Kisah Orang Bogor, Dulu Dibuang Sekarang Muhammad Hilman Jadi Sang Pemenang
Lorong sempit dan gelap. Itulah satu-satunya akses jalan menuju rumah Muhammad Hilman, salah satu atlet disabilitas yang mengharumkan nama Jawa Barat.
Penulis: Reynaldi Andrian Pamungkas | Editor: Yudistira Wanne
Merasa pertumbuhan anak angkatnya yang tidak normal, diusia empat tahun akhirnya orang tua angkat Eman memeriksa kondisinya di dokter.
Lemah Tulang
Ternyata Eman divonis memiliki penyakit lemah tulang, yang di mana menurut dokter pada usia tersebut dinyatakan sudah terlambat untuk diperbaiki.
Eman memiliki beberapa tulang yang bengkok pada bagian tubuhnya, yaitu, punggung, kedua tangan dan kakinya.
Tetapi, walau dengan keterbatasan ekonomi, ketabahan keluarga angkatnya ini terus merawat Eman hingga satu persatu keluarganya harus berpulang terlebih dahulu.
Empat dari enam orang saudara angkatnya harus meninggalkan Eman untuk selamanya.
Kesedihan Eman tidak sampai disitu, masih dalam keadaan berkabung, ia harus di tinggal kembali oleh ayah angkatnya pada tahun 2014.
Di tahun yang sama, dengan perasaan yang campur aduk, beberapa pekan setelah kepulangan ayah angkatnya, Eman harus ditinggal oleh ibu angkatnya juga.
Perasaan Eman semakin terpuruk karena satu-persatu keluarga angkat tercintanya harus lebih dulu meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Titik Balik
Selama satu bulan Eman tidak keluar rumah, dikarenakan perasaannya yang masih berkabung.
Eman selalu mengingat perkataan ayah angkatnya, agar dirinya menjadi seorang yang sukses dikemudian hari.
"Kamu kalo mau keluar ya keluar sekalian, mau maju ya maju sekalian, jangan setengah-setengah kalo jalanin," ucapnya sambil mengenang perkataan ayah angkatnya.
Mengingat perkataan ayah angkatnya, akhirnya Eman memutuskan untuk beradu nasib di dunia jalanan.
Saat SMP, setiap pulang sekolah Eman dengan menaiki kursi rodanya berkeliling Kota Bogor untuk mengamen di pinggir jalan.