Pemilik Tak Menyangka Kisruh Patung di Puncak Bogor Libatkan Unsur Kerajaan, Sudah Kadung Dibangun

Berdirinya patung raksasa di kawasan wisata Puncak Bogor berpolemik setelah dihadapkan penolakan dari warga

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Naufal Fauzy
TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami
Patung Raksasa Dewi Kencana di Kawasan Wisata Pakis Hills Puncak Bogor, Selasa (23/4/2024). 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Berdirinya patung raksasa di kawasan wisata Puncak Bogor berpolemik setelah dihadapkan penolakan dari warga.

Warga khususnya warga Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor meminta patung itu segera dibongkar karena dinilai tidak sesuai dengan kearifan lokal.

Pemilik patung tersebut merupakan tempat wisata yang bernama Pakis Hills.

Pihak pengelola wisata tersebut sempat mengklarifikasi bahwa patung itu bukan berhala yang untuk disembah, tapi untuk spot foto.

Namun pemilik patung tersebut tak menyadari bahwa polemik penolakan patung itu persoalan utamanya bukan soal berhala, tapi soal sosok yang digambarkan melalui patung tersebut.

Pengelola wisata tak tahu bahwa hal ini berkaitan ketegangan dan peperangan antar kerajaan.

Patung yang berpolemik ini disebut-sebut merupakan patung Dewi Kencana.

Dewi Kencana merupakan petinggi Kerajaan Majapahit, namun patungnya malah didirikan di wilayah Bogor yang merupakan wilayah Kerajaan Pajajaran di masa lalu.

Khususnya hal ini juga dikaitkan dengan Perang Bubat yang terjadi antar dua kerajaan pada tahun 1357 Masehi silam.

Hal ini diungkap oleh Camat Cisarua Heri Risnandar, Selasa (23/4/2024).

"Patung ini yang mungkin bisa jadi enggak sejalan dengan kearifan lokal, kita tahu Bogor merupakan bagian dari Jawa Barat dengan sejarah Pajajaran-nya. Sedangkan Dewi Kencana merupakan petinggi dari Kerajaan Majapahit," kata Heri Risnandar.

Seharusnya pihak Pakis Hills berkomunikasi terlebih dahulu dengan warga sebelum membangun patung tersebut.

Persoalan ini juga bisa menyadari dengan alasan kenapa sulit menemukan nama Jalan Gajah Mada atau nama Jalan Hayam Wuruk di wilayah Jawa Barat.

Sebab hal itu diduga dipicu hal serupa yakni diduga buntut ketegangan antar kerajaan di masa lalu.

"Karena sekarang sudah kadung terbangun ya sekarang bagaimana pihak pakis hills ini memberikan pemahaman ketika memang itu tidak sepaham itu dari aspek teknisnya apakah mungkin dibongkar atau diganti," ungkapnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved