Nasib TKI Karawang Dijual Rp179 Juta ke Suriah, Jadi Budak Majikan Kini Tak Bisa Pulang ke Tanah Air

Saat ini, Dede Asiah tak bisa pulang ke tanah air lantaran sudah terikat kontrak dengan majikannya.

|
Penulis: Damanhuri | Editor: Damanhuri
Kolase Tribun Bogor/ist
Nasib TKI Karawang Dijual Rp179 Juta ke Suriah, Jadi Budak Majikan Kini Tak Bisa Pulang ke Tanah Air 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Nasib pilu dialami seorang Tenaga Kerja Indonesia ( TKI ) asal Kawarang Dede Asiah Awing Omo (37).  

Perempuan yang kini bekerja di Suriah itu mengaku menderita tinggal bersama majikannya.

Bahkan, ia mengaku dijual oleh mahal oleh sang penyalur ke Suriah dengan harga 12.000 Dolar atau setara 179 juta.

Curhatan sang TKI pun viral di media sosial hingga menjadi sorotan sejumlah pihak.

Dede Asiah alias DA mengaku menjadi korban perdagangan orang ketika hendak bekerja di luar negeri.

Saat ini, Dede Asiah tak bisa pulang ke tanah air lantaran sudah terikat kontrak dengan majikannya.

Baca juga: Kisah Pilu Gadis Korban Pembunuhan di Garut, Ayah Wafat, Ditinggal Ibu Jadi TKI Sejak Umur 1 Tahun

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Judha Nugraha mengatakan, saat ini Dede Asiah Awing Omo tak bisa pulang lantaran masih terikat kontrak.

Menurutnya, pihaknya bersama KBRI Damaskus telah menangani kasus tersebut sejak awal Februari 2023 lalu

Ia menerangkan, diketahui DA berangkat ke Damaskus pada awal November 2022 melalui Bandara Soekarno Hatta.

DA telah bekerja berpindah-pindah pada tiga majikan berbeda selama di Suriah.

Sebelumnya DA pernah memiliki pengalaman bekerja di Arab Saudi, PEA, dan Kuwait.

"KBRI Damaskus melakukan tindak lanjut dengan menemui pihak agensi dan diperoleh informasi bahwa berdasarkan hukum di Suriah, DA memiliki izin tinggal dan izin kerja, serta telah menandatangani kontrak kerja. Majikan meminta ganti rugi jika DA memutus kontrak," terang Judha Nugraha dalam keterangannya, Sabtu (1/4/2023) seperti dilansir dari Tribunnews.com.

Judha Nugraha mengatakan, KBRI Damaskus telah mengirimkan Nota Diplomatik ke Kemlu Suriah terkait permohonan bantuan penyelesaian dan penerbitan exit permit. 

Diketahui, Suriah menerapkan sistem kafalah dimana majikan memiliki kewenangan untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan pekerjanya untuk pulang.

"Pada 31 Maret 2023, Kementerian Luar Negeri bertemu dengan keluarga DA di Karawang untuk menjelaskan langkah-langkah Kemlu dan KBRI. Hadir pula Bupati Karawang, Polres Karawang, Disnaker Karawang dan BP3MI," ujarnya.

Dede Asiah Awing Omo (37) Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dijual sebagai budak di Suriah.
Dede Asiah Awing Omo (37) Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dijual sebagai budak di Suriah. (Istimewa)

Judha Nugraha mengatakan, KBRI Damaskus telah berkoordinasi dengan otoritas Suriah untuk mengupayakan pemindahan DA ke shelter KBRI Damaskus.

KBRI juga mengupayakan exit permit DA, serta memfasilitasi kepulangan ke Indonesia.

"Kemlu juga mendorong pertanggungjawaban hukum terhadap agen pengirim di Indonesia, berkoordinasi dengan pihak Polri," kata Judha Nugraha.

50 PMI dipulangkan dari Suriah

Saat ini sudah puluha PMI (Pekerja Migran Indonesia) yang dipulangkan dari Suriah.

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Judha Nugraha mengatakan, sejak awal tahun 2023 hingga Maret KBRI telah memulangkan sebanyak 50 PMI dari Suriah

Seluruh kasus tersebut adalah PMI yang diberangkatkan tidak sesuai prosedur dan kemudian mengalami permasalahan ketenagakerjaan dan eksploitasi di Suriah.

Baca juga: Motif Ayah Kandung Siksa Putri Kecilnya Terungkap, Ibu Korban Ternyata TKW di Malaysia

Menurutnya, keberangkatan PMI tidak sesuai prosedur semakin marak terjadi.

Sehingga perlu penguatan langkah pencegahan sejak dari hulu. 

Pada tahun 2022, KBRI Damaskus telah menangani kasus dan memfasilitasi pemulangan sebanyak 244 PMI dalam 13 gelombang. 

Curhatan Sang TKI

Sebelumnya, viral di media sosial video curhatan TKI asal Karawang bernaman Dede Asiah Awing Omo (37). 

Dede Asiah mengaku menjadi korban perdagangan orang ketika hendak bekerja di Istanbul, Turki. 

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, nama saya Dede Asiah dari Karawang, tolong saya, saya pengen pulang, perut saya sakit..," ungkapnya menangis di awal video berdurasi 2 menit itu.

Dede menceritakan awal mula dirinya dijual sebagai budak di Suriah.

Peristiwa itu bermula ketika dirinya menerima tawaran untuk bekerja sebagai PMI oleh perusahaan penyalur tenaga kerja.

Diiming-imingi gaji sebesar USD 600 per bulan, Dede pun tertarik dan menerima tawaran untuk bekerja di Turki.

Jadi awal-awalnya saya diiming-imingin kerja di Turki gaji 600 Dollar, tapi setelah saya mendarat di Istanbul, saya dibuang ke Suriah," ujarnya sedih.

Terpaut jauh lebih dari 1.461,6 kilometer, perempuan kelahiran 20 Mei 1986 itu tidak dapat berbaut banyak.

Dede hanya mengikuti arahan perusahaan yang membawanya bekerja.

Baca juga: Kisah Pilu TKW Asal Indramayu 12 Tahun Ditahan Majikan, Dilarang Pulang hingga 5 Tahun Tak Gajian

Ilustrasi TKI
Ilustrasi TKI (Grid.ID)

Tak dinyana, dirinya justru dijual oleh perusahaan penyalur tenaga kerja sebesar USD 12.000.

Sebagai budak yang sudah dibeli, Dede pun diwajibkan untuk mengabdi kepada seorang majikan selama empat tahun.

"Di Suriah saya dijual 120.000 Dollar empat tahun tanpa sepengetahuan saya. Saya tahunya darimana? saya tahunya dari majikan, karena majikan saya bilang 'kalau saya harus kerja di sini empat tahun karena saya ini mahal'," ungkap Dede.

"Saya ini 12.000 dollar, majikan udah ngeluarin uang 12.000 Dollar untuk ngebeli saya," bebernya

Hari demi demi hari berganti bulan dan tahun, walau berat Dede menjalani pekerjaannya sebagai budak dengan rasa sabar.

Baca juga: Hujan Selamatkan Nyawa Sang TKW dari Pembunuhan Berantai, Hanna Nyaris jadi Tumbal Wowon CS

Namun, kini dirinya mengaku tidak kuat lagi, alasannya perutnya kerap kali sakit pasca operasi cecar. 

"Karena pekerjaannya sangat berat, perut saya sakit karena saya baru saja lahiran cecar, saya pun dipulangkan ke kantor-saya diistirahatkan, seminggu-dua minggu, lalu saya dijual lagi," ujarnya menahan tangis.

"Lalu saya kembali lagi kerja, perut saya sakit lagi karena pekerjaannya emang sangat berat. tidur jam dua malem, bangun jam 6-jam 7 pagi," ungkap Dede sedih.

Lantaran tidak kuat menahan sakit, dirinya pun mengadukan nasib kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Republik Arab Suriah di Damaskus.

Namun, laporannya tidak kunjung ditindaklanjuti, dirinya mengaku masih belum bisa keliur dari tempat penampungannya saat ini. 

"Di sini juga saya udah coba untuk ngehubungin KBRI, tapi KBRI tidak ada tindakan, jadi saya bingung minta tolong ke siapa? lapor ke siapa?," ungkapnya menghapus air mata yang terus berlinang di pipi.

"Saya cuma ngeluh ke suami saya, tapi suami saya udah bolak-balik ke Polres (Karawang) minta bantuan sana-sini, udah ngehabisin uang buat nolongin saya, tapi belum ada pertolongan dari siapapun

"Tolong bantu saya, tolong bantu saya, saya pingin pulang," ujarnya memelas sembari terus menangis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved