Polisi Tembak Polisi

Polri Putuskan Bharada E Tak Dipecat Usai Sidang Etik, Pakar Hukum: Harusnya Diberikan Penghargaan

Peraturan itu tertulis di PP 1 tahun 2003, yang di mana dikatakan sanksi pidananya tidak lebih dari tiga tahun, jadi menurutnya ada kemungkinan

Penulis: Reynaldi Andrian | Editor: Damanhuri
Istimewa/Tangkapan layar Kompas TV
Hasil sidang kode etik, Richard Eliezer atau Bharada E dipertahankan sebagai anggota Polri. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Sidang kode etik memutuskan jika Bharada Richard Eliezer atau Bharada E tetap menjadi anggota Polri usai terlibat kasus pembunuhan Brigadir J.

Hal itu diungkapkan Karopenmas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan di Mabes Polri, Rabu (22/2/2023).

Menurutnya, Bharada Richard Eliezer tidak dipecat dari intitusi kepolisian setelah menjalani proses sidang kode etik.

Bharada E hanya diberikan sanksi administartif berupa sanksi demosi selama satu tahun.

"Penurunan jabatannya demosi difungsi Yanma (Pelayanan Masyarakat). Jadi dalam masa hukuman satu tahun yang bersangkutan ditempatkan ditamtama Yanma Polri," jelasnya.

Tetap bergabungnya Barada E diinstitusi Polri pun sudah diprediksi Pakar Hukum Pidana, Jamin Ginting.

Menurut Jamin Ginting, Bharada Richard Eliezer atau Bharada E tidak akan di Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dalam putusan sidang etik yang berlangsung hingga sore hari ini, Rabu (22/2/2023).

Hal itu dikarenakan hukuman yang terbilang cukup ringan dari Richatd Eliezer.

"Kalau melihat dari hukuman 1 tahun 6 bulan dan terkait dengan status sebagai justice collaborator dan kapolri juga sekilas pernah mengucapkan kalau dia akan melindungi, akan memberikan kesempatan Richard Eliezer untuk bisa diterima kembali ke polisi, itu bahwasanya menunjukkan ada kemungkinan bisa," ucapnya di Breaking News Kompas TV sebelum sidang etik diputuskan.

Baca juga: Putusan Bharada E Inkrah Jika JPU Hari Ini Tak Ajukan Banding, Bisa Langsung Eksekusi

Selain itu, kata Jamin Ginting terdapat beberapa peraturan terkait dengan pemberhentian anggota kepolisian.

Peraturan itu tertulis di PP 1 tahun 2003, yang di mana dikatakan sanksi pidananya tidak lebih dari tiga tahun, jadi menurutnya ada kemungkinan Richard Eliezer bisa diterima kembali.

"Lalu kalau merujuk kepada undang-undang ASN, ini kan termasuk kategori Aparatur Sipil Negara itu dikatakan bahwa untuk tindak pidana di luar fungsionalnya itu bisa diterima kembali dengan sanksi pidana tidak lebih dari 2 tahun," jelasnya.

Maka dari itu, menurutnya ada beberapa ketentuan yang memungkinkan Bharada E bisa kembali menjadi ASN atau Polri.

Kolase, Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti dan Richard Eliezer atau Bharada E. Poengky Indarti yakin Bharada E akan kembali ke Instansi Polisi dan dibalikkan ke Brimob, bahkan Kompolnas juga menjamin keamanan hingga pendidikan dan kenaikan pangkat Eliezer
Kolase, Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti dan Richard Eliezer atau Bharada E. Poengky Indarti yakin Bharada E akan kembali ke Instansi Polisi dan dibalikkan ke Brimob, bahkan Kompolnas juga menjamin keamanan hingga pendidikan dan kenaikan pangkat Eliezer (Istimewa/Kolase)

Lalu, pertimbangan yang paling menentukan sidang etik ini, yaitu dasar hukumnya yang berpegang dalam PP 1 tahun 2003 tentang pemberhentian kepolisian Republik Indonesia dan ketentuan Undang-undang ASN terkait pemberhentian secara tidak hormat kepada ASN yang sanksi pidananya di atas dua tahun.

"Saya kira agak jauh ya kalau PTDH dilihat dari apa yang bisa dipertimbangkan sebagai orang yang membuka kotak pandora, membantu dalam mengungkapkan suatu tindak pidana dan sudah ditetapkan dalam suatu putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap sebagai status justice collaboratornya," paparnya.

Hal itu merupakan alasan dan pertimbangan yang mungkin akan diambil oleh majelis dalam sidang kode etik Bharada E.

Bahkan, bila hal-hal tersebut dipertimbangkan, maka Richard Eliezer akan diterima kembali di Polri.

Tetapi bila Bharada E tidak dihukum PTDH, maka akan dikenakan sanksi lainnya, seperti sanksi etika, adminstratif atau demosi.

Bahkan, ada juga sanksi hukuman untuk tidak pendidikan atau naik jabatan dalam beberapa tahun ke depan.

Baca juga: Sosok dan Profil Pemimpin Sidang Etik Bharada E, Kombes Sakeus Ginting Banyak Pengalaman di Propam

Hal itu, kata Jamin Ginting menjadi beberapa cobtoh bila Bharada E tidak di PTDH.

Untuk sidang etik tertutup ini, menurutnya menjadi hal yang wajar, dikarenakan terkait jabatam dan pangkat.

Maka dari itu, sidang etik ini tidak untuk dikonsumsi oleh publik.

"Tapi kelihatannya, konteks itu juga sangat sensitif bagi keadilan untuk masyarakat tentunya, kalau dia sampai tidak diberikan hak untuk naik jabatan atau pangkat dalam dua tahun terakhir atau dia di demosi, demosi pakai apalagi, pangkatnya sudah yang paling rendah," jelasnya.

Jamin Ginting mengungkapkan bahwa hal tersebut menjadi keadilan untuk masyarakat.

Tetapi, bila sidang etik ini ada sanksi kepada Bharada E yang bersifat administratif, maka akan menjadi permasalahan kembali bagi masyarakat.

"Jadi menurut saya sudah bahan pertimbangan cukup matang untuk bisa diterima kembali, bahkan mungkin diberikan penghargaan harusnya," katanya.

Momen kedatangan Richard Eliezer jelang menjalani sidang kode etik untuk mengetahui nasib Bharada E di kepolisian, Rabu (22/2/2023)
Momen kedatangan Richard Eliezer jelang menjalani sidang kode etik untuk mengetahui nasib Bharada E di kepolisian, Rabu (22/2/2023) (Youtube channel Kompas tv)

Tetapi, dalam kasus ini, sidang etik yang dilakukan Richard Eliezer bukan sidang pemberian penghargaan tetapi pemeriksaan.

"Ini memang aturannya tertutup, karena konteksnya disini adalah terkait dengan rahasia negara, artinya konteks ini jabatan, jabatan yang diemban oleh petugas kepolisian, jadi ada hal-hal yang tidak menjadi konsumsi publik, berbahaya bila menjadi konsumsi publik," katanya.(*)

Sumber: Kompas TV
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved