Mengenal Situs Punden Berundak Gunung Batu Bogor, Peziarah, Macan, dan Kuda Jadi Mitos yang Dijaga

tidak seperti peninggalan Pra Sejarah punden berundak lainnya, situs Punden Berundak Gunung Batu ini jika melihat lokasinya memang sedikit berbeda.

Penulis: Rahmat Hidayat | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat
Situs Pundem Berundak Gunung Batu Bogor 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Rahmat Hidayat

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR BARAT - Bogor tak akan habis soal cerita tentang situs-situs pra sejarah.

Pesona yang begitu lekat dengan peninggalan ini pun membuat Bogor selalu menjadi destinasi wisata banyak orang.

Tidak hanya Kabupaten Bogor, Kota Bogor pun menjadi salah satu primadona yang patut digali soal pra sejarah.

Tidak jauh dari pusat Kota Bogor, di Jalan Raya Gunung Batu Blok Wates Dalam, Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, terdapat situs pra sejarah yang bernama situs Punden Berundak Gunung Batu.

Seperti namanya, situs ini didominasi oleh batu-batuan jenis andesit yang terlihat menggunung ke atas.

Namun, tidak seperti peninggalan Pra Sejarah punden berundak lainnya yang ada di Bogor, situs Punden Berundak Gunung Batu ini jika melihat lokasinya memang sedikit berbeda dengan situs lain yang tersebar.

Dimana Punden Berundak Gunung Batu ini berada diantara perkampungan padat warga.

Untuk luasnya pun, punden berundak tidak terlalu besar bahkan jika dilihat dari kejauhan terkesan tidak menyerupai sebuah situs.

Alhasil nama Situs Punden Berundak Gunung Batu ini, memang jarang orang yang mengetahui keberadannya.

Walaupun, di areal depan telah dipasangi plang  nama  'Situs Punden Berundak Gunung Batu' yang telah diakui sebagai Cagar Budaya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.

Namun, dibalik itu semua, Situs Punden Berundak Gunung Batu memiliki mitos yang cukup panjang.

Cicih Sukarsih (64) penjaga situs ini menceritakan, bahwa situs punden berundak ini masih sering dikunjungi untuk tempat berziarah.

"Kalau dulu memang disini sanget (angker) bener. Tapi, sekarang malah dipakai main anak-anak kecil. Untuk yang ziarah masih ada sampai saat ini. Biasanya malam Jumat sama malam Selasa. Orangnya jauh-jauh. Ada Sukabumi, Banten, dan Cianjur," kata Cicih saat dijumpai TribunnewsBogor.com, Kamis (16/6/2022).

penjaga situs Punden Berundak, Cicih Sukarsih (64) yang dijumpai oleh TribunnewsBogor.com, Kamis (16/6/2022).
penjaga situs Punden Berundak, Cicih Sukarsih (64) yang dijumpai oleh TribunnewsBogor.com, Kamis (16/6/2022). (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

Orang-orang yang berziarah di Situs Punden Berundak Gunung Batu ini, sambung Cicih, hampir sama dengan orang yang berziarah pada umumnya.

Mereka membaca doa, membaca qur'an, dan mengharapkan berkah dari apa yang mereka panjatkan.

Sebab, kata Cicih, jika berdoa di situs ini, doa yang dipanjatkan akan mudah sampai karena letak dari situs ini yang tinggi.

"Biasanya Ziarah nya itu di sini (menunjuk ke arah batu) sama di sana (arah makam). Ngaji biasa dan baca quran aja. Kerja supaya bagus, sekolah biar lancar. Begitu aja doanya. Ibu tahu karena mereka (penziarah) suka izin dulu," tambah Cicih.

Bahkan, beberapa tahun ke belakang, Cicih menceritakan, bahwa situs ini pernah dikunjungi oleh peziarah asal Banten.

Peziarah itu, kata Cicih, berjalan kaki berhari-hari untuk berziarah.

"Iya pernah ada dari Banten dulu. Dia jalan kaki untuk tahu tempat ini," kata Cicih.

Cicih pun membeberkan bahwa alasan situs ini masih banyak dikunjungi oleh para peziarah.

Salah satunya, konon di situs ini ada peninggalan-peninggalan Prabu Surya Kencana.

"Kalau kata suami saya sebelum meninggal diceritain di sini memang patilasannya Suryakencana. Terus kata peziarah pun mereka meyakini memang di sini (punden berundak) salah satu petilasan Eyang Surya Kencana," beber Cicih.

"Bahkan, peziarah yang asal Banten yang jalan kaki, dia tahu bahwa diaini ada peninggalan tiga buah keris. Dia pun sempet coba ambil, tapi, gagal dan akhirnya dia gemeteran terus tangannya," imbuh Cicih.

Bahkan, diyakini oleh Cicih, yang berziarah di Situs Punden ini tidak hanya makhluk yang kasat mata, tetapi banyak makhluk tak kasat mata pun berziarah dalam waktu tertentu.

"Kalau malam tertentu disini suka rame. Kayal orang rapat. Tapi, gaada orangnya. Biasanya malam Jumat sama malam Senin. Sama kaya yang ziarah juga. Terus setelah rame-rame itu, ada macan, kuda. Orangnya bersorban, dan jenggotnya panjang. Itu saya lihat betul-betul," ungkap Cicih.

Kalau ada yang tak kasat mata itu, kenang Cicih, dirinya selalu diberi tanda dengan adanya keberadaan mereka.

"Bukan denger lagi lihat kalau saya. Melihatnya sendiri. Mungkin yang menjaga situs kali ya. Tapi, setiap kalau ketahuan langsung gaada tuh," tambahnya.

Mitos ziarah itu pun hingga saat ini dilestarikan dan dijaga oleh Cicih selama hampir 28 tahun.

Namun, Cicih merasa sedih, justru warga Gunung Batu, Kota Bogor, tidak banyak yang mengetahui akan cerita dari Situs Punden ini.

Mereka diibaratkan, bagai lampu obor yang mati diganti dengan obor orang lain.

"Kalau di sunda peribahasanya 'Pareumeun Obor' (obor yang mati). Jadi, peninggalan asli Gunung Batu Kota Bogor ini warganya sendiri tidak mengetahuinya. Malah yang datang warga diluar Kota Bogor," tegasnya.

Ingin Dibuatkan Pagar Pembatas dan Fasilitas Lainnya

Namun, jauh sebelum itu, Cicih pun saat ini mengungkapkan harapannya terhadap apa yang menjadi tugasnya saat ini sebagai seorang penjaga situs.

Dirinya ingin, areal dalam situs ini dirapihkan dalam hal ini oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.

Hal itu, kata Cicih, dilakukan supaya tidak ada orang sembarangan yang masuk ke areal situs ini.

Bagaimana pun, situs punden ini, memiliki sejarah dan mitos yang panjang jika di dalami lebih mendalam.

Cicih pun menceritakan, bahwa dulu Situs ini berada di lingkungan yang asri dan dikelilingi oleh pepohonan.

"Dulumah ada pohon 'awi bitung' (pohon bambu bitung) di sini. Terus rumputnya pada tinggi dulu," tambah Cicih.

Sejarah dan mitos itu harus terus dijaga sebagaimana marwah yang ditinggalkan oleh Situs Punden Berundak Gunung Batu Bogor.

"Saya sudah izin juga ke kantor (Disparbud) untuk minta dibuatkan pagar. Supaya anak kecil ga masuk sembarangan dan warga lainnya pun ga sembarangan masuk. Terus ada 'saung' supaya ada tempat neduhnya. Enak jadinya. Saya udah izin gitu," kata Cicih.

Keinginan itu pun dirasa oleh Cicih, harus dianggap sebagai sesuatu permintaan serius.

Walaupun, sampai saat ini, Disparbud tetap memperhatikan keberadaan situs ini.

"Rajin juga orang kantor (Disparbud). Mereka sering ke sini alhamdulillah. Tapi, ya saya akan izin minta hal itu," tambahnya.

Jika sudah rapih dan terlihat terawat setip harinya, bukan tidak mungkin situs punden ini kian banyak dikunjungi oleh masyarakat.

"Kan kalau rapihmah enak gitu. Banyak juga membuar penasaran orang dan tentunya bakal datang ke sini (situs)," pungkasnya.

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved