Misteri Prasasti Ciaruteun, Konon yang Kakinya Sama dengan Tapak di Batu Maka Keturunan Kerajaan

Prasasti merupakan bukti sejarah yang masih dilestarikan untuk mengenang keberadaan para pendahulu.

Penulis: Siti Fauziah Alpitasari | Editor: Vivi Febrianti
TribunnewsBogor.com/Siti Fauziah Alpitasari
Juru pelihara Cagar Budaya Prasasti Ciaruteun, Gandi sedang menjelaskan sejarah Prasasti Ciaruteun, Sabtu (26/3/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnewsbogor.com, Siti Fauziah Alpitasari 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBUNGBULANG - Prasasti merupakan bukti sejarah yang masih dilestarikan untuk mengenang keberadaan para pendahulu.

Seperti halnya Prasasti Ciaruten, peninggalan Kerajaan Tarumanegara, yang berlokasi di Jalan Ciaruteun Ilir, Kampung Muara RT 1/5, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Prasasti Ciaruteun ini ditemukan di aliran Sungai Ciaruteun, Desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten Bogor pada tahun 1863. 

“Dulu posisinya di sungai, 50 meter jarak dari posisi sekarang,” tutur juru pelihara Cagar Budaya, Gandi, kepada TribunnewsBogor.com, Sabtu (26/3/2022).

Mitos yang beredar di masyarakat menurut Gandi, jika kaki seseorang sesuai dengan sepasang tapak kaki yang berada di dalam prasasti itu, maka ia merupakan keturunan kerajaan.

“Ya mitos, itu kan hanya sebuah benda atau peninggalan ya,” ujar Gandi.

Batu ini berbobot delapan ton dan tertulis pada sebongkah batu andesit dengan ukuran tinggi 151 cm, diameter atas 72 cm, diameter bawah 134 cm, r 1.000 m2 dilengkapi cungkup berukuran 8x8 m.

Pada prasasti itu juga terdapat sepasang tapak kaki dan lukisan laba-laba yang dipahatkan di atas huruf, serta empat baris tulisan aksara Pallawa dalam bahasa Sansekerta.

Isi tulisan aksara tersebut adalah :

vikkranta syavani pateh

srimatah purnnavarmmanah

tarumanagarendrasya

visnoriva padadvayam

Yang dapat di artikan :

Ini (bekas) dua kaki

Yang seperti kaki Dewa Wisnu

Ialah kaki yang mulya sang Purnawarman

Raja di negeri Tarumanegara yang gagah berani di dunia

“Sebenarnya ini belum terpecahkan kalau lukisan di bawah tapak kaki ini, ada yang bilang tanda tangan setelah di teliti, ada yang bilang juga jaring laba-laba. Tapi masih simpang siur,” kata Gandi.

Gandi mengaku, dirinya terkadang miris dengan generasi Milenial sekarang yang tidak mengenal sejarah.

“Pengunjung malah rata-rata orang luar, dari Jerman, Belanda, Inggris dan lainnya. Sedangkan bangsa kita sendiri yang punya sejarah mana? Apalagi generasi Milenial bisa diitung jari. Ada paling dari sekolahan, kampus, yang sudah jelas dari pendidikan,” ungkapnya.

Ia pun menuturkan prasasti ini merupakan sebuah dokumen yang menceritakan peristiwa  masa lalu.

Ia berharapan generasi Milenial yang tidak mengenal sejarah, bisa tahu akan sejarah bangsanya.

“Jangan melupakan sejarah karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu tentang sejarah bangsanya itu sendiri,” tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved