Polisi Tembak Polisi

Soroti Pengakuan Putri Dilecehkan di Magelang, Mantan Kabareskrim Heran dengan Sikap Ferdy Sambo

Menurut Mantan Kabareskrim, jika dirinya jadi Ferdy Sambo maka akan langsung menghajar Brigadir J jika benar memang melecehkan istrinya.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: khairunnisa
Kolase Ist/Youtube tvOneNews
Menurut Mantan Kabareskrim, jika dirinya jadi Ferdy Sambo maka akan langsung menghajar Brigadir J jika benar memang melecehkan istrinya. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Mantan Kabareskrim Komjen Pol (Purn) Ito Sumardi menilai ada yang janggal dari sikap Ferdy Sambo saat rombongan dari Magelang tiba di Jakarta.

Ia mempertanyakan, mengapa bisa-bisanya Ferdy Sambo bersikap tenang jika memang benar istrinya telah dilecehkan oleh Brigadir J.

Padahal jika dia ada di posisi Ferdy Sambo, dirinya akan langsung melakukan kekerasan saat Brigadir J tiba di pagar rumahnya.

Hal inilah yang membuat dirinya tak yakin dengan kebenaran soal dugaan pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi tersebut.

Apalagi dugaan pelecehan seksual ini seolah-olah timbul tenggelam.

"Yang pertama, kalau di Duren 3 itu sudah pasti tidak benar, karena dari hasil rekonstruksi, almarhum Brigadir J itu ada di luar, pada saat FS dan yang lainnya ada di dalam. Jadi enggak mungkin kan ada pelecehan. Jadi memang tepat di SP3-kan," kata Ito Sumardi dilansir dari Youtube tvOneNews, Selasa (6/9/2022).

Sementara itu, untuk dugaan pelecehan seksual yang dilakukan di Magelang, dirinya mencoba melihat dari dua aspek, yakni aspek normatif dan aspek logika.

"Normatifnya, kalau ada tindangan kekerasan atau satu tindak pidana terkait kekerasan seksual, itu kan di sana harus ada visum et repertum, harus ada laporan polisi, normatifnya ya," kata dia.

Ia pun mengatakan, jika dirinya jadi Ferdy Sambo maka akan langsung melapor ke polsek setempat.

Baca juga: Klarifikasi Polri Usai Beredarnya Hoax di Kasus Tewasnya Brigadir J, Aksi Saling Lapor Kini Terjadi

"Jadi kalau misalnya saya, apalagi punya jabatan sebagai polisinya polisi, kalau keluarga saya diperlakukan seperti itu, pasti saya akan meminta supaya satuan kepolisian wilayah untuk menangkap si pelakunya, siapapun dia," jelasnya.

Selain itu, kata dia, dirinya akan meminta pihak kepolisian untuk bisa memfasilitasi mendapatkan visum et repertum.

"Kita juga kan harus melihat apakah betul kejadian itu benar atau tidak. Sesuai norma ya," urainya.

Kemudian dari segi logika, kata dia, peristiwa di Magelang ini kan menyambung sampai ke Saguling.

"Di Saguling kita sudah melihat bahwa dari CCTV yang ada, pada saat Pak FS masuk, bertiga bersama ajudan dan anggota dokes untuk PCR," kata dia.

Kemudian, lanjutnya, disusul rombongan Putri Candrawathi termasuk almarhum Brigadir J.

Jenderal bintang 3, Komjen Pol (Purn) Ito Sumardi menanggapi Polri akan menggunakan lie detector guna mengejar kejujuran dari Putri Candrawathi. Tak hanya itu, mantan Kabareskrim itu juga meyinggung soal cara Uya Kuya dalam membuat orang lain mengakui perbuatannya yaitu dengan cara menghipnotis.
Jenderal bintang 3, Komjen Pol (Purn) Ito Sumardi menanggapi Polri akan menggunakan lie detector guna mengejar kejujuran dari Putri Candrawathi. Tak hanya itu, mantan Kabareskrim itu juga meyinggung soal cara Uya Kuya dalam membuat orang lain mengakui perbuatannya yaitu dengan cara menghipnotis. (youtube channel TvOneNews)

"Masuknya santai, kalau saya jadi orang yang istilahnya tahu istri saya diperlakukan dengan tidak senonoh, mungkin begitu masuk pintu pagar sudah saya lakukan tindakan kekerasan. Logikanya kan," ungkapnya.

Ia pun menyoroti aktivitas rombongan saat berangkat menuju ke rumah dinas yang jadi TKP pembunuhan Brigadir J.

"Tapi ini kemudian sampai setelah di-PCR, Ibu PC keluar dengan tenang, diikuti oleh almarhum juga, kemudian baru bapak FS keluar. Tiba-tiba kemudian masuk ke Duren Tiga yang tidak ada CCTV," tutur dia.

Baca juga: Tak Bisa Ngelak, Kejujuran Putri Candrawathi Bakal Terungkap Pakai Alat Ini, Jenderal Bintang 3 Ragu

Menurut dia, sikap Ferdy Sambo yang tenang itu tak masuk dalam logikanya.

"Secara logika, kalau orang dalam keadaan marah besar, itu tidak mungkin saat di dalam rumah pribadi tadinya itu dia tidak apa-apa, tiba-tiba di rumah Duren Tiganya dia muncak kemarahannya," kata dia.

"Padahal kan menurut cerita itu dilaporkan kejadiannya di Magelang yang ada tenggang waktu dari rumah Magelang ke Saguling," urainya.

Menurutnya, yang disarankan oleh Komnas HAM dan Komnas Perempuan itu merupakan penyelidikan.

"Tentunya kalau penyelidikan itu kan boleh saja ada satu yang harus dilakukan, orang bercerita. Tapi sebelum ini naik ke penyidikan, kalau sudah penyidikan ya mungkin sudah ditemukan alat bukti. Tapi sudah dibantah oleh timsus bahwa di Magelang tidak ada CCTV, kemudian tidak ada laporan polisi dan tidak ada permintaan visum et repertum," tuturnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved