Viral di Medsos

Dosen Sejarah Analisa Fakta soal Kota Gaib Saranjana, Ternyata Wilayahnya Ada di Peta Tahun 1845

Seorang dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Jurusan Sejarah, Mansyur mencoba menganalisa Saranjana, dari perspektif historis ilmiah.

Editor: khairunnisa
kolase Instagram
Foto Dokter Devi sedang berada di Bukit Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terlihat ada penampakan gedung-gedung tinggi yang diduga sebagai Kota Saranjana 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Seorang dosen sejarah menganalisa kebenaran terkait Kota Saranjana yang belakangan tengah heboh diperbincangkan.

Hal itu lantaran sebuah penampakan diduga kota gaib Saranjana muncul di foto seorang dokter bernama Devi.

Kala itu Devi sedang berfoto di puncak Bukit Mamake, Kotabaru, Kalsel.

Saat berfoto, gerimis tidak berhenti. Devi dan suaminya lantas memutuskan untuk turun dari bukit.

Di mobil dalam perjalanan pulang, Devi melihat hasil jepretan suami.

Hasilnya, di belakang bukit tampak dari kejauhan berjejer gedung tinggi bak kota modern.

"Loh, ini apa dibelakang kok ada kayak gedung-gedung," tanyanya ke sang suami.

Penampakan gedung modern itu dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang kota gaib Saranjana.

Kabar yang beredar dari mereka yang pernah masuk ke kota itu, kotanya sangat maju dengan jalan raya yang lebar.

Gedung perumahan yang megah dengan pagar rumah tinggi.

Setelah fotonya viral, Devi masih menganggap itu hanyalah pantulan cahaya lampu semata. 

Seperti yang dipercayai oleh masyarakat setempat, kota gaib ini adalah kota maju bak kota metropolitan dengan gedung pencakar langit dan kendaraan-kendaraan mewahnya.

Baca juga: 5 Fakta Dokter Tak Sengaja Rekam Penampakan Kota Gaib Saranjana, Gedung Tinggi Samar-samar Terlihat

Ada pula yang mengatakan kota ini dihuni oleh jin beragama Islam.

Di lain cerita, penduduknya disebut sebagai manusia yang menggaib.

Lantas, kalau ditinjau dari perspektif ilmiah, benarkah Kota Saranjana itu ada dan dari mana asal muasal kata Saranjana?

Seorang dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Jurusan Sejarah, Mansyur mencoba menganalisa Kota Saranjana, dari perspektif historis ilmiah.

Melalui tulisannya di akun Facebooknya Sammy 'xnyder Istorya, Mansyur yang juga mantan seorang jurnalis menulis tentang Saranjana.

Menurut dia, ada tiga versi lokasi Saranjana hasil penelusurannya.

Pertama, di Kotabaru, Kalimantan Selatan, versi kedua di Teluk Tamiang, Pulau Laut dan ketiga di sebuah bukit kecil yang terletak di Desa Oka-Oka Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Dari perspektif historis menurut Mansyur Saranjana adalah fakta.

Foto Dokter Devi sedang berada di Bukit Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terlihat ada penampakan gedung-gedung tinggi yang diduga sebagai Kota Saranjana
Foto Dokter Devi sedang berada di Bukit Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terlihat ada penampakan gedung-gedung tinggi yang diduga sebagai Kota Saranjana (kolase Instagram)

Sebab, Salomon Muller, naturalis berkebangsaan Jerman dilahirkan di Heidelberg, dalam petanya berjudul "Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo" (peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo), tahun 1845 mengambarkan bahwa terdapat wilayah yang ditulisnya sebagai Tandjong (hoek) Serandjana.

Tandjong ini terletak di sebelah selatan Pulau Laut, tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan (Pulau Kerumputan) dan Poeloe Kidjang.

Dalam kapasitasnya sebagai pembuat peta, Salomon Muller menjabat anggota des Genootschaps en Natuurkundige Komissie in Nederlands Indie yang sudah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden dan sedang melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di kepulauan Indonesia.

Namun, belum bisa dipastikan apakah Salomon Muller pernah berkunjung ke Tandjong (hoek) Serandjana sebelum memetakannya.

Salomon Muller pun tidak pernah menyinggungnya dalam beberapa artikelnya yang diterbitkan Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.

Peta yang memuat Tandjong (hoek) Serandjana tersebut dimuat dalam Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel, seri pertama yang diterbitkan Staatsbibliothek zu Berlin.

Peta ini dibuat 18 tahun sebelum Salomon Müller meninggal dunia pada tahun 1863.

Menurut Mansyur, sumber lainnya yang memuat tentang Serandjana adalah Pieter Johannes Veth, dalam "Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten", halaman 252.

Kamus ini diterbitkan di Amsterdam oleh P.N. van Kampen, tahun 1869.

Veth menuliskan "Sarandjana, kaap aan de Zuid-Oostzijde van Poeloe Laut, welk eiland aan Borneo's Zuid-Oost punt is gelegen" (Sarandjana, tanjung di sisi selatan Poeloe Laut, yang merupakan pulau yang terletak di bagian tenggara Kalimantan).

Secara terminologi, kalau dikomparasikan dengan kosakata India, " Saranjana" berarti tanah yang diberikan.

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Viral Penampakan Kota Gaib Saranjana di Foto Dokter, Pernah Ada di Peta Tahun 1845

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved