Polisi Tembak Polisi

Disindir Diam oleh Mahfud MD Terkait Kasus Kematian Brigadir J, DPR : Bukan Berarti Diam Saja

Mahfud MD menyindir sikap diam DPR, terkait kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di rumah bekas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.

Editor: Vivi Febrianti
Kolase/Ist/Tribun
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD kembali mengingatkan, Presiden Jokowi meminta kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, dibuka sejujur-jujurnya. 

Kasus tersebut kini mulai menunjukkan kemajuan signifikan, lantaran permasalahan psikopolitis dan psikohierarkis sebagaimana yang dikatakan Mahfud, sudah bisa dieliminir.

Caranya, kata Mahfud, dengan melakukan bedol desa, yakni memindahkan banyak polisi yang terkait kasus pembunuhan Brigadir Yosua, agar tidak ada kepentingan yang bisa saling menyandera.

Soal psikohierarki misalnya, Mahfud menuturkan, hal itu bisa diputus melalui cara pemindahan atau mutasi terhadap 15 perwira menjadi Yanma Polri.

Mahfud mengatakan, setelah adanya pemutusan hierarki tersebut, Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu mulai berani membuka fakta sebenarnya, bahkan siap menjadi justice collaborator.

Menurut Mahfud, kesaksian Bharada E tentang kejadian pembunuhan Brigadir Yosua di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, sangat penting.

"Seperti ada yang saling sandera, kemudian Bharada E di bawah penguasaan orang yang berkepentingan."

"Maka, Kompolnas mengusulkan bedol desa. Bedol desa itu artinya buang dulu orang-orang di situ (yang terlibat). Dan ternyata jalan kan sesudah dipindahkan," ulas Mahfud, dikutip dari Kompas TV, Senin (8/8/2022).

Bedol desa yang dimaksud Mahfud adalah mutasi 15 anggota Polri, termasuk atasan Bharada E, Irjen Ferdy Sambo.

Mereka dimutasi lantaran ketidakprofesionalan dalam menangani kasus kematian Brigadir Yosua.

Baca juga: Minta Semua Orang di Rumah Ferdy Sambo Jadi Tersangka, Pengacara Brigadir J : Kita Tahu Pelakunya

Mutasi dilakukan setelah Inspektorat Khusus (Irsus) bentukan Kapolri memeriksa 25 personel polisi terkait ketidakprofesionalan penanganan kasus pembunuhan Brigadir Yosua.

Mahfud MD juga menjelaskan tentang psikopolitik yang terkuak gara-gara kasus pembunuhan Brigadir Yosua.

Menurutnya, berbagai kepentingan di Mabes Polri perlu segera diselesaikan agar tidak menyandera kepentingan bersama, yaitu tugas pokok Polri.

"Yang kedua (psiko) politisnya saya kira ramailah. Para pengamat menyebut di Mabes Polri itu ada sub-Mabes, sub-Mabes, yang saling bersaing, mau saling menyandera dan saling menyerang dan sebagainya. Itu yang harus diselesaikan," bebernya.

Soal perkara politik di tubuh Polri, juga disampaikan Mahfud MD dengan memberikan contoh sikap acuh tak acuh DPR dalam kasus tersebut.

Menurutnya, untuk kasus sebesar pembunuhan Brigadir Yosua, biasanya DPR sudah sibuk memanggil berbagai pihak untuk meminta kejelasan dari Polri.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved