Pernyataan Effendi Simbolon Dinilai Tak Salah, Kemarahan TNI Dianggap Imbas Kekuasaan di Masa Lalu
Menurut Pengamat Militer, Prof. Salim Said, apa yang disampaikan Effendi Simbolon itu pada dasarnya tidak salah.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM — Pernyataan Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Effendi Simbolon menuai komentar banyak pihak
Terbaru, Panglima TNI Tahun 2015-2017 Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo ikut merespon pernyataan tersebut.
Bahkan Pengamat Militer Prof. Salim Said mengatakan wajar jika TNI marah dengan pernyataan Effendi Simbolon.
Menurut dia, dampak kekuasaan TNI di zaman orde baru membuatnya marah diperlakukan seperti itu.
Dilansir dari Youtube tvOneNews, Jumat (16/9/2022), Gatot Nurmantyo dirinya tak marah pada Effendi Simbolon, tapi pada pernyataannya-pernyataannya.
“Semua yang disampaikan ini adalah hal yang sangat tabu di jajaran TNI. Kalau dikatakan KSAD marah, prajurit marah, bagi saya itu adalah suatu hal yang wajar,” jelasnya.
Hal itu kata dia, dikarenakan yang dimiliki prajurit TNI saat ini hanya kebanggaan dan harga diri.
“Mereka adalah prajurit-prajurit yang siap bertempur sampai titik darah penghabisan untuk menjunjung tinggi negara ini. Dan yang mereka punya itu dicabik-cabik oleh pernyataan saudara Simbolon, jadi wajar terjadi kemarahan,” jelasnya.
Apalagi kata dia, pernyataan itu disampaikan oleh Effendi Simbolon di forum yang resmi.
Baca juga: Effendi Simbolon Diserbu Prajurit Suruhan Jenderal Dudung, Fadli Zon Sindir KSAD Jabatan Bisa Hilang
“Ini kan forum yang sangat resmi dan sangat dipercaya karena dipublikasikan. Tapi ini pesannya di seluruh dunia bahwa TNI sudah hancur lebur, porak poranda,” tandas dia.
Menanggapi hal itu, Salim Said menyebut bahwa apa yang disampaikan oleh Effendi Simbolon pada dasarnya tidak salah.
“Yang salah cara mengucapkan, cara merumuskan, dan itu berlebihan, sehingga saya pun yang bukan tentara ketika melihat itu di tv, saya terkejut,” jelas dia.
Ia pun mengatakan bahwa rakyat harusnya paham bahwa TNI itu baru berapa tahun yang lalu, setelah reformasi, melepaskan kekuasannya sebagai kekuatan politik.
“Nah kalau sekarang, jadi sebagian perwira TNI ini, adalah orang-orang yang sangat berkuasa di zaman orde baru. Jadi mereka masih menikmati kekuasaan di masa lalu,” ungkap dia.
Kekuasaan itu. lanjut dia, mereka tinggalkan setelah rapat pimpinan TNI, meninggalkan dwifungsi ABRI.
