus Tetap Ceria di Akhir Hayat
Pasalnya, Gol A gong menghabiskan banyak waktu bersama Hilman pada awal-awal kariernya sebagai penulis.
Hilman mulanya terangsang oleh cerita-cerita di majalah Bobo yang ia langgani pada waktu duduk di kelas 4 atau 5 sekolah dasar (SD).
Pada usia itu, itu mencoba bereksperimen membuat majalah sendiri yang memuat tulisan-tulisan karya pertamnya.
Pelanggan pertama dan terakhirnya adalah keenam saudara kandung ditambah orangtuanya.
"Lebih sebagai bahan guyon-guyonan waktu itu," kenang Hilman.
Baca juga: INNALILLAHI - Hilman Hariwijaya Penulis Novel Lupus dan Dealova Meninggal Dunia
Karya Hilman
Guyon-guyon itu tidak lagi muncul ketika ia mulai bergabung dengan koran anak-anak, "KOMA", yang antara lain waktu itu dikelola oleh Leila Chudori.
Karya pertamanya adalah sebuah cerpen "Bian, Adikku yang Tak Pernah Ada" (1978) yang langsung membuat gebrakan memenangkan sayembara mengarang majalah Hai.
Sejak keberhasilannya itu, Hilman beralih meja ke majalah Hai sebagai penulis cerpen, artikel musik, dan remaja.
Tiga novelnya yang pernah dimuat di majalah Hai, yakni Rhapsody buat Irvan, Bulan di Atas Rawa, dan Nyanyian Bisu. Ketiganya sempat menyita perhatian banyak remaja.
Bersamaan dengan kesibukannya mengikuti kuliah di jusrusan sastra Inggris Universitas Nasional, Hilman sempat menjabat redaktur tamu dan wartawan freelance di majalah yang sama.
Pengalaman inilah yang dituliskannya untuk Lupus.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Hilman Hariwijaya Penulis Lupus Meninggal, Unggahan Terakhirnya Tetap Ceria Saat Terbaring Sakit