Debat Soal Anak Masuk Barak Militer, Kak Seto Skakmat Pelapor Dedi Mulyadi: Jangan Buru-buru Divonis

Viral momen Kak Seto debat dengan pria yang laporkan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM soal anak nakal masuk barak militer. Kak Seto pun menskakmat Adhel.

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
youtube channel TvOneNews
KEBIJAKAN DEDI MULYADI: Tangkapan layar momen Kak Seto (kanan) debat dengan pria yang laporkan Dedi Mulyadi, Adhel Setiawan (kiri) ke Komnas HAM soal anak nakal masuk barak militer. Kak Seto pun menskakmat Adhel dalam tayangan tv one news, Selasa (13/5/2025). 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia atau LPAI, Prof Seto Mulyadi berdebat dengan pria yang viral karena melaporkan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM.

Pria yang karib disapa Kak Seto itu terus menyanggah pernyataan sinis dari pelapor Dedi Mulyadi, Adhel Setiawan itu soal kebijakan anak nakal dimasukkan ke barak militer.

Kak Seto lantas menskakmat Adhel terkait dengan kebijakan baru Gubernur Jawa Barat tersebut.

Seperti diketahui, Adhel Setiawan yang mengaku sebagai orangtua siswa tidak setuju dengan kebijakan Dedi Mulyadi yakni memasukkan anak-anak nakal ke barak militer.

Bagi Adhel, kebijakan Dedi itu berpeluang menimbulkan pelanggaran HAM untuk anak-anak.

Di sisi lain, Kak Seto sebagai psikolog anak justru setuju dengan kebijakan Dedi Mulyadi.

Terlebih Kak Seto sudah datang dan bertemu langsung dengan anak-anak yang masuk barak militer.

Kata Kak Seto, anak-anak di barak militer malah senang dengan kebijakan Dedi Mulyadi tersebut.

Atas pernyataan Kak Seto, Adhel mengaku tidak sependapat.

Hal itu disampaikan Adhel saat bertemu Kak Seto di acara talkshow tv one news tayang pada Selasa (13/5/2025) malam.

"Saya enggak setuju dengan pendapat kak Seto. Beliau ini menganggap anak sebagai objek, pelaku kenakalan dilihat dari segi psikologis, pelaku kekerasan yang memang harus dianggap sebagai masalah di tengah masyarakat," ungkap Adhel Setiawan, dikutip TribunnewsBogor.com pada Rabu (14/5/2025).

"Yang kak Seto lihat pasti mereka dipakain seragam militer, dibotakin, diajarin yel-yel, baris berbaris, suruh merangkan, militeristik, enggak sesuai," sambungnya.

Mendengar kritikan dari Adhel, Kak Seto menggubrisnya.

Dengan uraian panjang, Kak Seto menceramahi Adhel soal arti dari pendidikan yang sesungguhnya.

"Makna pendidikan itu apa? bukan memasukkan ilmu sebanyak mungkin ke kepala anak, tapi memunculkan potensi anak yang unik setiap anak didik. Ini hanya bisa muncul kalau lingkunganya kondusif. Tadi bapak mengatakan anak nakal karena lingkungan. Nah karena anak mendapatkan lingkungan yang tidak kondusif, yang menjerumuskan mereka menjadi berbagai perilaku menyimpang padahal mereka anak kreatif, tapi karena pengaruhan lingkungan keliru maka jadilah seperti itu," kata Kak Seto.

Baca juga: Pantas Berani Laporkan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM, Ini Sosok Wali Murid Viral, Profesinya Mentereng

Diungkap Kak Seto, ide Dedi Mulyadi untuk memasukkan anak-anak berpolemik ke barak militer justru adalah ide yang cemerlang.

Sebab di militer, potensi anak-anak tersebut ikut terasah.

Mendengar uraian dari Kak Seto, Adhel menimpalinya dengan sinis.

"Kalau ada seseorang punya ide, membawa (anak) ke dalam lingkungan yang kondusif, lingkungan bela negara, nasionalisme, bangun pagi, disiplin, apakah itu salah? justru ini adalah untuk kepentingan terbaik untuk anak. Pada waktu itupun saya menyampaikan pesan, bahwa ini adalah  kepentingan terbaik untuk anak," pungkas Kak Seto.

"Kepentingan terbaik untuk anak atau kepentingan terbaik Gubernur dan orangtua?" tanya Adhel.

"Bukan untuk itu. Pada waktu anak saya tanya, apakah senang, senang sekali, bahkan pada suatu saat saya tanya cita-citanya, siapa ingin jadi dokter, artis, terakhir saya tanya siapa yang ingin jadi anggota TNI, itu 75 persen angkat tangan. Jadi ada suatu bangga, mendapat lingkungan kondusif jadi cinta tanah air. Jangan buru-buru divonis apa jelek, tapi marilah kita ikuti. Saya juga mohon ke kang Dedi mohon ini terbuka," ujar Kak Seto.

Terkait dengan kekhawatiran Adhel soal peluang munculnya pelanggaran HAM di barak militer bagi anak-anak, Kak Seto mengurai penjelasan.

Bahwa pihaknya akan terus mengawasi kebijakan Dedi Mulyadi tersebut.

"Saya belum melihat (adanya pelanggaran HAM), saya melihat unsur positifnya, tapi saya akan pantau. Kami dari LPAI akan melibatkan teman-teman di Bandung untuk bisa terbuka apa yang betul-betul dirasakan anak," imbuh Kak Seto.

SISWA PENDIDIKAN DI BARAK MILITER - Heboh kabar siswa kabur dari barak militer
SISWA PENDIDIKAN DI BARAK MILITER - Heboh kabar siswa kabur dari barak militer (Tribunnews.com)

Masih belum setuju, Adhel kembali mendebat Kak Seto.

Adhel rupanya tak terima jika anak-anak dimasukkan ke barak militer.

Menjawab debat dari Adhel, Kak Seto mengurai pertanyaan menohok.

"Kenapa di barak militer kak Seto? atau markas militer?" tanya Adhel.

"Saya koreksi, dengan kata barak militer, militer kan perang. Di situ namanya dodikbela negara, depo pendidikan. Jadi untuk mendidik, memunculkan potensi anak yang otentik," ujar Kak Seto.

"Di dalam lingkungan militer?" tanya Adhel lagi.

"Apa yang keliru dari militer? kalau ada unsur disiplin, sehatnya, cerdasnya," respon Kak Seto menohok.

"Apa enggak ada tempat lain?" tanya Adhel.

"Pendidikan itu kan sesuai dengan UU sistem pendidikan nasional, bisa formal, informal, nonformal. Kalau formal tidak optimal, bisa dibawa ke nonformal, sanggar musik, sanggar tari, bela negara, ini salah satu alternatif saja,"ungkap kak Seto.

Baca juga: Niat Baik Bantu Keluarga Korban Ledakan di Garut, Dedi Mulyadi Mendadak Semprot Warga : Urusan Saya

Melanjutkan debatnya, Adhel lantas mengurai soal pasal perihal anak-anak yang dilibatkan dalam aktivitas kemiliteran.

Menjawab pernyataan dari Adhel, Kak Seto pun kembali menskakmat pria yang berprofesi sebagai pengacara itu.

"Tapi kak Seto, di Pasal 76H UU Perlindungan Anak, melibatkan anak dalam militer itu pidana 5 tahun penjaranya, makanya saya laporan ke Komnas HAM, dikhawatirkan terbuka peluang yang sangat luas terjadi pelanggaran HAM memiliterisasikan pendidikan," ujar Adhel.

"Iya, kalau itu tidak dipantau oleh unsur yang lain, kan di sana ada dinas pendidikan, dinas sosial, dinas kesehatan, dan dinas pemberdayaan perempuan dan dinas perlindungan anak," respon Kak Seto.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News  

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved