Sebanyak 60 Persen Pelajar di Bogor Alami Mata Minus hingga Rabun Jauh, Orangtua Harus Tahu Cirinya
Sekitar lebih 150 pelajar di An Nahl Islamic School, Kabupaten Bogor mengalami gangguan refraksi.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Sekitar lebih 150 pelajar di Kabupaten Bogor mengalami gangguan refraksi.
Refraksi merupakan proses masuknya cahaya ke dalam mata hingga sampai ke retina
Sekitar 150 anak ini merupakan pelajar An Nahl Islamic School, Kabupaten Bogor.
Mereka terdeteksi mengalami gangguan refraksi setelah melakukan pemeriksaan mata pada MiYOSMART Goes to School.
Acara ini diadakan oleh HOYA Vision Care di An Nahl Islamic School di Jalan Raya Ciangsana, Kabupaten Bogor, pada Rabu (24/1/2024).
Sebanyak lebih dari 300 peserta didik di sekolah tersebut, dari 20 kelas jenjang SD hingga SMP mendapatkan pemeriksaan mata secara gratis.
Pemeriksaan mata ini dilakukan dengan kolaborasi bersama VIO Optical Clinic, Vision Therapy yang berfokus pada layanan Myopia Control Management dan Low Vision.
Managing Director HOYA Lens Indonesia, Dodi Rukminto mengungkapkan, MiYOSMART Goes to School merupakan program perusahaan untuk mendeteksi gangguan refraksi atau kesulitan melihat benda secara jelas pada anak usia sekolah.
Dikatakannya, saat ini banyak anak usia sekolah menunjukkan gejala gangguan refraksi khususnya myopia seperti rabun jauh atau mata minus saat proses belajar mengajar di sekolah.
Hal ini, katanya, tentu saja dapat mengganggu hasil belajar siswa.
Dijelaskan, contoh gejala mata minus dapat dilihat apabila seorang anak sering memicingkan dan mengucek mata, mendekati objek seperti papan tulis untuk melihat dengan jelas, mudah mengalami mata lelah, dan lain-lain.
"Di acara ini juga ada edukasi untuk orangtua tentang opsi kontrol myopia atau disebut juga manajemen myopia," jelasnya.
Salah satu inovasi terkini dalam manajemen myopia dengan tingkat efikasi tertinggi di Indonesia saat ini adalah lensa kacamata terapi MiYOSMART yang dapat menahan laju pertumbuhan minus pada anak.
Ia mengatakan, pemeriksaan mata dan edukasi ini dilakukan karena tingkat kesadaran terhadap kesehatan mata di Indonesia masih sangat rendah, terutama dalam hal resiko dan penanganan myopia pada anak.
Hal ini dibuktikan dalam kegiatan bakti sosial maupun MiYOSMART Goes to School sebelumnya.
"Banyak anak usia sekolah mengalami myopia yang cukup tinggi, tetapi masih belum dikoreksi menggunakan kacamata," ungkapnya.
Bahkan, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anaknya mengalami myopia.
"Selain itu, banyak juga orang tua yang belum pernah memeriksakan kondisi mata anaknya," beber Dodi.
Ia menambahkan, masih banyak orang tua yang tidak mengetahui bahwa pertumbuhan myopia pada anak dapat dikontrol atau ditahan dengan opsi manajemen myopia yang ada.
Semakin dini penanganan yang dilakukan, semakin besar peluang untuk menghindari penyakit mata yang lebih serius di kemudian hari.
"Oleh karena itu, kami sangat sarankan orangtua unuk memeriksakan kesehatan mata anaknya sesegera mungkin dan memberikan penanganan terbaik seperti manajemen myopia" tandasnya.
Sementara itu, Marketing Assistant Manager HOYA Lens Indonesia, Nihla Azkiya menambahkan, pemeriksaan mata gratis melibatkan sebanyak lebih dari 300 peserta didik dari jenjang SD hingga SMP di An-Nahl Islamic School Kabupaten Bogor.
“Kami memberikan surat rekomendasi beserta hasil dari deteksi dini, yang ditujukan untuk orangtua sang anak. Hal ini dilakukan supaya orangtua dapat melakukan tindakan preventif, serta memberikan penanganan yang efektif apabila ada indikasi gangguan penglihatan," kata Nihla.
Nihla berharap, kegiatan MiYOSMART Goes to School ini bisa membuat orang tua lebih memperhatikan kesehatan mata anaknya, dan memberikan kesadaran yang lebih terhadap pentingnya memperhatikan kesehatan mata.
"Salah satu indera penangkap informasi yang sangat penting pada proses belajar mengajar adalah mata. Gangguan penglihatan dapat memiliki dampak signifikan terhadap kemampuan belajar dan prestasi akademis sang anak kedepannya," kata dia.
Untuk itu, deteksi dini dan penanganan masalah penglihatan dapat membantu memastikan bahwa anak dapat mengakses pendidikan dengan maksimal, mendukung perkembangan mereka, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Nihla mengungkapkan, dari keseluruhan peserta didik yang diperiksa, lebih dari 60 persen terdeteksi mengalami gangguan refraksi.
Itu artinya, dari 300 pelajar yang diperiksa, ada lebih dari 180 anak yang terdeteksi.
Rinciannya, lebih dari 70% gangguan refraksi yang ditemukan adalah myopia atau rabun jauh dan hampir 30% diantaranya merupakan myopia sedang hingga tinggi (minus -3.00D atau lebih).
"Lebih dari 50 persen anak yang mengalami gangguan refraksi belum mendapat penanganan atau koreksi berupa penggunaan kacamata. Contohnya, setelah pemeriksaan ada yang terdeteksi mengalami myopia sebesar -4.00D tetapi masih belum pernah menggunakan kacamata," kata Nihla.
Identitas Mayat Perempuan di Sungai Cibeet Bogor, Diduga Terpeleset |
![]() |
---|
Gegerkan Warga Cariu Kabupaten Bogor, Sesosok Mayat Wanita Ditemukan di Aliran Sungai Cibeet |
![]() |
---|
Usai Ambil Pakaian di Laundry Cibinong Kabupaten Bogor, Pria Ini Ingin Bawa Kabur Motor Pegawai |
![]() |
---|
Tinjau Pembangunan SMA Kemala Taruna Bhayangkara di Bogor, Wakapolri Bagikan 2.500 Paket Sembako |
![]() |
---|
Respons Rencana Penempatan UMKM dan 2 Kantor Dinas Pemkab Bogor, Jadi Peluang Kebangkitan Vivo Mall |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.