SNBT 2023

5 Contoh Soal UTBK-SNBT 2023 Materi PPU, Asah Kemampuan Memahami dan Mengkomunikasikan Pengetahuan

Segera persiapkan diri menjelang UTBK-SNBT 2023 yang akan diadakan pada bulan Mei 2023. Akan ada 7 subtes yang diujikan, PPU salah satu subtesnya.

Editor: Tsaniyah Faidah
Ist/net
Coba latihan soal pengetahuan dan pemahaman umum berikut ini. Bantu asah kemampuan sebelum UTBK-SNBT 2023 tiba. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Segera persiapkan diri menjelang UTBK-SNBT 2023 yang akan diadakan pada bulan Mei 2023.

Akan ada dua gelombang yang berlangsung dengan 7 subtes yang diujikan pada UTBK-SNBT 2023.

Salah satunya, yaitu pengetahuan dan pemahaman umum, pada UTBK-SNBT 2023 subtes ini akan menguji kemampuan peserta untuk memahami dan mengkomunikasikan pengetahuan.

Inilah 5 contoh soal PPU yang dirangkum dari Ruang Guru lengkap dengan pembahasannya.

Teks ini digunakan untuk menjawab soal nomor 1–2.

(1) Sebagian besar orang sering mengeluh karena terlalu sibuk. (2) Mereka umumnya ingin memiliki lebih banyak waktu luang. (3) Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa terlalu banyak waktu luang ternyata tidak lebih baik daripada terlalu sibuk. (4) Menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Psychological Association, bertambahnya waktu luang memang dapat meningkatkan rasa bahagia. (5) Akan tetapi, perasaan itu hanya bertahan sampai titik tertentu. (6) Jika waktu luang yang dimiliki terlalu banyak, akan ada dampak buruk yang timbul.

(7) Untuk menyelidiki fenomena tersebut, para peneliti melakukan eksperimen daring yang melibatkan lebih dari 6.000 peserta. (8) Peneliti menemukan bahwa orang yang memiliki waktu luang sedikit merasa lebih stres daripada mereka yang memiliki jumlah waktu luang sedang. (9) Sementara itu, mereka yang memiliki waktu luang banyak juga merasa kurang produktif daripada mereka yang berada dalam kelompok sedang. (10) Lebih lanjut, temuan tersebut menunjukkan bahwa berakhir dengan waktu luang sepanjang hari untuk melakukan hal-hal yang diinginkan ternyata dapat membuat seseorang merasa tidak bahagia. (11) Sebaliknya, orang harus berusaha untuk memiliki waktu luang dalam jumlah sedang agar dapat melakukan apa yang mereka inginkan.

Jenihansen, R. (2021). Mengeluh Terlalu Sibuk? Terlalu Luang Ternyata Tidak Lebih Baik. Diambil 1 Desember 2021 dari https://nationalgeographic.grid.id/read/132884187/mengeluh-terlalu-sibuk-terlalu-luang-ternyata-tidak-lebih-baik?page=all.

Topik : Wacana

Subtopik : Konsep Kilat Ide Pokok dan Simpulan

1. Topik bacaan tersebut adalah ....

A. perbandingan antara orang yang memiliki waktu luang dengan orang yang sibuk

B. kelebihan dan kekurangan dari adanya waktu luang yang terlalu banyak

C. memiliki terlalu banyak waktu luang tidak lebih baik daripada terlalu sibuk

D. dampak buruk yang dialami oleh orang-orang yang memiliki waktu luang

E. Penelitian American Psychological Association tentang kesibukan dan waktu luang

Kunci Jawaban: C

Pembahasan: Topik dari sebuah bacaan sama halnya dengan ide pokok atau gagasan utama bacaan tersebut. Untuk dapat menemukannya, pembaca perlu memahami ide pokok ataupun informasi penting dalam setiap paragraf, kemudian menyimpulkan inti bacaan berdasarkan hal-hal tersebut.

Bacaan pada soal tersebut terdiri dari dua paragraf. Paragraf 1 menyebutkan bahwa terlalu banyak waktu luang tidak lebih baik daripada terlalu sibuk. Dalam paragraf 1, disebutkan pula adanya dampak buruk dari waktu luang yang terlalu banyak. Sementara itu, paragraf 2 membahas penelitian tentang jumlah waktu luang yang terbaik untuk dimiliki oleh setiap orang. Dalam paragraf 2, dijelaskan bahwa memiliki waktu luang yang terlalu banyak atau terlalu sedikit tidak baik. Jumlah waktu luang yang paling ideal adalah jumlah yang sedang. Berdasarkan isi kedua paragraf, dapat disimpulkan bahwa topik bacaan tersebut adalah terlalu banyak waktu luang tidak lebih baik daripada terlalu sibuk.

Pilihan A tidak tepat. Bacaan dalam soal hanya menjelaskan bahwa sama halnya dengan terlalu sibuk, memiliki terlalu banyak waktu luang juga tidak baik. Namun, perbedaan antara orang yang memiliki waktu luang dan yang orang sibuk tidak dibahas dalam bacaan.

Pilihan B tidak tepat. Kelebihan dari memiliki waktu luang yang terlalu banyak tidak dibahas dalam bacaan. Bacaan pada soal hanya membahas adanya dampak negatif dari terlalu banyaknya waktu luang.

Pilihan D tidak tepat. Sesuai bacaan, waktu luang dapat menimbulkan dampak negatif atau dampak buruk jika ada dalam jumlah terlalu banyak. Namun, jika dimiliki dalam jumlah sedang, waktu luang tidak berdampak negatif. Jadi, topik pada pilihan D tidak sesuai dengan bacaan.

Pilihan E tidak tepat. Penelitian American Psychological Association hanya dibahas pada paragraf 2 sebagai bukti penguat dari gagasan yang dibahas dalam paragraf 1, yakni adanya dampak negatif dari waktu luang yang terlalu banyak. Jadi, topik pada pilihan E tidak mewakili keseluruhan bacaan.

Baca juga: Contoh Soal Literasi Bahasa Indonesia untuk SNBT 2023, Lengkap Jawaban dan Pembahasan

Topik : Kata, Frasa, dan Makna

Subtopik : Konsep Kilat Makna

2. Makna yang sama dari kata dampak pada kalimat (6) terdapat pula pada kata ....

A. impak

B. efek

C. imbas

D. akibat

E. implikasi

Kunci Jawaban: A

Pembahasan: Setiap kata memiliki maknanya masing-masing. Selain itu, ada pula kata-kata tertentu yang memiliki makna yang sama dengan kata lain. Kata yang bermakna sama dengan kata lain disebut sinonim.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata dampak memiliki tiga arti, yakni (1) ‘benturan’, (2) ‘pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif)’, dan (3) ‘benturan yang cukup hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang berarti dalam momentum (pusa) sistem yang mengalami benturan itu’. Dalam bacaan, kata dampak muncul pada kalimat (6) yang berbunyi Jika waktu luang yang dimiliki terlalu banyak, akan ada dampak buruk yang timbul. Kata dampak pada kalimat tersebut bermakna ‘pengaruh kuat yang mendatangkan akibat’. Kata tersebut bersinonim atau bermakna sama dengan kata impak yang dapat berarti ‘pengaruh yang kuat; dampak’.

Pilihan B dan C tidak tepat. Salah satu makna kata efek adalah ‘akibat; pengaruh’. Sementara itu, salah satu makna kata imbas adalah ‘dorongan; akibat (tanpa disengaja terjadinya)’. Kata efek dan imbas mengacu pada makna ‘akibat’, sedangkan kata dampak mengacu pada makna ‘pengaruh kuat yang mendatangkan akibat’.

Pilihan D dan E tidak tepat. Kata akibat bermakna ‘sesuatu yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa (pembuatan, keputusan); persyaratan atau keadaan yang mendahuluinya’, sedangkan kata implikasi bermakna ‘keterlibatan atau keadaan terlibat’ atau ‘yang termasuk atau tersimpul; yang disugestikan, tetapi tidak dinyatakan’. Makna kata akibat dan implikasi tidak mengacu pada pengaruh kuat yang mendatangkan akibat sehingga makna kedua kata tersebut berbeda dengan kata dampak.

Teks ini digunakan untuk menjawab soal berikut.

(1) Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut diri sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif. (2) Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan terus menghindari emosi negatif, padahal emosi negatif juga penting untuk dirasakan dan diekspresikan. (3) Penyangkalan emosi negatif yang terus dilakukan dalam jangka panjang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres berat, kecemasan atau kesedihan yang berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat terlarang, dan depresi. (4) Oleh karena itu, toxic positivity perlu dihindari. (5) Agar dapat menghindarinya, seseorang perlu mengenali ciri-ciri kondisi tersebut lebih dahulu.

(6) Toxic positivity umumnya muncul melalui ucapan. (7) Orang dengan toxic positivity mungkin sering melontarkan petuah yang terkesan positif, tetapi sebenarnya merasakan emosi negatif. (8) Selain itu, mereka biasanya merasa bersalah ketika merasakan atau mengungkapkan emosi negatif, menghindari atau membiarkan masalah yang ada, serta sering mengucapkan kalimat yang membandingkan diri dengan orang lain. (9) Ketika memberikan seseorang semangat, orang dengan toxic positivity juga sering melontarkan pernyataan yang seolah meremehkan. (10) Sebagai contoh, mereka biasanya mengucapkan kalimat Jangan menyerah, begitu saja kok tidak bisa atau Kamu lebih beruntung, masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu. (11) Bahkan, mereka juga bisa melontarkan kalimat yang menyalahkan orang yang tertimpa masalah.

Adrian, K. (2021). Mengenal Lebih Jauh tentang Toxic Positivity. Alodokter. Diambil 21 Desember 2021 dari https://www.alodokter.com/mengenal-lebih-jauh-tentang-toxic-positivity.

Topik : Konjungsi dan Kalimat

Subtopik : Konsep Kilat Kalimat

3. Di antara kalimat-kalimat berikut, manakah kalimat yang mengungkapkan gagasan yang sama dengan kalimat (2)?

A. Meski penting untuk dirasakan dan diekspresikan, seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan terus menghindari emosi negatif.

B. Emosi negatif akan terus dihindari oleh orang yang terjebak dalam toxic positivity walaupun emosi negatif sangat penting untuk dirasakan dan diekspresikan.

C. Walaupun emosi negatif penting untuk dirasakan dan diekspresikan oleh orang dengan toxic positivity, mereka akan terus menghindarinya.

D. Emosi negatif yang penting untuk dirasakan dan diekspresikan akan terus dihindari oleh seseorang yang terjebak dalam toxic positivity.

E. Toxic positivity akan membuat seseorang terus menghindari emosi negatif yang semula penting untuk dirasakan dan diekspresikan.

Kunci Jawaban: D

Pembahasan: Mencari kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan yang sama dengan kalimat tertentu sama halnya dengan mencari variasi kalimat. Sebuah kalimat dapat divariasikan dengan berbagai cara. Namun, hasil dari variasi kalimat tersebut tidak boleh mengubah makna pada kalimat asalnya.

Kalimat (2) berbunyi Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan terus menghindari emosi negatif, padahal emosi negatif juga penting untuk dirasakan dan diekspresikan. Kalimat tersebut memuat dua klausa. Dari dua klausa dalam kalimat tersebut, didapatkan dua informasi: (1) emosi negatif akan terus dihindari oleh seseorang yang terjebak dalam toxic positivity dan (2) emosi negatif penting untuk dirasakan dan diekspresikan.

Tanpa mengubah maknanya, kalimat (2) dapat divariasikan menjadi Emosi negatif yang penting untuk dirasakan dan diekspresikan (informasi 1) akan terus dihindari oleh seseorang yang terjebak dalam toxic positivity (informasi 2).

Pilihan A tidak tepat. Kalimat pada pilihan A merupakan kalimat yang tidak logis karena susunan anak kalimat dan induk kalimatnya membuat frasa penting untuk dirasakan dan diekspresikan menerangkan seseorang. Padahal, menurut teks, sesuatu yang penting untuk dirasakan dan diekspresikan itu bukan orang, melainkan emosi negatif.

Pilihan B tidak tepat. Pada pilihan B, terdapat informasi bahwa emosi negatif sangat penting untuk dirasakan dan diekspresikan. Informasi tersebut berbeda dengan informasi pada kalimat (2). Dalam kalimat (2), emosi negatif hanya disebut penting (bukan sangat penting) untuk dirasakan dan diekspresikan. Dalam memvariasikan kalimat, seseorang tidak boleh mengubah maksud dari kalimat asalnya sehingga kalimat pada pilihan B tidak tepat.

Pilihan C tidak tepat. Pada pilihan C, disebutkan bahwa emosi negatif penting untuk dirasakan oleh orang dengan toxic positivity. Padahal, pada kalimat (2), emosi negatif hanya disebut penting untuk dirasakan (artinya, penting untuk dirasakan oleh siapa saja, bukan hanya dirasakan oleh orang dengan toxic positivity).

Pilihan E tidak tepat. Pada pilihan E, terdapat kata semula yang menunjukkan bahwa emosi negatif awalnya penting untuk dirasakan dan diekspresikan. Informasi tersebut tidak sesuai dengan kalimat (2).

Berdasarkan penjelasan tersebut, kalimat yang mengungkapkan gagasan yang sama dengan kalimat (2) adalah Emosi negatif yang penting untuk dirasakan dan diekspresikan akan terus dihindari oleh seseorang yang terjebak dalam toxic positivity.

Baca juga: 10 Contoh Soal Pengetahuan Kuantitatif SNBT 2023, Lengkap Jawaban dan Pembahasannya

Teks ini digunakan untuk menjawab soal berikut.

(1) Di Jepang, ada sebuah istilah yang terkenal, yaitu wabi-sabi. (2) Istilah itu merupakan filosofi yang kerap digambarkan sebagai seni menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan. (3) Filosofi tentang ketidaksempurnaan ini dapat digunakan untuk mendekorasi rumah atau hunian. (4) Konsep hunian wabi-sabi cukup mirip dengan konsep minimalis karena menerapkan mebel yang sederhana untuk menciptakan suasana teduh. (5) Perbedaannya terletak pada karakterisasi perabot dan mebel yang digunakan. (6) Dalam konsep hunian wabi-sabi, perabot yang biasanya digunakan terbuat dari bahan-bahan alam yang dapat bertahan lama, seperti kayu jati belanda, rotan, atau sulaman rumput. (7) Dengan perabot yang dapat bertahan lama, seseorang tak perlu lagi merogoh kocek untuk membeli perabotan berulang kali.

(8) Selain itu, pewarnaan menjadi fokus dalam konsep hunian tersebut. (9) Penerapan warna dapat dilakukan dengan memilih warna-warna yang terinspirasi dari alam, seperti warna abu-abu, hijau, biru, atau warna yang menyerupai padang rumput. (10) Hal tersebut dilakukan agar tercipta suasana tenang dan damai. (11) Penerapan warna untuk konsep ini tak melulu harus lewat dinding, tetapi pada lantai atau aksesori rumah.

Kania. (2019). Prinsip Wabi-sabi Dalam Desain Hunian Jepang: Keindahan dalam Ketidaksempurnaan. Diambil 15 Desember 2021 dari https://www.dekoruma.com/artikel/92961/prinsip-wabi-sabi.

Topik : Kata, Frasa, dan Makna

Subtopik : Konsep Kilat Makna

4. Ungkapan yang digunakan penulis untuk mengumpamakan sifat yang sama pada bacaan tersebut adalah ....

A. hunian dalam kalimat (3)

B. teduh dalam kalimat (4)

C. bertahan dalam kalimat (6)

D. fokus dalam kalimat (8)

E. tercipta dalam kalimat (10)

Kunci Jawaban: B

Pembahasan: Ungkapan adalah kata yang menyatakan makna khusus atau memiliki makna kiasan/konotatif. Ungkapan yang digunakan penulis untuk mengumpamakan sifat yang sama pada bacaan tersebut adalah kata teduh. Kata teduh memiliki makna kiasan, yaitu ‘tenang; aman’. Makna ini sesuai dengan konteks kalimat (4), yaitu konsep hunian wabi-sabi menciptakan suasana yang tenang.

Pilihan jawaban A tidak tepat karena kata hunian tidak memiliki makna kiasan. Kata hunian bermakna ‘tempat tinggal; kediaman’.

Pilihan jawaban C tidak tepat karena kata bertahan tidak memiliki makna kiasan. Kata bertahan memiliki beberapa makna, yaitu ‘tetap pada tempatnya’, ‘mempertahankan diri’, ‘tidak mau menyerah’, atau ‘ukup untuk beberapa waktu’.

Pilihan jawaban D tidak tepat karena kata fokus tidak memiliki makna kiasan. Kata fokus bermakna ‘pusat’.

Piihan jawaban E tidak tepat karena kata tercipta tidak memiliki makna kiasan. Kata tercipta bermakna ‘sudah diciptakan; terjadi’.

Teks ini digunakan untuk menjawab soal nomor 5.

(1) Selama berabad-abad, para gembala dari Desa Aas, di Pyrenees, Prancis, membawa domba dan sapi ke padang rumput. (2) Untuk mengurangi kesunyian saat sedang menggembala, mereka berkomunikasi satu sama lain dengan penduduk desa yang ada di bawah pegunungan. (3) Komunikasi tersebut dilakukan dalam bentuk siulan dengan dialek Gascon lokal. (4) Mereka berkomunikasi dalam kalimat sederhana, seperti “jam berapa?”, “datanglah dan makan”, dan “bawa domba pulang”. (5) Bahasa siul yang digunakan di desa ini baru diketahui oleh orang di luar Aas sekitar pertengahan abad ke-20. (6) Sayangnya, saat itu bahasa siul di desa tersebut hampir sekarat di bibir penggunanya.

(7) Julien Meyer, ahli bahasa dan bioakustik dari Universitas Grenoble Alpes, mengatakan bahwa semua bahasa siul manusia terancam punah. (8) Sebagian besar dari bahasa siul yang tersisa akan hilang dalam dua generasi. (9) Sebenarnya, menurut Meyer, ada upaya yang sedang dilakukan untuk menghidupkan kembali bahasa ini (seperti di Desa Aas), tetapi bahasa ini mungkin tidak dapat bertahan melawan tren yang ada. (10) Praktik bahasa ini akan menghilang apabila jalan, tiang, telepon seluler, dan polusi suara menembus lembah yang dulunya terpencil.

(11) Dulunya, bahasa siul lahir di tempat-tempat yang memiliki kesulitan untuk berkomunikasi jarak jauh (seperti di pegunungan atau hutan lebat). (12) Di tempat-tempat seperti itu, bahasa siul menjadi medium yang efektif karena dapat terdengar lebih jauh. (13) Bahasa siul dapat mencapai 120 desibel–lebih keras daripada klakson–dalam rentang frekuensi 1 hingga 4 kHz.

Tanhati, S. (2021). Bahasa Siul yang Hampir Sekarat di Ujung Bibir Pengguna Terakhirnya. Diambil 13 Desember 2021 dari https://nationalgeographic.grid.id/read/132964946/bahasa-siul-yang-hampir-sekarat-di-ujung-bibir-pengguna-terakhirnya.

Baca juga: Contoh Soal Penalaran Matematika SNBT 2023, Dilengkapi Jawaban Beserta Penjelasan

Topik : Wacana

Subtopik : Konsep Kilat Analogi

5. Praktik bahasa siul yang akan menghilang sama halnya dengan sesuatu yang terjadi pada ....

A. seseorang yang kehilangan rasa kantuk karena mengonsumsi kopi

B. tamu yang tidak lagi lapar karena menyantap makanan dari tuan rumah

C. pegawai yang terkena PHK karena melanggar aturan-aturan perusahaan

D. karier pebasket yang terancam hancur karena mengalami beberapa cedera

E. jalanan di kota akan lengang saat para penduduk sedang pulang kampung

Kunci Jawaban: D

Pembahasan: Analogi berarti ‘persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan’. Untuk mengetahui hubungan analogi yang sama dari kata-kata tertentu, diperlukan pemahaman terhadap makna, fungsi, dan hubungan antarkata terkait. Sementara itu, untuk mencari hubungan analogi dalam sebuah wacana, selain pemahaman-pemahaman tersebut, pembaca juga perlu memahami isi wacana secara utuh.

Teks tersebut membahas tentang bahasa siul manusia. Dalam teks tersebut juga dijelaskan bahwa bahasa siul manusia terancam punah. Praktik bahasa siul akan menghilang apabila jalan, tiang, telepon seluler, dan polusi suara menembus lembah yang dulunya terpencil. Berdasarkan penjelasan tersebut, ada beberapa faktor yang membuat praktik bahasa siul akan menghilang. Untuk mencari analogi yang tepat, kita perlu mencari sesuatu yang akan hilang karena beberapa faktor. Hal tersebut sama dengan sesuatu yang terjadi pada karier pebasket yang terancam hancur karena mengalami beberapa cedera. Pebasket tersebut akan kehilangan kariernya karena beberapa faktor, yaitu cedera. Cedera yang dialami pebasket pun tidak hanya satu, tetapi beberapa.

Pilihan jawaban A tidak tepat. Pada pilihan jawaban A terdapat sesuatu yang sudah hilang, yaitu rasa kantuk. Rasa kantuk tersebut hilang karena sebuah hal, yaitu mengonsumsi kopi.

Pilihan jawaban B tidak tepat. Pada pilihan jawaban B terdapat sesuatu yang sudah hilang, yaitu rasa lapar. Rasa lapar tersebut hilang karena sebuah hal, yaitu makanan dari tuan rumah.

Pilihan jawaban C tidak tepat karena terdapat sesuatu yang sudah hilang, yaitu pekerjaan. Meskipun pekerjaan tersebut hilang dikarenakan beberapa faktor, yaitu aturan-aturan perusahaan. Pilihan jawaban C tidak memiliki analogi yang sama dengan praktik bahasa siul yang akan menghilang.

Pilihan jawaban E tidak tepat. Meskipun ada sesuatu yang akan hilang, yaitu keramaian, pilihan jawaban E tidak memiliki analogi yang sama. Sesuatu yang akan hilang pada pilihan jawaban E disebabkan oleh sebuah hal, yaitu para penduduk pulang kampung.

Demikianlah 5 contoh soal UTBK-SNBT 2023 yang dapat Anda coba kerjakan.

Semoga bermanfaat dan tetap semangat.

(Tribunners/Birgitta Gryzelldiez Diandrastie)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved