10 Tahun Kepemimpinan Joko Widodo
Warisan 10 Tahun Jokowi di Bogor, Bangun 2 Bendungan di Kawasan Puncak untuk Atasi Banjir Jakarta
Bendungan Ciawi dibangun pada tahun 2016 dengan menelan anggaran sebesar Rp798,70 miliar yang dapat mereduksi air Sungai Ciliwung
Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Soewidia Henaldi
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, MEGAMENDUNG - Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi yang berlokasi di Kabupaten Bogor merupakan salah satu warisan di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun menjabat.
Bendungan Ciawi dan Sukamahi ini terletak di wilayah Desa Cipayung, Desa Gadog, Desa Sukakarya, dan Desa Sukamahi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Bendungan Ciawi memiliki luas mencapai 39,40 hektare dan mampu menampung volume air hingga 6,05 juta meter kubik.
Bendungan Ciawi dibangun pada tahun 2016 dengan menelan anggaran sebesar Rp798,70 miliar yang dapat mereduksi air Sungai Ciliwung sebelum sampai ke Jakarta dengan kapasitas 111,75 meter kubik per detik.
Sedangkan Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dengan luas area genangan sebesar 5,23 hektare yang bisa mereduksi air sebesar 15,47 meter kubik per detik.

Bendungan Sukamahi yang dialiri oleh Sungai Sukabirus yang bermuara ke Sungai Ciliwung ini dibangun pada tahun 2017.
Pembangunan bendungan ini menelan biaya sebesar Rp464,93 miliar.
Kedua proyek strategis yang menelan anggaran mencapai total Rp1,3 triliun itu diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Desember 2022 silam.
Dibangunnya kedua bendungan ini diharapkan mampu menampung air dari Sungai Ciliwung sebelum mengalir ke Jakarta.
Sehingga bisa mengatasi persoalan banjir di wilayah Jakarta.
Ekowisata Baru
Ketua RW 06, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Lukman Kamal menjelaskan, selain untuk mengatasi persoalan banjir, kedua bendungan kering ini juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai taman Ekowisata atau Ecotourism park dengan memanfaatkan kawasan konservasi pada bendungan.
Tak hanya itu kata Lukman Kamal, selama proses pembangunan bendungan, kedua proyek itu juga cukup mendorong prekonomian warga lewat penyerapan tenaga kerja .
"Dampak yang langsung terasa diawal pembangunan bendungan ini adalah penyerapan tenaga kerja. Setelah bendungan jadi, hingga ada warga setempat yang terus bekerja disitu," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (11/10/2024).
Lukmal juga mengatakan, kondisi Bendungan Ciawi yang tertata rapi menjadi kelebihan karena dapat dimanfaatkan warga untuk berolahraga.

Namun sayangnya, bendungan ini belum dibuka untuk umum.
Meski demikian, katanya warga setempat masih dapat memasuki area tertentu dari Bendungan Ciawi melalui akses jalan desa.
"Ada tempat olahraga untuk masyarakat karena memang kebetulan selama ini masyarakat berolahraga hanya pagi ataupun sore saja," ungkapnya.
Dibuka Untuk Umum
Secara terpisah, Kepala Desa Cipayung, Cacuh Budiawan berharap Pemerintah segera membuka Bendungan Ciawi untuk umum, sehingga bisa menciptakan obyek wisata baru di kawasan Puncak-Bogor.
"Bendungan ini memang dibangun untuk pengendali air dari kawasan hulu Puncak. Tapi, jika dibuka untuk umum akan banyak masyarakat yang datang dan akan menciptakan obyek wisata baru. Kalau sudah begitu, secara tingkat prekonomian warga juga bisa terangkat," katanya.
Hal senada disampaikan Kepala Desa Sukamahi, Budi Mamat yang meminta Pemerintah bisa segera membuka lokasi Bendungan Sukamahi untuk umum dan menyulapnya jadi lokasi wisata.
"Apalagi pemerintah sejak awal mewacanakan bendungan tersebut akan menjadi ecotourism park," katanya.
Penyangga Banjir Jakarta
Seperti diketahui, pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi bertujuan untuk menampung air Sungai Ciliwung yang berasal dari hulu, yakni kawasan Puncak Bogor.
Dengan adanya kedua bendungan itu, debit air Sungai Ciliwung bisa dikontrol sehingga mencegah banjir di wilayah Jakarta.

Terkait dengan fungsi bendungan tersebut, Rever Devender Sungai Ciliwung, Suparno Jumar berpendapat perlu adanya perbandingan data curah hujan pada periode sebelum bendungan dibangun dan setelahnya.
Dengan begitu maka tingkat efektifitas penanganan banjir akan lebih real karena diperkuat data dan fakta.
"Dampak dari adanya bendungan itu harus diukur saat curah hujan di kawasan Puncak benar-benar sedang tinggi, seperti ketika Jakarta banjir. Sehingga, kita bisa mengukur secara debit air, apakah bendungan itu benar-benar bisa menahan laju air ke Jakarta atau tidak. Tapi saya belum melihat sejauh mana daya tampung bendungan saat puncak musim hujan terjadi," katanya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.