"PT Kontrak Lahan !" Blak-blakan Dedi Mulyadi Sentil PTPN: Dulu Mah Bagus, Sekarang Malah Begini

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi blak-blakan mengkritik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dia nilai kerap menyewakan lahan perkebunan

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Naufal Fauzy
@dedimulyadi71
DEDI MULYADI KRITIK PTPN - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi blak-blakan mengkritik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dia nilai kerap menyewakan lahan perkebunan. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM  - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi blak-blakan mengkritik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dia nilai kerap menyewakan lahan perkebunan.

Hal ini sangat disayangkan oleh Dedi Mulyadi karena lahan hijau perkebunan kini telah berubah.

Sebab lahan tersebut disewakan PTPN ke pihak swasta yang kemudian lahan hijaunya hilang setelah dijadikan tempat berdirinya bangunan-bangunan.

Dedi pun blak-blakan menyebut bahwa PTPN sebagai PT Kontrak Lahan karena masalah ini.

Hal ini dia ungkapkan ketika dia mengunjungi sebuah lahan PTPN di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Kedatangannya itu dia abadikan melalui video yang diunggah di channel KDM Channel pada Minggu (30/3/2025).

Dalam video tersebut, Dedi menghampiri sejumlah warga pekerja kuli harian lepas di kawasan itu.

Ternyata mereka dulunya merupakan pekerja pemetik teh yang kini sudah tak dipekerjakan lagi.

"Tidak terurus oleh PTPN-nya, akhirnya akang kehilangan pekerjaan, kemudian sekarang jadi kuli harian, kerja bangunan," kata Dedi berbincang dengan salah satu pekerja.

Dedi pun menyindir PTPN yang sulit meminjamkan tanah satu meter pun untuk warga.

Tapi kepada orang yang berduit malah menyewakan hingga 100 hektare.

"Rakyat mah susah minjem tanah satu meter juga, tapi kalau sama yang berduit mah sekali langsung dikasih 100 hektare," kata Dedi.

"Padahal mereka tahu, orang-orang di sini udah berpuluh-puluh tahun, nonton aja terus," sambung dia.

Kemudian dia menyinggung PTPN yang kerjanya saat ini dia sebut kerap mengontrakan lahannya.

Padahal nama PTPN sendiri berisi nama perkebunan nusantara.

"Ini PTPN kerjanya ngontrakin lahan aja terus, padahal judulnya PT Perkebunan Nusantara," kata Dedi.

"PT Perkebunan Nusantara kerjanya ngontrakin lahan, berarti PTPN nanti mah berarti PT Kontraktor Lahan," sambung Dedi direspon tawa para pekerja.

Kemudian Dedi menjelaskan para pekerja yang dia temuinya tersebut.

Mereka ini, kata Dedi, sangat rawan menjadi pengangguran karena mereka hanya kerja kuli harian lepas.

"Ini temen-temen ya, kawan-kawan ini dulu kerja sebagai kuli petik teh, karena tehnya diabaikan, tidak diurus, akhirnya tehnya menurun produktifitasnya, akhirnya daya jualnya rendah, akhirnya dikontrak-kontrakin," kata Dedi.

"Dan mereka sebentar lagi jadi-calon pengangguran. Ada proyek ada kerja, tidak ada proyek tidak ada kerja," sambung Dedi.

Padahal, kata Dedi, kehidupan warga-warga pekerja ini bisa lebih baik jika mereka tetap menjadi pekerja pemetik teh.

Karena jika menjadi pemetik teh, mereka bisa mendapatkan penghasilan tetap, tidak seperti sekarang yang menjadi kuli harian lepas.

Kemudian Dedi mencoba berbincang lagi dengan salah satu warga pekerja.

Pekerja itu kepada Dedi mengaku sebelumnya dia sampai 15 tahun bekerja sebagai pemetik teh.

Selain itu Dedi menambahkan bahwa dulu pekerja di PTPN dikenal gagah.

"Dulu mah orang perkebunan teh gagah, jaman tahun 80-an, 90-an, grup maen bolanya bagus PTPN mah. Orang lain belum pernah naik mobil, PTPN mah udah naek mobil truk," katanya.

"Ayeuna jadi kieu dikelola kunu parinter teh (sekarang setelah dikelola orang-orang pinter malah jadi begini)," sambung Dedi.

Kemudian saat bersalaman pamit dengan para pekerja tersebut, Dedi kembali mengeluarkan sindiran.

Yaitu ketika ada pekerja yang salaman meminta maaf ke Dedi karena tangannya kotor.

"Mending kotor rezekinya rezeki berkah halal, daripada tangan bersih tapi rezekinya gak berkah," ungkap Dedi sambil bersalaman dengan para pekerja kuli tersebut.

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved