Moncer Bareng Persija, Pemain Ini Dijuluki 'Ular Piton' oleh Jakmania, Gocekannya Meliuk & Mematikan
Meski kala itu masih berstatus pemain muda yakni 22 tahun dan sempat jadi cadangan, Budi Sudarsono mampu menjadi top skor Persija
Pindahnya juga ga semudah sekarang, harus ada surat keluar dan ada biaya transfernya walapun kontraknya sudah selesai," tutur pemain yang selalu mengenakan nomor punggung 13 itu.
Jebolan santri
Lahir dan besar di Kediri, Jawa Timur, Budi Sudarsono sudah sejak kecil akrab dengan ilmu agama.
Meski tak mengenyam pendidikan formal di pesantren, lingkungannya yang banyak terdapat pesantren membuat Budi Sudarsono banyak mempelajari ilmu agama.
"Kita ga mondok tapi memang lingkungan kita sudah pondok.
Jadi sehari-hari kita memang mainnya di pondok, tidur di pondok di Kediri," ujar Budi Sudarsono saat menceritakan masa mudanya kepada Hamka Hamzah.
Melansir dari Youtube Capt Hamka pada Selasa (29/3/2022), Budi Sudarsono menuturkan tradisi di lingkungan tempat tinggalnya memang mengharuskan seorang anak untuk mondok di pesantren.
"Karena bapak menyarankan pondasi agama harus nomor satu, makanya harus mondok.
Kita mau main bola orangtua ga masalah yang penting mondok dulu nanti baru terserah mau kemana," tutur Budi Sudarsono.
Baca juga: Jauh Sebelum Nadeo dan Witan, Jebolan Santri Ini Lebih Dulu Diandalkan Timnas Di 2 Edisi Piala Asia
Karenanya, setelah beberapa tahu mondok untuk mendapatkan pemahaman agama, Budi Sudarsono barulah memantapkan pilihannya berkarir di sepak bola.
Mantan pesepak bola tanah air, Budi Sudarsono saat berbincang dengan Hamka Hamzah. (Youtube Capt Hamka)
Dia awalnya merantau ke Jakarta untuk mewujudkan mimpinya itu.
Namun rupanya Jakarta kala itu tak bersahabat dengannya hingga akhirnya Budi Sudarsono memilih pindah ke Surabaya, Jawa Timur.
Di kota pahlawan itulah, Budi Sudarsono memulai karir sepak bolanya hingga kemudian menjadi pemain profesional.
Mantan pesepak bola tanah air, Budi Sudarsono saat berbincang dengan Hamka Hamzah. (Youtube Capt Hamka)
"Di Jakarta untuk masuk ke level pro susah karena SSB jarang, akhirnya saya pulang ke Surabaya.