Kasus Pembunuhan di Subang
Strategi Yoris Kuasai Uang Yayasan di Kasus Subang, Rangkap Jabatan, Alirkan Dana BOS ke CV Pribadi
Yoris Raja Amarullah rupanya diam-diam menguasai perputaran uang yayasan di Kasus Subang.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: widi bogor
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Yoris Raja Amarullah rupanya diam-diam menguasai perputaran uang yayasan di Kasus Subang.
Yayasan Bina Prestasi Nasional ini diduga jadi motif pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Korban Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu awalnya menjabat sebagai bendahara dan sekretaris yayasan.
Sementara untuk jabatan ketua yayasan diemban oleh anak sulung Tuti, Yoris.
Tersangka pembunuhan Tuti dan Amel, Yosef Hidayah saat itu tidak diberikan jabatan apapun.
Suami sekaligus ayah korban kasus Subang ini bahkan tidak mendapat jatah uang yayasan.
"Terakhir kan saya mamah dan amel yang ngelola, papah tidak dianggap," kata Yoris dikutip dari Youtube Diskursus Net, Selasa (31/10/2023).
Yosef juga menduga kalau ayahnya nekat menghabisi Tuti dan Amel karena uang yayasan.
"Jadi kan sebelumnya yayasan dikuasai sama mamah dan Amel," ujar Yoris.
Setelah kasus pembunuhan ibu dan anak ini mulai terungkap, akhirnya aliran dana yayasan juga mulai terbongkar.
Yayasan yang didirikan oleh Yosef ini diduga menyelewengkan dana Bantuan Operasional Siswa (BOS).
Bahkan santer terdengar kabar kalau yayasan ini juga memiliki banyak siswa fiktif.
Lantas bagaimana perputaran uang di yayasan tersebut? Apakah benar hanya dikuasai oleh Tuti dan Amel saja?
Rupanya menurut penuturan eks bendahara yayasan, Dedi, dana BOS yang dicairkan setelah kasus Subang dikuasai oleh Yoris.
Pada Januari-Februari 2022, Dedi diminta oleh Yoris untuk mencairkan dana BOS.
Dana BOS untuk SMP dan SMK itu langsung diantarkan oleh Dedi ke rumah Yoris.
"Bilangnya 'uangnya dipegang we ku aa'," kata Dedi menirukan ucapan Yoris, dikutip dari Youtube Heri Susanto, Selasa (31/10/2023).
Dedi sebagai bendahara pun tidak pernah dipercaya oleh Yoris menyimpan uang tersebut.
Menurut Dedi, uang tersebut kemudian diberikan oleh Yoris kepada istrinya, Yanti dan langsung dibawa ke kamar.
Untuk dana BOS SMP pada bulan Februari sebesar Rp 51.852.000, namun uang yang bisa dicairkan yakni Rp 34 juta.
"Sisanya buat beli siplah," terang Dedi.
Rupanya untuk siplah tersebut, yayasan Bina Prestasi pun sudah mengatur agar uangnya tak ke mana-mana.
Sebab, dana itu langsung masuk ke CV Raja Abadi milik Yoris.
"Kalau siplah itu masuknya ke CV Raja Abadi, Yoris menjabat sebagai direktur," jelas Dedi lagi.

Dana siplah itu, menurut Dedi, untuk membeli alat-alat sekolah seperti meja, bangku, printer, komputer, dan laptop.
"Jadi uang sisanya itu masuk ke CV Yoris," tegasnya.
Namun berdasarkan yang ada di lapangan, barang-barang itu menurut Dedi tidak pernah ada di sekolah.
"Kemarin kan udah lihat sendiri ke sekolah, enggak ada," ungkap Dedi.
Bahkan Dedi menuturkan bahwa saat itu ada pengeluaran untuk membeli buku yang dilakukan oleh Yoris.
"Kata Aa (Yoris) teh 'ada buku mah'. Tapi saya enggak ngelihat. Jadi saya bingungnya tuh, ke dia bos, mau nanya juga apal lah A Yoris kayak gitu," pungkasnya.
Namun pada tanggal 27 April Dedi pun dipecat oleh Yoris lantaran membongkar kasus yayasan ke publik.
"Ya enggak tahu (dipecat kenapa) waktu itu sudah main sama guru-guru, paginya dapat surat dari grup sekolah 'Pak Dedi dipecat ku Yoris'," jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.