Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Viral di Media Sosial

Akun Medsos Koordinator JRP yang Bela Pagar Laut Digeruduk, Momen Sandi Ditertawakan Kholid Viral

Akun medsos Sandi Martapraja, koordinator JRP yang bela proyek pagar laut digeruduk. Momen Sandi ditertawakan nelayan Kholid saat debat viral.

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
kolase Instagram
Akun medsos Sandi Martapraja, koordinator JRP yang bela proyek pagar laut digeruduk. Momen Sandi ditertawakan nelayan Kholid saat debat viral. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Sosok hingga akun media sosial koordinator Jaringan Rakyat Pantura (JRP) bernama Sandi Martapraja belakangan viral hingga jadi sorotan satu Indonesia.

Hal itu terjadi karena Sandi dianggap membela proyek pembangunan pagar laut di perairan Tangerang, Banten.

Sandi juga disebut tak membela kepentingan nelayan lantaran nelayan keras menolak pagar laut tersebut.

Tudingan tersebut dialamatkan kepada Sandi saat ia menyebut bahwa pembangunan pagar laut adalah atas inisiatif warga Tangerang sendiri, bukan dari bos besar seperti isu yang beredar.

"Sebetulnya bukan nelayan yang menancapkan bambu, tapi memang swadaya, kita sebut masyarakat. Karena ini (pagar laut) bukan hanya untuk kepentingan nelayan, ide dasarnya begitu. Ini adalah untuk juga kepentingan menahan abrasi, ombak dan segala macam, jadi dibuatlah tanggul itu," ungkap Sandi Martapraja dalam wawancara di laman Kompas TV.

Gara-gara ucapan Sandi terkait pagar laut tersebut, sosoknya pun ramai disorot.

Akun media sosial Sandi yakni TikTok, Instagram hingga Facebook-nya pun ramai digeruduk netizen.

Hingga akhirnya akun media sosial TikTok Sandi terlihat sudah tidak bisa lagi ditemukan.

Sementara itu akun Instagram lama diduga milik Sandi kini jadi bulan-bulanan netizen.

Akun medsos Sandi Martapraja, koordinator JRP yang bela proyek pagar laut digeruduk. Sandi kena mental hingga diduga menghapus akun TikTok-nya
Akun medsos Sandi Martapraja, koordinator JRP yang bela proyek pagar laut digeruduk. Sandi kena mental hingga diduga menghapus akun TikTok-nya (kolase Instagram)

Sandi ditertawakan saat berdebat

Sosok Sandi mendadak viral setelah muncul di program televisi tv one news beberapa waktu lalu.

Dihadapkan dengan banyak narasumber termasuk nelayan Kholid, Sandi tampak kikuk menjawab pertanyaan soal pernyataannya yang kontroversial.

Terlebih nelayan Kholid blak-blakan bertanya ke Sandi soal pernyataan Sandi yang bak membela pendiri pagar laut.

Padahal Kholid sebagai nelayan yang sehari-hari melaut merasakan betul dampak buruk pagar laut tersebut.

Karenanya saat mendengar Sandi menyebut pagar laut dibuat atas swadaya masyarakat, Kholid tak terima dan balik bertanya ke Sandi.

"Kenapa saya justru belum bisa menangkap ketika pemagaran laut itu dibilang swadaya. Karena tolak ukurnya adalah pendapatan dari nelayan. Saya hitung, bambu itu dari Karangserang sampai Kronjo diperkirakan jutaan. Kalau perbatang bambu aja, harga bambu Rp20 ribu sampai Rp15 ribu. Kita hitung dari yang terendah, (bambu) Rp15 ribu dikali berapa juta bambu, udah berapa. Kira-kira masuk enggak dalam pikiran kita ketika itu swadaya masyarakat? Sementara pendapatan masyarakat sendiri morat-marit," tanya Kholid, nelayan viral penentang pagar laut.

Mendengar pertanyaan Kholid, Sandi tak langsung menjawabnya.

Sambil beretorika, Sandi justru membahas soal framing dan kepentingan nelayan alih-alih menjawab pertanyaan Kholid.

Hal itu lantas ditertawakan oleh Kholid.

"Justru ini yang harus jadi pembahasan kita. Kenapa tadi saya buka dengan proxy war, tidak ada kepentingan untuk nelayan tersebut, dalam framing tersebut. Kenapa tidak diviralkan soal kesejahteraan nelayan, apa kebutuhan nelayan? rakyat kita tidak akan kenyang kalau kita hanya bilang kenyang 1000 kali," jawab Sandi.

"Artinya dana hitung-hitungan itu mungkin ya swadaya (dari nelayan)," imbuh presenter.

"Kan berangkatnya dari situ tuh," ujar Sandi kikuk.

Menertawakan jawaban Sandi, Kholid lantas kembali bertanya ke Sandi.

Ogah lugas, Sandi kembali mengurai jawaban memutar dan malah enggan disalahkan atas pernyataannya sendiri.

"Maksudnya tolong hitungin di, tolong hitungin buat saya, kira-kira masyarakat ini bisa enggak sih mendapatkan uang sebesar itu? dari mana uangnya kalau memang itu pemberdayaan ? Itu aja, enggak usah ke mana-mana, saya enggak ngerti," tegas Kholid.

"Ya tadi kan Pak Kholid yang sudah menghitung per bambu Rp22 ribu, segala macam," imbuh Sandi berbelit.

"Kira-kira masuk enggak kalau ini yang melakukan masyarakat?" tanya Kholid.

"Ya kita tanya ke masyarakat, saya ini kan kapasitas saya sebagai observasi bukan pengawal, jangan dipelintir," ujar Sandi.

Baca juga: SOSOK Kholid Nelayan yang Berani Tantang Dalang Pagar Laut: Kalau Negara Gak Berani, Saya yang Lawan

Jejak pendidikan Sandi dikuliti

Bukan cuma akun media sosial, rekam jejak pendidikan Sandi Martapraja juga ikut dikuliti.

Terlebih saat berbicara di televisi, Sandi mengaku dirinya adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT).

Terkait pengakuan Sandi tersebut, sebuah fakta mengejutkan mendadak hadir.

Kepala Humas UMT bernama Agus Kristian menyebut bahwa Sandi sejatinya bukan lagi mahasiswa di kampus UMT.

Sejak tahun 2021 lalu, Sandi telah dikeluarkan alias drop out dari kampus.

"Kampus UMT membenarkan saudara Sandi sudah tidak menjadi mahasiswa UMT sejak tahun 2021," kata Agus dikutip TribunnewsBogor.com dari Tribun Tangerang, Rabu (22/1/2025).

Berdasarkan data kampus, Sandi awalnya terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) jurusan ilmu pemerintahan.

Baca juga: Kekuatan Kholid Nelayan untuk Lawan Dalang Pagar Laut Tangerang, Pantas Tak Ciut Walau Diancam

Setelah akun media sosial hingga rekam jejak pendidikannya dikuliti, Sandi pun juga mendapat tuduhan soal dibayar pihak misterius lantaran membela pembangunan pagar laut.

Terkait tudingan tersebut, Sandi mengurai klarifikasi.

Ditegaskan oleh Sandi, tidak ada pihak yang membayar dirinya dan juga JRP, organisasi yang dibelanya.

"Sah dia berpendapat itu tapi tentu dia harus pertanggungjawabkan apa yang dia ucapkan. Bahwa ada hukumnya. Tinggal apa yang mau diuji, ini negara hukum, bukan negara spekulasi, clear. Kalau saya sebagai penanggung jawab, masih pakai motor saya ke sini," kata Sandi.

"Tidak benar (JRP) dibayar ya? tudingannya seperti itu," tanya presenter.

"Siapa yang mau membayar? saya ini sudah banyak track record di Tangerang, aksi massa segala macam, siapa yang mau membayar itu. Kita boleh kehilangan apapun, tapi kita tidak boleh kehilangan nalar dan nurani," ujar Sandi.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News  

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved