Polisi Tembak Polisi

Insiden di Magelang Diyakini Bukan Pelecehan, Ada Kesepakatan Antara Putri dengan Brigadir J atau KM

Menurut IPW, insiden di Magelang itu bukan pelecehan tapi kesepakatan, entah antara Putri dengan Brigadir J atau Putri dengan Kuwat Maruf.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Soewidia Henaldi
Kolase
Menurut IPW, insiden di Magelang itu bukan pelecehan tapi kesepakatan, entah antara Putri dengan Brigadir J atau Putri dengan Kuwat Maruf. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM — Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso membeberkan dugaan baru terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.

Ia menduga bahwa insiden yang terjadi di rumah pribadi Ferdy Sambo di Magelang itu benar adanya.

Namun ia mengatakan bahwa menurut dia, kejadian itu bukan pelecehan seksual melainkan konsensual atau kesepakatan.

Isu dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J terhadap Putri Candrawathi ini kembali digaungkan oleh Komnas HAM dan Komnas Perempuan.

Sugeng Teguh Santoso pun menduga hal itu merupakan produk prakondisi yang telah dilakukan Ferdy Sambo sejak 8 Juli 2022.

“Dari tanggal 8 Juli, kejadian itu sudah prakondisi ke mana-mana, termasuk ke IPW. Tanggal 11 waktu kasusnya masih gelap gulita, IPW menyatakan 3 hal, kejadian ini janggal karena itu bentuk tim pencari fakta, kemudian nonaktifkan Sambo. Waktu itu kan Sambo masih kuat berada sedang PCR, tidak ada di tempat,” kata Sugeng Teguh Santoso, dilansir dari Kompas TV, Senin (26/9/2022).

Kemudian pada 12 Juli 2022, dirinya juga mengaku dihubungi oleh anggota DPR yang menyampaikan kasus pelecehan tersebut.

“Ada pengancaman, kemudian waktu ditegur dia (Brigadir J) menembak, ini versinya begini. Terus ada bahasa, Sambo itu menyesal, kenapa bukan dia sendiri yang menembak Brigadir J. Itu sampai ke saya, tapi itu dari DPR,” jelas dia.

Kemudian ia juga mengaku ditemui oleh seorang anggota polisi berpangkat Komisaris Besar.

Baca juga: Gantikan Kombes Budhi Herdi Susianto, Kombes Ade Ary Syam Kini Jabat Kapolres Metro Jakarta Selatan

“Ada polisi tanggal 15 kombes meminta ketemu saya, dia anggota satgasus juga menceritakan hal yang sama. Bahkan pelecehan itu sampai persentuhan fisiknya dia tahu. Dipegang kakinya, kemudian mau dibekap, (ditodong) pakai pistol,” tuturnya lagi.

Prakondisi

Untuk itu, kata dia, dirinya saya sudah mendengar ada prakondisi, termasuk pada komisioner-komisioner, seperti Komnas Perempuan, LPSK, dan Komnas HAM.

“Jadi memang kerjanya sistematis untuk menghilangkan jejak pada kasus pembunuhan tersebut,” ungkapnya.

Sebab fakta yang tidak bisa dihindari bahwa ada sesorang yang tewas di rumah dinas Ferdy Sambo.

Adegan Putri Candrawathi tiduran di kasur saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. Tampak pemeran Brigadir J di samping Putri Candrawathi
Adegan Putri Candrawathi tiduran di kasur saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. Tampak pemeran Brigadir J di samping Putri Candrawathi (Youtube channel Polri TV)

“Oleh karena itu untuk menghilangkan jejak kasus ini, dibuatlah skenario cerita seperti tadi. Disampaikan ke berbagai pihak, itu upaya yang saya sebut prakondisi. Ketika Komnas HAM dan Komnas Perempuan menyatakan itu ada pelecehan, itu adalah produk prakondisi,” bebernya.

Kemudian yang jadi masalah, lanjut dia, pada Undang-undang kekerasan seksual, keterangan saksi saja sudah cukup sebagai bentuk diakuinya adanya proses penyelidikan.

“Jadi Komnas Perempuan basis teoritisnya juga ada, dasarnya UU PKS. Tapi saya melihat dan saya selalu katakan, apakah dari awal ada hasil visum et repertum psikiatrum,” katanya.

Ia pun mempertanyakan apakah selama ini ada pemeriksaan dari psikolog forensik kepada Putri Candrawathi untuk mencari tahu soal penyebab dirinya mengalami trauma.

“Apakah karena melihat Brigadir J tertembak, seseorang yang secara personal dekat dengan dia, atau karena dilecehkan. Menurut saya (assesment) itu tidak ada,” jelasnya.

Baca juga: BEDA NASIB, Ibunda Brigadir J Pilu Lihat Makam Yosua Memprihatinkan, Kondisi Ferdy Sambo Sebaliknya

Pelecehan Seksual

Tak hanya itu, Sugeng Teguh Santoso juga menduga bahwa pelecehan seksual itu tidak ada.

“Menurut saya tidak ada, yang ada konsensual. Peristiwanya ada, tapi kesepatakan,” ujar dia.

Sebab menurut dia, hal itu terlihat pada reaksi Susi dan Kuwat Maruf saat bertemu dengan Bripka RR.

“Kalau tidak ada sama sekali kan Susi tidak nangis, kemudian Kuwat Maruf tidak terjadi insiden di Magelang itu,” katanya.

Namun ia mengatakan bahwa insiden itu bisa saja antara Putri Candrawathi dengan Brigadir J atau, Putri Candrawatahi dengan Kuwat Maruf.

“Ini ada perjumpaan, menurut saya ada perjumpaan yang konsensual itu ada, entah antara J atau KM dengan Ny PC,” tandasnya.

Ia pun menegaskan kalau dugaan itu berdasarkan dari informasi yang ia terima.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved