Agam Beberkan Kesulitan Bawa Pulang Juliana Dalam Kondisi Hidup, Sulit Selamat Jika Jatuh di Rinjani
Abdul Haris Agam atau biasa dipanggil Agam Rinjani mengungkap kesulitan tim SAR membawa pulang Juliana Marins dalam kondisi hidup.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Abdul Haris Agam atau biasa dipanggil Agam Rinjani mengungkap kesulitan Tim SAR membawa pulang Juliana Marins dalam kondisi hidup.
Menurut Agam, sebagian besar orang yang jatuh di jurang Gunung Rinjani akan sulit untuk bisa selamat.
Hal itu menjawab banyak pertanyaan netizen yang menanyakan kenapa Juliana Marins tidak dievakuasi saat masih hidup.
Tak sedikit netizen yang mencaci para relawan karena dianggap lambat saat menyelamatkan Juliana di awal kejadian.
Padahal menurut Agam, medan yang berat membuat Tim SAR kesulitan untuk menjangkau keberadaan Juliana.
Saat awal jatuh, Juliana Marins memang masih bisa terlihat, namun ia tiba-tiba hilang dari posisi awal jatuh.
Di hari pertama pencarian, Tim SAR terkendala tali yang kurang panjang.
Lalu posisi Juliana yang semakin jauh ke dalam jurang membuat proses evakuasi menjadi sulit.
Belum lagi kabut tebal di lokasi membuat jarak pandang para penyelamat jadi terbatas.
Juliana baru diketahui keberadaannya setelah dua hari terjatuh melalui kamera drone.
Saat itu Juliana sudah dalam posisi tidak bergerak dan berada di jurang.
Di hari ketiga, Agam bersama tim turun ke jurang dan akhirnya berhasil menemukan Juliana Marins dalam kondisi meninggal dunia.
Saat ditemukan sore hari, tim memutuskan bermalam di tebing untuk menjaga dan menemani jasad Juliana.
Barulah keesokan paginya, jasad Juliana mulai dievakuasi menggunakan tali ke atas tebing.
Proses evakuasi jenazah juga tidak mudah, karena medan di lokasi sangat curam.
Jasad Juliana baru berhasil naik ke atas pada sore hari dan langsung dibawa turun gunung oleh seluruh tim yang bertugas.
Agam pun meminta maaf pada warga Brasil karena dirinya tidak berhasil membawa pulang Juliana Marins dalam kondisi masih hidup.
"Saya juga turut berduka cita, sampaikan ke orang-orang di Brasil, minta maaf tidak bisa membawa pulang Juliana dengan selamat," kata Agam.
Hal itu, kata Agam, dikarenakan kondisi jurang yang sangat terjal.
"Karena kondisi medan yang berat dan terlalu jauh ke bawah," ungkapnya.
Apalagi menurut dia, kebanyakan orang yang jatuh akan sulit kembali dalam kondisi selamat.
Baca juga: Bukan Cuma Agam, Ini Tim yang Turun ke Jurang untuk Evakuasi Juliana Marins, Sama-sama Pahlawan
"Sudah banyak kasus di Rinjani memang susah hidup ketika jatuh di lubang-lubang itu semua. Karena memang terlalu curam," ungkapnya.
Senada dengan Agam, Herna Hadi Prasetyo atau yang akrab disapa Tyo Survival juga mengungkap kesulitan evakuasi jenazah Juliana.
"Medannya sangat ekstrem, ada teras satu dan dua, korban berada di teras kedua, kita harus traveling lagi sejauh 200 meter," katanya dikutip dari Kompas TV, Kamis (26/6/2025).
Tim penyelamat harus menuruni tebing sejauh 600 meter untuk bisa menjangkau keberadaan Juliana.
Belum lagi kondisi tebing yang dipenuhi banyak bebatuan.
"Jadi cukup sulit dan perjuangan luar biasa, banyak batu menimpa kepala, untung pakai helm," kata dia.
Tyo jadi satu dari empat orang, termasuk Agam, yang turun sampai ke posisi Juliana.
"Kita yang turun ada 7 tim, dari titik korban itu yang diturunkan ada empat orang, ada dari Basarnas, saya, agam, dan Bang Botol. 4 orang menuju ke titik korban di teras kedua," ungkapnya.
Menurut Tyo, tidak sembarang orang bisa turun ke bawah karena jika tidak hapal medan maka akan membahayakan penyelamat.
"Untuk bagian atas banyak pasir dan batu lepasan, apabila tidak hati-hati bisa mengancam keselamatan teman-teman yang evakuasi. Medannya memang sangat ekstrem, teras pertama 90 derajat dan batunya lepas semua, itu juga bahaya," tutur Tyo.
Bahkan keempatnya terpaksa harus bermalam dengan cara menggantung di tengah-tengah jurang.
Baca juga: Cerita Agam Tidur di Pinggir Tebing Curam Bersama Jasad Juliana Marins, Temani Korban Semalaman
"Malam kemarin kita melakukan flying camp, batu-batu di situ kita bor, kita pasang pengaman," katanya.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi Juliana, kata dia, tidak ditemukan jalan datar untuk sekedar istirahat.
"Di drone kita kira ada flat, ternyata semua miring. Kita tidur hanya menggunakan sleeping bag dan jaket seadanya, dan menggunakan pengaman, kalau tidak merosot," tutur Tyo.
Di sana, mereka berempat beristirahat sejenak sambil menjaga jasad Julia Marins agar tidak tergelincir lagi.
"Jarak kita tidur dengan korban hanya tiga sampai empat meter. Cuaca berubah cepat sekali, lebih ke kabut tebal, jarak pandang kita melakukan refling itu jarak pandang sangat tipis," ungkapnya.
Bahkan menurut Tyo, penyelamatan Juliana Marins ini merupakan terjauh yang pernah ia dan rekan-rekannya lakukan.
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp :
Tenggelam saat Berenang di Bendungan Pamijahan Bogor, Seorang Pria Ditemukan Tewas |
![]() |
---|
Kini Giliran Pendaki Asal Swiss Terjatuh di Gunung Rinjani, Beda Nasib dengan Juliana Marins |
![]() |
---|
Speed Boat Rombongan Dinas PUPR Terbalik di Mentawai, Anggota DPRD hingga Anak-anak Hilang |
![]() |
---|
Ternyata Juliana Marins Masih Hidup 32 Jam Usai Jatuh, Otopsi Kedua Korban Ungkap Temuan Mengejutkan |
![]() |
---|
Tim SAR Terus Cari Pemancing yang Hilang di Megamendung Bogor, Tunggu Hasil DNA Mayat di Ciliwung |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.