Viral di Medsos
Cerita Horor Pendaki Gunung Salak Viral, Ketemu Nenek Misterius hingga Dengar Teriakan di TKP Sukhoi
Kepada para pendaki tersebut, nenek misterius itu mengaku bahwa namanya adalah Dewi Anjani atau Nyai Anjan.
Penulis: khairunnisa | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kisah grup pendaki yang menjelajahi Gunung Salak, Bogor viral di linimasa.
Para pendaki tersebut mengalami kejadian di luar nalar yang bikin bulu kuduk merinding.
Tak hanya merasakan perasaan mistis dalam hati, para pendaki itu bahkan melihat langsung dan mengalami kejadian horor tersebut.
Melalui laman TikTok @infoseputarkotahujan, para pendaki yang belum lama mendaki di Gunung Salak mengurai pengalamannya.
Saat hendak menuju pos 3 di jalur pendakian Gunung Salak, para pendaki bertemu dengan seorang nenek pengangkut kayu bakar.
Dijumpai para pendaki, nenek misterius tersebut diam seribu bahasa.
Baca juga: 3 Tempat Wisata di Bogor dengan Camping Ground Paling Asyik, Tawarkan Pemandangan Gunung Salak
"Para pendaki bertemu dengan sosok wanita tua yang mencari kayu bakar seperti warga biasa umumnya. Namun saat mereka bertanya sang nenek selalu terdiam tak menghiraukan para pendaki," tulis akun @infoseputarkotahujan.
Namun, saat hendak ditinggalkan para pendaki tersebut sang nenek misterius menguak jati dirinya.
Kepada para pendaki tersebut, nenek itu mengaku bahwa namanya adalah Dewi Anjani atau Nyai Anjan.
Tak berselang lama, nenek Dewi Anjani pun melanjutkan kegiatannya mencari kayu bakar.

"Saat para pendaki mulai melanjutkan pendakiannya, tiba-tiba sang nenek menyebutkan namanya. Nama nenek tersebut yaitu Dewi Anjani atau Nyai Anjan. Kemudian sang nenek melanjutkan mencari kayu bakarnya," imbuh akun @infoseputarkotahujan.
Melanjutkan perjalanan hingga ke pos 3 Gunung Salak, para pendaki kembali tersentak dengan temuan mereka.
Mereka menemukan sebuah makam yang sudah tak terurus.
Baca juga: Saungcoffee Id Resmi Dibuka, Pengunjung Dapat Rasakan Sensasi Ngopi Sambil Lihat Gunung Salak Bogor
Yang paling membuat mereka kaget adalah saat melihat nama di batu nisan makam tua tersebut.
Ternyata nama yang tersematkan adalah Dewi Anjani, sama seperti nenek yang sebelumnya mereka temui.
"Mereka menemukan sebuah makam yang sudah lama tak terurus. Batu nisan dari makam tersebut bertuliskan nama seorang perempuan Dewi Anjani yang mana merupakan sosok nenek yang ditemui oleh para pendaki," ungkap akun @infoseputarkotahujan.
Belum habis pikiran para pendaki itu bergumul, mereka harus menghadapi hal tak terduga lainnya.
Tiba-tiba di lokasi tempat para pendaki itu berdiri turun hujan deras.

Alhasil, para pendaki terpaksa memasang tenda mereka di sekitaran makam Dewi Anjani.
Bertubi-tubi mendapat kejutan, para pendaki itu kembali syok lantaran mendengar suara keras dari luar tenda.
"Saat tenda terpasang, hari semakin gelap, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang semakin kencang berlari," tulis akun @infoseputarkotahujan.
Memperhatikan keadaan sekitar makam, para pendaki kaget bukan kepalang saat melihat ada macan kumbang tengah berdiri di sekitar makam dan tenda mereka.
Baca juga: Libur Lebaran, Kawasan Wisata Gunung Salak Endah Bogor Menjadi Favorit, Ini Wahana yang Digemari
Namun macan tersebut hilang beberapa menit kemudian dalam waktu cepat.
"Tak lama sosok macan kumbang terlihat jelas dengan mata kuningnya yang tajam, tepat berhenti di dekat makam Dewi Anjani. Namun tiba-tiba macan itu menghilang," ungkap akun @infoseputarkotahujan.
Tak berselang lama, para pendaki mendengar suara teriakan minta tolong.
Suara tersebut berasal dari TKP kecelakaan pesawat Sukhoi jatuh.
Seperti diketahui, di tahun 2012 pernah terjadi kecelakaan pesawat Sukhoi menabrak tebing Gunung Salak.
"Seorang pendaki kemudian mendengar suara minta tolong dari arah lembah tempat di mana pesawat sukhoi dulu menabrak tebing Gunung Salak beberapa tahun silam," pungkas akun @infoseputarkotahujan.
Sempat menghiraukan suara misterius tersebut, para pendaki tak tahan lantaran suara teriakan itu semakin keras seiring berjalannya malam.
Baca juga: DP 0 Persen, Apartemen di Bogor Suguhkan Pemandangan Gunung Salak
"Suara teriakan minta tolong semakin kencang terdengar saat jam 12 malam dari tenda para pendaki. Mereka pun tak bisa tidur dan merasa penasaran," imbuh akun @infoseputarkotahujan.
Cerita para pendaki yang bertemu nenek-nenek di Gunung Salak itu menarik atensi khalayak.
Para netizen turut menceritakan pengalaman serupanya saat mendaki Gunung Salak.
Ternyata pengalaman bertemu nenek-nenek saat mendaki Gunung Salak tak hanya terjadi pada satu orang saja.

"Temen saya juga pernah ketemu nenek ini yg sedang nyapu di dekat sumber mata air setelah itu temen saya hilang selama seminggu , dan akhirnya dia plng. Abis itu dia di bawa ke pasar setan, sampe skrng saya ga mau balik lg ke salak," tulis akun ?S.
"Pengalaman sy naik via cimelati di antara pos 3 dan pos 4 sy ketemu nenek2 bawa tongkat dan bungkusan kain putih yg udh usang, di tnya ga jwb," tulis akun bolang3780.
"Saya juga pernah di pos 4 ketemu nenek nenek lagi nyapu tahun 2016 emang dah lama guys," tulis akun Nothing.
Sementara itu, seorang netizen mengurai pendapat lain soal sosok nenek bernama Dewi Anjani yang ditemui para pendaki.
Baca juga: Melongok Kampung Tematik Mulyaharja, Hamparan Sawah Hingga Pemandangan Gunung Salak Bikin Betah
Diulas sang netizen, nenek misterius Dewi Anjani itu diduga jelmaan Mpu Anjani, sosok ternama di zaman Kerajaan Pajajaran.
"Dewi Anjani itu kl engga salah nama seorang MPU wanita di jaman padjajaran. MPU Anjani maksudnya, beliau adlh salah satu MPU wanita dr padjajaran" tulis akun andydarmawijaya3.
Untuk diketahui, Mpu Anjani adalah pembuat Keris Naga Runting yang dimiliki Prabu Siliwangi.
Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja adalah Raja Kerajaan Pajajaran yang merupakan kakek dari Sunan Gunung Jati.
Konon, Mpu Anjani menciptakan keris pusaka itu dengan bahan dasar paku emas.
Demi bisa membuat Keris Naga Runting tersebut, Mpu Anjani kabarnya sampai melakukan tirakat agar senjata yang dibuatnya berkekuatan hebat.

Kecelakaan Pesawat Sukhoi Tabrak Gunung Salak
Berkenaan dengan cerita para pendaki yang mendengar suara teriakan dari lokasi kecelakaan pesawat Sukhoi, TribunnewsBogor.com mengurai kilas balik insiden nahas itu.
Mengulas kembali tragedi masa lalu, kecelakaan pesawat Sukhoi Sukhoi RRJ-95B menabrak tebing Gunung Salak Bogor terjadi pada 9 Mei 2012.
Pada 9 Mei 2012, pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 dengan nomor penerbangan RA 36801 yang dioperasikan oleh Sukhoi Civil Aircraft Company (SCAC), melakukan penerbangan promosi dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma.
Baca juga: Longsor Cijeruk Bertepatan dengan Jatuhnya Sukhoi Superjet 100, Ketua RT Pasir Pogor: Beda Tanggal
"Penerbangan yang mengalami kecelakaan adalah penerbangan kedua pada hari itu," kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi saat konferensi pers di kantornya, Selasa (18/12/2012) dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribunnews.com.
Dalam penerbangan tersebut terdapat 45 orang yang terdiri dari dua pilot, satu navigator, satu flight test engineer, dan 41 penumpang yang terdiri dari empat personel dari SCAC, satu orang dari pabrik mesin pesawat SNECMA, dan 36 tamu undangan yang terdiri dari 34 warga Indonesia, satu warga Prancis, dan satu warga Amerika Serikat.
Penerbangan direncanakan menggunakan aturan terbang secara instrumen (Instrument Flight Rules/IFR) pada ketinggian 10.000 kaki selama 30 menit, dengan bahan bakar untuk terbang selama empat jam.
"Wilayah yang diizinkan untuk penerbangan ini adalah di area Bogor, sementara pilot punya asumsi bahwa penerbangan tersebut telah disetujui untuk terbang ke arah radial 200 HLM VOR sejauh 20 Nm," jelas Tatang Kurniadi.
Pada pukul 0720 UTC (Universal Time Coordinated) atau pukul 14.20 WIB, pesawat tinggal landas dari landasan 06.
Kemudian berbelok ke kanan, hingga mengikuti ke radial 200 HLM VOR, lantas naik ke ketinggian 10.000 kaki.
Pada pukul 14.24 WIB, pilot melakukan komunikasi dengan Jakarta Approach, dan memberikan informasi bahwa pesawat telah berada pada radial 200 HLM VOR, dan naik ke ketinggian 10.000 kaki.
Pada pukul 14.26 WIB, pilot meminta izin untuk turun ke ketinggian 6.000 kaki, serta membuat orbit (lintasan melingkar) ke kanan. Izin diberikan oleh petugas Jakarta Approach
"Tujuan pilot untuk turun ke ketinggian 6.000 kaki dan membuat orbit, agar pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim menggunakan landasan 06," terang Tatang.
Kecelakaan pun terjadi, pada pukul 14.32 lewat 26 detik WIB berdasarkan waktu yang tercatat di Flight Data Recorder (FDR), pesawat menabrak tebing Gunung Salak pada radial 198 dan 28 Nm HLM VOR, dengan ketinggian sekitar 6.000 kaki di atas permukaan laut.
Tujuh detik menjelang tabrakan, terdengar peringatan berupa suara 'Landing Gear Not Down' yang berasal dari sistem peringatan pesawat.
Pada pukul 14.50 WIB, petugas Jakarta Approach menyadari bahwa target pesawat Sukhoi RRJ95B sudah hilang di layar radar.(*)