Beda Nasib dengan Prada Lucky, Eks Kabais Ungkap Pengalaman Dipelonco Dulu: Tapi Ini Kelewat Batas

Menyoroti tewasnya Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis mengatakan bahwa perpeloncoan

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Naufal Fauzy
Kolase Kompas TV, Metro TV
KEMATIAN PRADA LUCKY - Foto Mantan Kabais Soleman dan Prada Lucky Namo. Menyoroti tewasnya Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais), Laksamana Muda (Purn) Soleman B Ponto mengatakan bahwa perpeloncoan di TNI sudah seperti budaya dari dulu. 

Kata pria kelahiran 6 November 1955 ini, kejadian yang menimpa Prada Lucky jadi peringatan bagi semua pimpinan prajurit yang punya tanggung jawab terhadap anak buahnya.

"Gigit-gigitan seperti ini adalah hal yang biasa memang, tetapi harus ada pengawasan, harus ada batas, tapi ini kan batas dilewati," kata Soleman.

"Artinya tidak ada pengawasan, maka yang atas pun harus ikut bertanggung jawab. Kalau tidak ada, maka ke depan akan berulang kembali," ungkapnya.

Diketahui, Sub Denpom IX/1-1 Ende terus menyelidiki kasus dugaan penganiayaan terhadap Prada Lucky Namo, anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere yang meningal dunia Rabu (6/8/2025) lalu.

Saat ini, pihak Sub Denpom IX/1-1 Ende telah melakukan serangkain pemeriksaan dan memintai keterangan dari anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere lainnya yang diduga terlibat dalam kasus penganiayaan yang cukup menghebohkan tersebut. 

"Intinya kami lagi bekerja biar cepat selesai dalam kasus penyidikan, yang jelas kalau ada yang berbuat kan pasti bertanggungjawab," jelas Dansub Denpom Ende, Kapten CPM Stefanus Kopong Ola, Sabtu (9/8/2025) dikutip dari POS-KUPANG.COM.

Terpisah, ibu korban, Seprina Paulina Miprey menuntut keadilan atas kematian putranya itu yang ternyata baru dua bulan dilantik menjadi tentara.

Seprina terpukul karena anaknya itu sudah delapan kali tes masuk TNI baru lolos, namun malah pulang tinggal jasad secara sia-sia.

"Saya seorang ibu, saya minta keadilan, saya pu anak sudah mati sia-sia. Mati di medan perang saya terima, itu tugas dia bela negara, ini mati sia-sia di tangan seniornya. Proses mereka ! , pecat !, bila perlu hukuman mati !," ungkapnya.

Baca berita Tribunnews Bogor lainnya di Google News

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved