Bocah SD Asal Gunungputri Meninggal Karena DBD Stadium 3

Penulis: Afdhalul Ikhsan
Editor: Yudhi Maulana Aditama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

orangtua dari Muhammad Dias Adestian (8), bocah yang meninggal karena DBD

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Afdhalul Ikhsan

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, GUNUNGPUTRI - Cuaca tak menentu sehari hujan sehari tidak membuat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi di wilayah Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor.

Kemarin, seorang pelajar Sekolah Dasar (SD) kelas tiga meninggal dunia karena terdiagnosis DBD stadium tiga.

Muhammad Dias Adestian (8) warga Kampung Tlajung, Desa Wanaherang, Rt 01/02 Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor meninggal diusia muda setelah berusaha melawan sakit demam, radang dan flu berat.

"Saya baru tau kalau anak saya meninggal karena DBD stadium tiga," ucap sang ibu, Ade Irma (28) kepada TribunnewsBogor.com seraya menangis tersedu-sedu, Kamis (11/10/2018) sore

Sejak hari Jum'at (5/10/2018) sang anak sudah merasa sakit tersebut. Namun keluarga tidak mengetahui jika penyakit itu adalah DBD.

Apalagi dokter di Klinik Tlajung menegaskan jika sakit demam, radang dan flu adalah penyakit biasa.

Pihak klinik pun hanya memberi obat biasa penurun panas.

"Kami kan orang awam enggak tau kalau penyakitnya apa, tapi dokter bilang cuman sakit biasa cuman radang doang tar juga sembuh tinggal batuknya aja nih dikasih obat radang sama vitamin," ungkapnya menirukan pembicaraan dokter tersebut.

Berhari-hari keluarga harus mendapat rujukan ke rumah sakit terdekat.

Pada saat itulah hasil pemeriksaan dokter menyatakan anaknya menderita penyakit DBD stadium tiga disertai bintik-bintik.

"Yang di klinik ini enggak tau sebenarnya, sudah dua kali saya bawa kesana masih aja bilang sakit biasa. Nah saat dirujuk ke RS Mery baru diketahui tuh hasilnya jika anak saya terkena DBD," tuturnya.

Sang ibu hanya pasrah pada Tuhan agar sang anak sembuh setelah pihak RS Mery tak sanggup merawat DBD stadium tiga.

"RS Mery enggak bisa merawat karena anak saya sudah terdiagnosis DBD stadium tiga harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar yang peralatannya lengkap yaitu RS Uki Jakarta," ungkapnya.

Namun apa daya, waktu sudah tidak bisa terulang kembali.

Mau tak mau Ade Irma harus kehilangan anak pertamanya di RS Uki Jakarta, Rabu (10/10) kemarin.

"Iya meninggal di Jakarta karena sudah tidak tertolong, kemarin pagi kami bawa dan dimakamkan di dekat rumah," tandasnya.

Ia mengimbau pada masyarakat apabila anak mulai dilandai flu, demam lebih baik segera periksakan ke dokter ahli sebelum hal-hal yang tidak diingankan terjadi.

"Saya ingin masyarakat segera periksa ke dokter ahlinya. Apalagi belakangan ini cuaca tak menentu," tukasnya.

Berita Terkini