Gempa Bumi Cianjur
Bantah Ada Tenda Khusus Pasutri Korban Gempa, Kades Sebut Tenda Sakinah Cuma Guyonan: Itu Dapur Umum
Dede Farhan mengatakan, tenda sakinah tersebut hanya guyonan para pengungsi. Kenyataannya hanya dapur umum dan posko medis untuk warga berobat.
Penulis: tsaniyah faidah | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Adanya tenda sakinah untuk pasangan suami istri korban gempa bumi Cianjur, Jawa Barat, cukup membuat kehebohan.
Pasalnya, menurut kabar yang beredar, tenda sakinah yang berdiri di kompleks Pondok Pesantren Assuyutiyah, Kampung Bayubud, Desa Rancagoong, Kecamatan Cilaku itu dikhususkan untuk pasutri yang ingin memadu kasih.
Ada pro kontra yang terjadi dengan keberadaan tenda sakinah itu.
Banyak publik menyayangkan di tengah kondisi sulit masih mementingkan kebutuhan biologis pengungsi gempa bumi Cianjur.
Menurut mereka, tenda tersebut lebih baik digunakan untuk pengungsi lain yang tak mendapatkan tempat bernaung yang layak.
Atas kehebohan tenda sakinah itu, Kepala Desa Rancagoong, Dede Farhan buka suara.
Ia membantah keberadaan tenda sakinah untuk pasutri berhubungan badan di desanya.
"Itu tidak ada, saya memastikan bahwa di desa ini tidak ada tenda sakinah," tegas Dede dikutip dari Tribunjabar.id, Sabtu (3/11/2022).
Ia pun mengungkap fungsi sebenarnya tenda yang bikin heboh itu.
Menurut Dede Farhan, fungsi tenda yang dimaksud adalah untuk posko medis dan dapur umum.
Ia mengatakan, posko itu selalu digunakan warga dan dokter yang selalu berada disana untuk berobat.
"Itu posko dapur umum. Di depannya tenda medis untuk warga yang sakit," ucap dia.
Dede Farhan mengatakan, tenda sakinah tersebut hanya guyonan para pengungsi.
Namun kenyataannya sampai saat ini tidak pernah didirikan.
Baca juga: Mengintip Bilik Cinta Korban Gempa Cianjur, Tenda Sakinah Jadi Tempat Pasutri Bermadu Kasih
Penjelasan Pimpinan Ponpes
Pimpinan Pondok Pesantren Assuyuthiyyah, Ferry Nur El Firdaus menjelaskan, obrolan mengenai tenda sakinah itu hanyalah obrolan warga sekitar.
Ia menegaskan bahwa tenda sakinah tersebut tidak ada, dan tidak benar dirinya sebagai penggagas tenda tersebut.
"Tenda Sakinah itu tidak ada, itu hanya obrolan masyarakat," tegasnya.
Meski demikian, dia tetap ingin tempat privasi seperti itu perlu ada bagi pengungsi gempa bumi Cianjur.
Sebab, menurutnya, perlu ada tenda khusus untuk keperluan privasi, seperti wanita yang ingin menyusui anaknya.
Baca juga: Bantah Pengungsi Gempa Cianjur Mengemis di Pinggir Jalan, Bupati: Itu Bukan Korban
"Karena masyarakat yang berdiam diri di tenda dalam waktu lama, perlu adanya tempat privasi, seperti tempat menyusui. Jadi itu dalam rangka penanggulangan bencana," kata Ferry.
"Jangan sampai campur baur laki-laki dan perempuan. Itu kan dalam adat Sunda saja sudah tidak boleh dilakukan," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, bahwa Ferry adalah penggagas berdirinya tempat khusus untuk aktivitas pasangan suami istri yang diberi nama tenda sakinah.
Ferry mengatakan, tenda ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan biologis suami istri yang terganggu akibat gempa bumi Cianjur.
Sebuah tenda milik anggota Pramuka ini muat untuk menampung tiga hingga empat orang di dalamnya.
Pasutri yang ingin menggunakan tenda sakinah itu harus mengikuti jadwal antrean pendaftaran.
Baca juga: Kernet Truk Korban Longsor Cianjur Belum Ditemukan, Sang Kakek Pilu: Pengen Bawa Sedikit Buktinya
Tenda itu didirikan setelah ada salah seorang warga Desa Pasir Goong yang pulang kampung seusai merantau kerja selama dua bulan.
Namun kepulangannya bertepatan dengan terjadinya gempa bumi di Kabupaten Cianjur.
Rumah warga tersebut rusak akibat gempa sehingga harus mengungsi di tenda yang didirikan di lapangan desa.
Mendengar kegelisan warga itu, akhirnya Feri berinisiatif mendirikan sebuah tenda milik anggota Pramuka untuk dijadikan bilik cinta korban gempa bumi Cianjur.
Ia mengaku awalnya tenda sakinah sempat menjadi pertentangan sejumlah warga karena dianggap hal yang tabu.
Namun, seiring berjalannya waktu masa tanggap darurat dan warga belum bisa menempati kembali rumahnya, akhirnya semua warga bisa menerimanya.