Tak Seperti Viky, Septi Siswi Kelas 3 SD Sekolah Jalan Kaki dari Kampung Mati Lewat Jembatan Rusak

Beda dengan Viky, Septi Siswa Kelas 3 SD Sekolah Jalan Kaki Lewati Hutan dan Jembatan Rusak

|
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Ardhi Sanjaya
Youtube Bang Ibra
Beda dengan Viky, Septi Siswa Kelas 3 SD Sekolah Jalan Kaki Lewati Hutan dan Jembatan Rusak 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Perjuangan Viky untuk sampai ke sekolah rupanya kalah jauh dengan Septi, siswi kelas 3 SD yang jalan kaki menembus hutan angker agar sampai ke sekolahnya.

Drama Viky siswa SMA yang katanya sekolah jalan kaki 16 Km hingga kini masih belum terbukti.

Tak jelas juntrungannya dimana sekolah Viky.

Selain itu tak ada bukti pula Viky benar jalan kaki atau tidak.

Di tengah pergunjingan Viky sekolah jalan kaki 16 Km dari Ciputat ke Bojongsari Depok, kini muncul Septi.

Siswi kelas 3 SD yang tinggal di kampung mati, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kulon Progo, Yogyakarta.

Alamat Septi sebenarnya adalah Kampung Suci, namun karena tak ada lagi penduduknya maka dinamai kampung mati.

Dari tujuh rumah, kini hanya tersisa satu rumah milik Sumiran yang ditinggali Septi di kampung tersebut.

"Pada pindah semua," kata Sumiran.

Meski lokasinya jauh dari keramaian, Sumiran dan istrinya tak mau mematahkan cita-cita Septi.

Ia tetap mendukung Septi menyelesaikan sekolahnya.

Di usianya yang masih 10 tahun, Septi kini duduk di bangku kelas 3 SD.

Untuk sampai ke sekolah, Septi harus jalan kaki.

Jarak tempuhnya memang tak seperti khayalan Viky, Septi berjalan 3 kilometer, setiap hari.

Namun begitu medan yang mesti dilewati Septi sangat terjal.

Ia harus melewati jalan setapak pinggiran jurang, hingga jembatan rusak.

"in jembatannya sudah mau rusak, aku takut, aku pilih hati-hati saja," kata Septi.

Septi dan orangtuanya tinggal menyendiri di Kampung Mati Suci Yogyakarta, kampung di tengah hutan ini ditinggalkan warganya.
Septi dan orangtuanya tinggal menyendiri di Kampung Mati Suci Yogyakarta, kampung di tengah hutan ini ditinggalkan warganya. (Kolase Youtube/Jejak Bang Ibra)

Sesuai dengan usianya, cerita-cerita Septi masih sangat menyenangkan untuk didengar.

"Aku senang tinggal di hutan. Aku bisa jaga hewan-hewanku," kata Septi.

Beda lagi dengan Viky yang katanya jalan kaki tapi tak diketahui orang tuanya.

Septi ke sekolah diantar, antara oleh ibu atau ayahnya.

"Kalau sama saya seringnya jalan kaki. kalau sama bapak digendong," kata ibu Septi.

"Karena tangannya besar," timpal Septi.

Tingkah Septi juga sangat menggemaskan.

Betapa tidak, walau tinggal di kampung mati, namun Septi fasih berbahasa Indonesia.

Dan yang mengejutkan adalah Septi pandai sekali menggambar.

Kisah Kampung Mati di Tengah Hutan Yogyakarta, Warganya Pilih Pergi Kini Hanya Tersisa 1 Rumah
Kisah Kampung Mati di Tengah Hutan Yogyakarta, Warganya Pilih Pergi Kini Hanya Tersisa 1 Rumah (Tangkapan Layar Youtube Jejak Bang Ibra)

Hasil gambaran Septi sangat bagus untuk usianya yang masih 10 tahun.

"Kalau mau lihat gambar aku bisa gambar apa saja," kata Septi.

Ia kemudian mengambil buku gambar dan duduk di meja belajarnya.

"Ini tempat duduknya dari galon," kata Bang Ibra.

Septi kemudian menggambar kuda unicorn, dan hasilnya sangat-sangat mirip dengan aslinya.

"Cuma butuh waktu 30 detik sudah jadi," kata Bang Ibra.(*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved