Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, TANAHSAREAL - Surya, warga Kampung Kedunghalang Wesel, Kelurahan Sukaresmi, Kota Bogor sudah lima tahun lebih menjaga palang pintu manual perlintasan kereta api.
Setiap harinya, ia berdiri berjam-jam memperhatikan kiri dan kanan rel perlintasan kereta.
Surya sudah hafal betul waktu waktu kedatangan kereta.
Namun meski demikian Ia tetap harus waspada dan teliti untuk memperhatikan datangnya kereta.
"Kalau datangnya sama jadwalnya sudah hafal misal jam pada lima menit sekali atau 10 menit sekali tapi tetep saja harus waspada karena kadang kan telat," ujarnya.
Surya tidak mengandalkan alat yang ada diperlitasan kereta api resmi.
Ia hanya mengandalakan pandangan mata dan tanda lampu yang ada di tiang perlintasan.
Jika lampu berwarna hijau berarti kereta akan melintas namun jika lampu berwarna merah kereta tidak melintas.
"Dari lampu sama lihat juga dari kejauhan, tapi kalau yang sebelah kiri itu kan tikungan jadi agak nggak kelihatan makanya suka ditutup agak lama dulu sebelum pasti emang nggak ada kereta," ujarnya.
Surya mengatakan, tidak ada yang menyuruhnya menjaga palang pintu kereta.
Ia berniat dengan sukarela menjaga palang pintu tersebut.
Penghasilannya pun tidak besar, dari Rp 20 - 50 ribu dalam satu hari.
"Nggak ada yang nyuruh cuma kasian saja sama warga kalau nggak ada yang jaga kan kadang suka main jalan saja, yang penting banyak orang selamat aja," ujarnya.