IPB University

Sistem Pangan Indonesia Masih Ketergantungan Impor, IPB University Turun Tangan Mengubah Tren

Alumni IPB University dituntut ikut turun tangan mengubah ketergantungan pada impor dengan menciptakan tren pertanian dalam negeri.

Editor: Tsaniyah Faidah
Dokumentasi Humas IPB University
Forum Silaturahmi Alumni (FSA) yang diselenggarakan Direktorat Kerjasama dan Hubungan Alumni (DKHA) IPB University di IPB International Convention Center (IICC), Bogor. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Direktorat Kerjasama dan Hubungan Alumni (DKHA) IPB University menyelenggarakan Forum Silaturahmi Alumni (FSA).

Forum tersebut mengangkat tema besar “HA IPB untuk Indonesia: Gagasan Besar Alumni IPB untuk Pembangunan Agromaritim Menuju Indonesia Maju 2045” di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, belum lama ini.

Acara ini dilatarbelakangi oleh tiga hal yaitu perubahan Indonesia dalam kebutuhan pangan yang tinggi, keinginan alumni IPB University untuk lebih serius dan intens dalam memberikan masukan untuk pertanian Indonesia, dan keinginan untuk mendukung Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045.

Hadir dalam kegiatan ini Prof Tridoyo Kusumastanto (Ketua Majelis Wali Amanat/MWA IPB University), Prof Arif Satria (Rektor IPB University), Gun Sutopo (Owner Sabila Farm).

Dalam kegiatan ini, Prof Tridoyo menerangkan terkait “Membangun Negara Maritim Indonesia 2045”.

Menurutnya, tantangan Indonesia pada tahun 2045 ialah fenomena penyusutan lahan pertanian yang terjadi bersamaan dengan alih guna kawasan dari pertanian ke non-pertanian.

Bersamaan dengan hal tersebut, Indonesia juga mengalami bonus demografi yang perlu dimanfaatkan dengan baik.

“Upaya yang dapat kita wujudkan adalah dengan melakukan perubahan perilaku melalui pendidikan," ujarnya.

Pendidikan ini, lanjut Prof Tridoyo, akan menjadi trigger dari lahirnya inovasi dimana kesemuanya diwujudkan dalam policy making pembangunan Indonesia.

"Kita bertugas untuk menghantarkan alumni IPB University agar lebih berperan sehingga Indonesia bisa menjadi negara maju yang dapat memberi manfaat dalam skala global. Alumni IPB University yang hebat ialah yang memberikan kontribusi,” ujarnya.

Sementara itu, Prof Arif Satria mengungkapkan bahwa ada 191 juta manusia di 53 negara yang mengalami krisis pangan.

Untuk Indonesia sendiri, kondisi sistem pangannya mengalami ketergantungan pada pangan impor, food loss dan waste tinggi, logistic performance index yang masih rendah dan biaya logistik yang cukup tinggi.

“Upaya yang dapat dilakukan oleh IPB University dalam menjawab tantangan pertanian yaitu peningkatan produktivitas pangan secara sistematis, mempertahankan stabilitas harga, penguatan industri pangan nasional, peningkatan efisiensi sistem pangan, meningkatkan diversifikasi dan ketahanan pangan lokal, regenerasi dan perlindungan petani melalui One Village One CEO (OVOC),” jelasnya.

Gun Sutopo, yang dikenal sebagai petani milyarder ikut menambahkan tentang pentingnya mengubah ketergantungan pada impor dengan menciptakan tren pertanian dalam negeri.

“Dengan tingginya jumlah petani usia tua, menyebabkan adanya masalah aging farmer (penuaan petani). Mayoritas petani memilih menanam komoditas yang sudah mereka tanam dari dulu, ketimbang beralih mengikuti pergerakan tren global,” ujarnya.

Sisi optimisnya, Gun Sutopo menyampaikan peluang Indonesia sebagai negara tropis untuk pengembangan buah-buahan.

“Maka kuasailah produksi dengan teknologi untuk menghasilkan buah berkualitas dalam jumlah yang banyak,” tutupnya di akhir pemaparan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved