Viral di Media Sosial
Curhat Terakhir Siswa Garut yang Akhiri Hidup Diduga Karena Dibully Guru, KDM Ambil Langkah Tegas
Curhat terakhir siswa SMAN 6 Garut sebelum meninggal dunia diduga karena stres dibully teman dan guru terkuak. Dedi Mulyadi bertindak.
Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Curhatan terakhir siswa SMAN 6 Garut yang mengakhiri hidup karena diduga dibully teman dan guru di sekolah diungkap ibunda.
Siswa berinisial P (16) itu sempat mengurai curahan hatinya yang pilu setelah dua semester menjalani nasib yang miris di kelas.
Ternyata selama bersekolah di kelas 10, P memendam kepiluan lantaran diduga dirundung oleh teman-teman sekelas.
Tak cuma teman, P juga kabarnya dibully oleh dua guru yakni wali kelas dan guru fisika.
Sebelum meninggal dunia pada Senin (14/7/2025), P sempat curhat ke sang ibu, Fuji Lestari.
Dalam akun media sosialnya, Fuji Lestari pun membagikan video terakhir saat sang putra menceritakan perundungan yang dialaminya.
Belakangan Fuji baru tahu bahwa awal mula sang putra dikucilkan teman-temannya karena fitnah.
"Katanya memang (korban) dijauhin sama teman-temannya, dikucilkan. Jadi dia mainnya sama yang beda kelas dan di organisasi. Tapi itu berawal dari masalah kasus dia disangka ngelaporin yang ngevape di kelas, disangkanya anak saya (yang mengadu)," ungkap Fuji saat bercerita kepada Gubernur Dedi Mulyadi, dilansir TribunnewsBogor.com pada Jumat (18/7/2025).
Bukan cuma dikucilkan, P kabarnya juga pernah dikeroyok di kelas.
"Tapi sebenarnya masalah itu, kemarin teman-teman kelasnya ke sini, udah mengakui menjauhi (korban), jadi semester dua udah berbaur lagi. (Korban) pernah ditarik kerahnya lagi duduk di depan kelas, dia (korban) lari ke BK, pernah dipegangi tangannya sama banyakan (teman)," sambungnya.
Dari peristiwa itulah P mengalami perubahan sikap yang drastis kata sang ibu.
Hingga akhirnya Fuji baru tahu fakta bahwa anaknya dibully dari teman P.
Setelah tahu, Fuji pun berusaha menanyai sang putra soal pembullyan tersebut.
Fuji tersentak mendengar cerita dari P bahwa ia dirundung oleh gurunya di kelas.
P mengaku ia pernah dihina sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK).
"Yang kakak dibilang anak berkebutuhan khusus gimana, langsung ke kakak gitu?" tanya Fuji kepada korban, P dalam rekaman video beberapa minggu lalu.
"Iya langsung," jawab P.
"Kenapa tiba-tiba dibilang gitu? atau ada awalnya?" tanya Fuji lagi.
"Ada pembukaannya. Aku mah enggak ngejawab. Kata (guru) 'kamu ABK?". Kata kakak 'emang kenapa?'. Enggak dijawab sama kakak mah," ungkap P dalam bahasa sunda.
"Itu (kejadian dibilang ABK) di depan kelas?" tanya Fuji.
"Enggak, berhadapan," ujar P.
"Tapi teman-teman ada yang tahu enggak?" tanya Fuji.
"Enggak," imbuh P.
Selain dihina ABK, P juga mengaku pernah dipermalukan gurunya di kelas lain.
Hal itu diketahui P usai mendapat aduan dari temannya di kelas lain.
Bahwa ada guru yang menyebut P adalah anak yang tidak diurus oleh orangtuanya saat mengajar di kelas lain.
"Kata (teman korban di kelas lain) 'emang kamu enggak diurus orangtua'. Katanya tadi dibilangin sama ibu itu," kata P.
"Di jam pelajaran itu? di depan kelas? bilang Priya enggak diurus orangtua?" tanya Fuji.
"Iya, iya, pas jam pelajarannya juga langsung bilang gitu. Teman kakak bingung kenapa (bu guru) bilang gitu," imbuh P.
Atas cerita yang disampaikan oleh ibunda korban, pihak sekolah meresponnya.
Kepala sekolah SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi menampik semua tuduhan dari Fuji soal P dibully di sekolah.
Kata Dadang, alasan P mengakhiri hidupnya diduga karena tidak terima tidak naik kelas.
Lagipula kata Dadang, awalnya ibunda P sudah terima bahwa anaknya tidak naik kelas.
"Munculnya istilah pembullyan itu setelah anak tidak naik kelas," ungkap Dadang Mulyadi, dilansir dari Tribun Jabar.
"Orangtuanya (P) menerima bahwa anaknya tidak naik kelas, besoknya update status bahwa anaknya bernasib malang di sekolah. Kami juga tidak tahu maksudnya apa," sambungnya.
Tindakan tegas Dedi Mulyadi
Kasus yang tengah viral di media sosial itu belakangan ditanggapi oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Tanpa tunggu waktu, Dedi langsung menemui ibunda korban.
Kepada Fuji, Dedi Mulyadi berjanji akan mempertemukan pihak korban dengan pihak sekolah.
"Saya akan menggali masalah ini sampai selesai. Artinya bisa jadi melibatkan dinas pendidikan provinsi maupun Polres Garut agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi," ungkap Dedi Mulyadi.
"Sebenarnya saya enggak mau ke ranah hukum teh, nanti digali lagi semakin gini (sakit hati). Mediasi dulu sama sekolah aja, sementara mah," ujar Fuji.
"Jadi sementara tidak melibatkan kepolisian, melibatkan internal dulu, bertemu kepala sekolah," kata Dedi Mulyadi.
"Saya pengin mediasi dulu kayak gimana," pungkas ayah korban.
"Mediasinya langsung saya yang pimpin, biar semuanya selesai. Nanti saya akan mengundang pihak sekolah dan ibu. Ibu bersedia kalau bertemu di Bandung, nanti kita fasilitasi," sambung Dedi.
Bukan cuma itu, Dedi juga mengambil langkah tegas kepada kepala sekolah SMAN 6 Garut.
Dedi menonaktifkan sementara kepala sekolah tersebut.
Hal itu dilakukan agar pengungkapan kasus dugaan pembullyan siswa di SMAN 6 Garut bisa dijalankan hingga tuntas.
"Untuk mewujudkan seluruh rangkaian ini berlaku secara transparan maka kepala sekolahnya kita nonaktifkan sementara sampai pemeriksaannya selesai," ujar Dedi Mulyadi.
Baca juga: Ucapan Guru yang Diduga Bully Siswa Garut hingga Akhiri Hidup, Sebut ABK karena Tak Bisa Jawab Soal
Catatan redaksi:
Artikel ini ditayangkan bukan untuk menginspirasi tindak bunuh diri.
Kendati demikian, depresi bukanlah persoalan sepele.
Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh.
Jika semakin parah, disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
LSM Jangan Bunuh Diri adalah Lembaga swadaya masyarakat yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan jiwa.
Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap mental illness dan meluruskan mitos serta agar masyarakat paham bahwa bunuh diri sangat terkait dengan gangguan atau penyakit jiwa.
Jika kalian mempunyai tendesi untuk bunuh diri atau butuh teman curhat, kalian dapat menghubungi kontak di bawah ini:
LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293)
Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t
SMAN 6 Garut
pembullyan
dibully
Fuji
Dedi Mulyadi
Gubernur Jawa Barat
meninggal dunia
viral
kepala sekolah
| Momen Haru Bilqis Kembali ke Pelukan Ayah Usai Seminggu Hilang, Pengakuan Sang Penculik Mengejutkan |
|
|---|
| Resmi Digugat Cerai Daehoon, Foto Terbaru Jule Bareng Safrie Ramadan Mengejutkan, Bangga Jadi Janda? |
|
|---|
| Sosok Orangtua Murid yang Ngamuk Anaknya Ditampar Guru, Ngadu ke Dedi Mulyadi Tapi Malah Tak Dibela |
|
|---|
| Sosok Pemuda Bejat yang Lecehkan Wanita Saat Sedang Sholat, Fetish Pelaku Terbongkar Lewat Isi HP |
|
|---|
| Cerita Suami Viral Robohkan Rumah di Sragen, Murka Istri Selingkuh dengan Teman, Anaknya Dukung |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bogor/foto/bank/originals/kdm-tangani-kasus-anak-dibullyy.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.