Viral di Medsos

22 Tahun Ditelantarkan Anak Kandung, Kakek Ini Pilih Jualan Daripada Ngemis, Alasannya Sungguh Mulia

Kisah hidup kakek berusia 72 tahun bernama Agus, sang penjual telor asin dan pempek di Stasiun Manggarai. Rela jualan dari subuh meski kakinya sakit.

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
kolase Instagram
Kisah hidup kakek berusia 72 tahun bernama Agus, sang penjual telor asin dan pempek di Stasiun Manggarai. Rela jualan dari subuh meski kakinya sakit, kakek Agus ternyata menyimpan kehidupan pilu yakni ditelantarkan anak-anaknya sejak tahun 2002. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kehidupan penjual Telur Asin dan pempek di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan bernama Kakek Agus (72) sungguh pilu.

Hidup sebatang kara, pria tua itu ternyata sudah ditelantarkan anak-anaknya selama 22 tahun.

Setelah ditinggal dua putra kandungnya, kakek Agus kian nelangsa ditinggal mati istri tercinta di tahun 2016.

Kini hidup seorang diri tanpa sanak saudara sama sekali, kakek Agus terpaksa berjualan demi menyambung hidup.

Tiap hari kakek Agus berjalan kaki dari rumahnya di Bekasi menuju Stasiun Manggarai sejak subuh.

Setibanya di Stasiun, kakek Agus langsung menggelar dagangannya di area pintu masuk.

Beruntung, kakek Agus diperbolehkan berjualan di sana lantaran kenal dengan petugas keamanannya.

Meski begitu, nasib kakek Agus tak lantas membaik.

Sebab dagangan kakek Agus sering tak laku bahkan setelah seharian ia menunggu pelanggan.

Baca juga: Dorong Gerobak Belasan Kilometer, Kakek Ini Lesu Ditipu Saat Jualan Cilung, Modus Pelaku Bikin Geram

Ditemui konten kreator Donny Ramadhan, kakek Agus tampak antusias menjajakan dagangannya.

Kepada Donny, kakek Agus pun mulai bercerita soal keluarganya.

Diakui kakek Agus, ia sudah ditelantarkan anak-anaknya sejak tahun 2002.

Kala itu anak-anak kakek Agus mengaku akan merantau ke Papua.

Tak disangka hingga kini mereka tidak jua mengabari sang ayah yang tinggal seorang diri di Bekasi.

"Punya keluarga udah pada kagak ada, saya hidup sendiri, di Bekasi ngontrak," kata kakek Agus.

"Anak ke mana?" tanya Donny.

"Di Papua, enggak ada ceritanya. Udah (berusaha dihubungi) tapi enggak ada (respon). Dari tahun 2002, sampai sekarang. Nama (Anak) Jefri sama Deni. Kita mau kangen gimana, seolah, udah lah bebasin aja lah," imbuh kakek Agus.

Hidup sendirian, kakek Agus pasrah jika hidupnya nelangsa.

Diungkap Agus, ia sudah tidak bayar kontrakan selama dua bulan.

Hal itu karena jualannya sepi pembeli.

Meski begitu, kakek Agus tak sekalipun melebih-lebihkan harga Telur Asin dan pempek yang dijualnya.

Kakek Agus menjual Telur Asin seharga Rp15 ribu dan pempek seharga Rp13 ribu.

"Saya udah dua bulan enggak bayar-bayar kontrakan, dari pagi sampai sekarang belum ada yang laku," ujar kakek Agus.

Baca juga: Pilu Lansia di Bogor Jadi Driver Ojol Meski Sakit, Bertemu Sosok Baik Kini Nasibnya Berubah Drastis

Ogah mengemis

Selain usianya sudah renta, kakek Agus rupanya juga punya kecacatan di kakinya.

Ya, Agus kesulitan berjalan karena pernah mengalami insiden saat dulu muda.

Bukan cuma kaki, tangan Agus juga tampak bengkok.

Kendati demikian, Agus mengaku masih semangat berjualan.

Ditanya kenapa tak mengemis seperti orang kebanyakan, Agus mengurai alasan mengejutkan.

Ditegaskan Agus, ia tidak akan pernah mau mengemis karena hal itu dilarang oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Agus, selama ia masih diberikan kesehatan dan bisa berjalan, ia anti meminta-minta kepada orang lain.

Karenanya, Agus tetap ceria meski dagangannya tak laku seharian.

"Enggak boleh (mengemis), Allah tuh enggak ngizinin. Kita masih bisa jalan, masih bisa cari makan, sepanjang umur kita jalani apa adanya. Orang muslim, nikmati, syukuri, kita kumpulin duit ya kita makan," imbuh Agus.

Bukan cuma rajin jualan, Agus juga masih mengingat ibadah.

Diungkap Agus, ia akan tetap menjalankan ibadah sebelum ajal menjemput.

"Dari subuh saya udah jalan, sholat subuh dulu (baru jualan)," pungkas Agus.

"Kenapa bapak masih sholat?" tanya Donny.

"Sholat dong, ya ajaran Tuhan, tua kan sebelum kuburan (meninggal). Sebelum kita disembahyangin orang kan kita harus sembahyang," imbuh Agus.

Terenyuh mengetahui kisah hidup Agus, pintu hati Donny Ramadhan pun terketuk.

Donny lantas memberikan uang cash Rp2 juta kepada kakek Agus untuk ia membayar utang kontrakan dan kehidupan sehari-hari.

Dagangannya diborong dan diberi uang, kakek Agus pun menangis dan mengucapkan terima kasih.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News 

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved