TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Usai pendeklarasian capres-cawapres, kini publik tinggal menunggu penetapan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno menjadi capres-cawapres yang sudah mendaftar ke KPU pada Jumat (10/8/2018).
Usai pendaftaran capres-cawapres, banyak pihak yang melakukan polling di media sosial.
Mulai dari akun twitter pribadi hingga organisasi.
Seperti program acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Nahdlatul Ulama (NU), Fahri Hamzah, Iwan Fals dan lainnya.
Kebanyak dari polling yang dilakukan, mayoritas dimenangi oleh pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.
Beragam reaksi pun bermunculan, mulai dari yang terima hasil polling tersebut hingga yang tak percaya.
Tanggapan berbeda datang dari Guru Besar Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Khairil Anwar Notodiputro.
Di akun Twitter-nya, ia menyinggung soal validitas dan tingkat kepercayaan dari polling capres-cawapres di Twitter.
• Fotonya Bareng AHY Disebut Mirip Banci, Jawaban Anak Jokowi Ini Tuai Pujian
Ia menganggap kalau polling di Twitter tersebut tidak layak dipercaya.
Ia menyebutkan kalau polling via Twitter memiliki banyak kelemahan dan tidak sesuai dengan kaidah ilmiah.
Khairil juga mengatakan kalau kebenaran hasil polling juga sulit diferivikasi kebenarannya.
Berikut penjelasannya :
"Nah, sekarang bagaimana dengan polling via twitter? Ada banyak kelemahan dari polling twitter shg tidak sesuai dengan kaidah ilmiah. Ini menjadi masalah ketika akan kita gunakan untuk menyimpulkan populasi, khususnya populasi rakyat Indonesia.
Pertama, siapa yg menjadi populasinya ketika kita melakukan polling via twitter? Kita tdk bisa mengatakan bhw pengguna twitter adalah populasi Indonesia. Tidak bisa juga dikatakan bhw semua pengguna twitter berhak memilih. Tidak ada jaminan bhw satu org hanya punya satu akun.
Kedua, siapa yg menjadi “sample”nya? Apakah teknik peluang bs digunakan disini? Sayangnya tdk bs digunakan krn yg ikut polling twitter bukan mereka yg terpilih tetapi mereka yg mau ikut polling saja. Juga brp jumlah “sample” yg tepat utk mencapai akurasi dan presisi tertentu?
Berbagai kelemahan tsb menjadikan data yg terkumpul tidak sahih adanya, sehingga sulit mengetahui akurasi dan presisinya. Jadi hasil polling twitter tidak layak untuk dipercaya. (Ingat kembali ya nomor 6)
Dari uraian itu jelas masalah utama dari polling twitter adalah yg melakukan polling tidak bisa mengendalikan “sample” dan “populasinya”. Seandainya kita bisa mengendalikannya, maka kita bisa mendapatkan data yg valid. Tapi apakah mungkin dilakukan pengendalian itu?
• Ketahuan Nagita Slavina Karena Pukul Pengasuh, Begini Gaya Rafathar Saat Minta Maaf
• Curhat Iwan Fals Dimarahi Followers Akibat Prabowo-Sandi Banyak Dipilih Dalam Polling Twitter
Sependek pengetahuan saya pengendalian “sample” dlm polling twitter sangat sulit dilakukan. Mengapa? Karena kita tdk bisa memilih “sample”nya, tdk bisa memastikan apakah yg mengisi orang Indonesia, apakah berhak memilih atau tdk, bahkan kita tidak bisa menolak robot.
Hal penting lainnya karena wawancara tidak mungkin dilakukan dlm polling twitter maka sulit melakukan verifikasi atas kebenaran atau kejujuran jawaban yg diperoleh.
Demikianlah mengapa hasil polling via twitter tidak layak dipercaya, dan cukup sebagai hiburan saja..
Terimakasih dan tabiiiiiik...!!!"