Ketum Kongres Wanita Menolak Dipanggil Emak-emak, Politikus Demokrat: Banyak yang Suka, Mau Apa Lu?

Penulis: Vivi Febrianti
Editor: Damanhuri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo dan Ferdinand Hutahaean

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Politikus Demokrat Ferdinand Hutahaean menanggapi pernyataan Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyogo yang menolah istilah 'the power of emak-emak'.

Dalam akun Twitternya, Ferdinand menuliskan kalau sebaiknya Ketum Kowani ini perlu merefleksi saraf-saraf otak.

Ia juga menyarankan agar lebih banyak membaca keragaman nusantara.

Sebab, kata dia, di Jawa saat ini masih banyak panggilang si Mbok, kemudian di kampunya juga banyak yang dipanggil Emak atau Omak.

Ia pun mempertanyakan kenapa Giwo Rubianto Wiyogo malah melarang kata 'emak' tersebut.

"Jika benar kalimat dalam video ini disampaikan oleh inu ini, mk saya pikir ibu ini perlu refleksi saraf2 otak dan lebih banyak membaca keragaman nusantara.

Di Jawa sana msh banyak panggilan si Mbok, dikampungku dipanggil Emak atau Omak.

Ibu bangsa koq melarang kata Emak?," tulisnya dilansir TribunnewsBogor.com, Minggu (16/9/2018).

Ferdinand Hutahaean (Twitter/Ferdinand Hutahaean)

Ia juga memposting video pernyataan Ketum Kowani itu dalam cuitannya.

Begini pernyataan dalam video tersebut :

"Kami tidak mau kalau perempuan-perempuan Indonesia yang sudah mempunya konsep Ibu Bangsa sejak tahun 1935 sebelum kemerdekaan, kalau dibilang emak-emak.

Kami tidak setuju, tidak ada 'the power of emak-emak', yang ada 'the power of Ibu Bangsa'".

Setelah itu, Ferdinand melanjutkan lagi pembahasannya soal emak-emak.

Nursaka Bocah SD yang Tempuh Perjalanan 8 km Lintasi 2 Negara, Kini Dapat Hadiah Sepeda dari Jokowi

iKON Bintang Tamu Closing Ceremony Asian Games 2018 Ulang Tahun Ke-3, Simak Lagu Debut Mereka

Ia mempertanyakan apa urusan Ketum Kowani soal panggilan emak-emak.

Sebab kata dia, banyak wanita yang suka disebut emak-emak.

Ia pun menyindir Ketum Kowani itu ingin sok beradab, hingga sok ibu sosialita.

Bahkan ia menyindir dengan kalimat tak pantas.

"Urusan apa dia soal panggilan Emak?

Lah banyak yg suka disebut emak2 lu mau apa?

Lu mau sok beradap? Sok strata tinggi? Sok ibu yang sosialita? Ngehek lu (emote)

Hidup PARTAI EMAK-EMAK

@PEPESOfficial"

Ferdinand Hutahaean (Twitter/Ferdinand Hutahaean)

Dilansir dari Kompas.com, Ketua Kongres Wanita Indonesia, Giwo Rubianto Wiyogo tidak sepakat jika perempuan Indonesia disebut "emak-emak".

Hal itu disampaikan Giwo dalam sambutannya di acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35 .

"Kami tidak mau, kalau kita perempuan-perempuan Indonesia dibilang 'emak-emak'. Kami tidak setuju," ujar Giwo dalam, Jumat (14/09/2018).

Disebut Kaesang Helm Dealer,Segini Harga Helm yang Dipakai Jokowi Saat Naik Moge di Opening Ceremony

Terungkap Sel Mewah Setya Novanto, Begini Potret dan 7 Perbedaan Sel Palsu dan Sel Aslinya

Giwo mengatakan, kongres perempuan Indonesia II tahun 1935 di Jakarta menghasilkan beberapa keputusan penting.

Salah satunya adalah kewajiban utama wanita Indonesia, yakni menjadi " ibu bangsa".

"Perempuan Indonesia yang sudah mempunyai konsep ibu bangsa sejak tahun 1935 sebelum kemerdekaan. Tidak ada the power of emak-emak, yang ada the power of ibu bangsa," ucapnya disambut tepuk tangan seluruh peserta yang hadir.

Giwo menuturkan pada peringatan Hari Ibu pada 22 Desember 2017 di Papua, Presiden Joko Widodo menyampaikan peran ibu bangsa.

Presiden mengatakan peran ibu bangsa jangan dipandang sebagai beban, melainkan suatu kehormatan.

"Peran ibu bangsa yakni tugas mempersiapakan generasi muda yang berkarakter unggul, memiliki daya saing, inovatif, kreatif serta memiliki wawasan kebangsaan yang militan," tandasnya.

Berita Terkini