Pengakuan Korban Penganiayaan di Ponpes Pamijahan Bogor: Dijedotin ke Tembok Hingga Dilempari Botol

Remaja berinisial RF dan H yang merupakan korban penganiayaan di salah satu pondok pesantren modern di wilayah Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Naufal Fauzy
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
Dua korban kekerasan di salah satu Ponpes di wilayah Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Selasa (14/5/2024). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBUNGBULANG -  Remaja berinisial RF dan H yang merupakan korban penganiayaan di salah satu pondok pesantren modern di wilayah Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor mendatangi kantor Polsek Cibungbulang.

Kedatangan RF dan H yang didampingi oleh keluarganya bertujuan untuk memberikan keterangan kepada pihak kepolisian terhadap kejadian yang menimpanya.

RF yang duduk dibangku kelas 10 sekolah menengah kejuruan (SMK) di pesantren tersebut menceritakan detik-detik ia dan rekannya H dianiaya oleh enam orang seniornya di dalam asrama.

Remaja berusia 16 tahun itu mengungkapkan, kejadian bermula saat ia diminta oleh seniornya untuk menghadap setelah sholat Isya.

Ia dan rekannya itupun menuruti.

Namun ternyata, di sana mereka berdua mendapat kekerasan dari senior satu tingkat di sekolahnya selama kurang lebih 90 menit.

Keduanya dituduh mengonsumsi obat-obatan terlarang oleh para seniornya.

Sedangkan berdasarkan pengakuannya, korban hanya mengonsumsi obat-obatan yang beredar di apotek karena sedang sakit.

"Dipukulin, dijedotin ke tembok, ke loker, saya dipukulin pake sarung tinju, dilempar botol beling dan segala macem," ujarnya kepada wartawan, Selasa (14/5/2024).

Akibat kejadian tersebut, RF mengalami luka di sejumlah titik pada bagian tubuhnya hingga harus mendapat perawatan medis.

Ia juga mengatakan hingga saat ini masih merasakan dampak dari penganiyaan yang diterimanya.

RF pun mengaku akibat menjadi samsak hidup dari para seniornya itu mengalami trauma.

"Luka di kepala masih ada darah keringnya, tangan bergeser tulangnya (pergelangan tangan kiri), lambung sakit sampe sekarang kalau buang air besar masih berdarah, terus masih suka pusing. Trauma banget," ungkapnya.

Saat kejadian, kata dia, sebenarnya ada lebih dari enam orang senior di dalam asrama tersebut yang juga diduga terlibat akibat kejadian ini.

Akan tetapi, ia mengaku tidak bisa memastikan hal tersebut karena pada saat kejadian posisinya sedang dianiaya.

"Pelaku yang kita liat enam orang, tapi sebenernya ada lebih. Jadi pada saat orang-orang itu ada yang ikut-ikutan tapi kita engga bisa ngeliat karena serangannya bertubi-tubi," katanya.

Sementara itu, H yang saat itu datang menemui seniornya bersama RF mengaku mengalami hal yang sama.

Remaja berusia 15 tahun itupun mengaku trauma setelah mendapat perlakuan kasar dari para seniornya tersebut.

"Ditonjokin terus sempat di kasih minum, abis itu dipukul lagi bagian kepala pokonya sampai pinggang. Saya dijedotin di tiang ranjang," ujarnya kepada wartawan, Selasa (14/5/2024).

H menggambarkan, pada saat itu suasananya sangatlah mencekam.

Ia disiksa di tempat yang sunyi dan temaram.

Dengan kondisi di bawah tekanan, mereka berdua pun hanya bisa pasrah menahan pukulan demi pukulan dari para seniornya.

"Sempat teriak, tapi kata senior 'lu kalau dipukuli sama senior jangan teriak' akhirnya pasrah," terangnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved