Pilpres 2019

Fadli Zon Nilai Metode Lembaga Survey Sudah Usang, Yunarto Wijaya Tunggu Keberanian Gerindra

Penulis: Sanjaya Ardhi
Editor: Damanhuri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fadli zon dan Yunarto Wijaya

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengaku sudah tak lagi percaya pada hasil survey.

Malah Fadli Zon menyarankan lembaga survey untuk membubarkan diri bila hasilnya sudah meleset.

Membaca cuitan Fadli Zon, Direktur Lembaga Survei Charta Politika Yunarto Wijaya memberi tantangan pada Fadli Zon dan Partai Gerindra.

Fadli Zon menulis tak lagi percaya pada lembaga survey tertentu.

Fadli Zon mengatakan ada lembaga survey yang pura-pura tak berpihak dan menerima bayaran.

Lembaga survey tersebut, kata Fadli Zon, hasilnya meleset drastis.

Fadli Zon menarik contoh pada Pilkada DKI dan Pilkada Jabar beberapa waktu lalu.

Menurut Fadli Zon, hasil meleset tersebut dikarenakan metode yang dipakai oleh lembaga survey tersebut sudah usang.

Metode yang dipakai lembaga survey tersebut, tambah Fadli Zon, tak bisa lagi dipakai di era media sosial.

Fadli Zon bahkan mengatakan mestinya lembaga survey yang dimaksud, untuk membubarkan diri bila hasilnya sudah meleset.

Tak hanya itu saja, Fadli Zon menandai akun Twitter Denny JA dan Yunarto Wijaya di akhir cuitannya.

Fadli Zon Sebut Prabowo Tak Berniat Rendahkan Profesi Tukang Ojek

PDI-P Tuding Lawan Politik Sebar Poster Jokowi Ala Raja Jawa, Fadli Zon Geram Beri Tantangan Ini

Fadli Zon Tanyakan Apa Dampak Sandiaga Langkahi Makam, Ruhut Sitompul Jawab dengan Kekalahan Prabowo

Berikut ini cuitan lengkap akun Fadli Zon yang sudah terverifikasi :

"Sy sdh tak percaya survei2 bayaran yg pura2 independen.

Mrk bisa meleset drastis di Pilkada DKI, Pilkada Jabar dll.

Metodologi mrk sdh usang di era media sosial.

Harusnya lembaga2 spt ini membubarkan diri ketika hasil survei mrk meleset jauh.

@DennyJA_WORLD @yunartowijaya" tulis akun Twitter Fadli Zon yang sudah bercentang biru.

Di bawahnya, Yunarto Wijaya membalas cuitan Fadli Zon.

Yunarto Wijaya mempertanyakan soal hasil survey di tahun sebelumnya, seperti tahun 2005 dan 2014.

Yunarto Wijaya juga membandingkan dengan hasil quick count yang salah.

Malah, Yunarto Wijaya juga meminta pada Fadli Zon untuk memeriksa ulang intelektualitas dirinya.

Berikut ini balasan lengkap Yunarto Wijaya :

"Lalu ribuan hasil survei pilkada lain dr 2005 gimana? pilpres 2014 gimana?

Kalo quick count yg terbukti menipu (bukan salah) anda percaya?

Coba check dulu intelektualitas anda yg sudah usang jangan2?" tulis akun Yunarto Wijaya.

Habib Rizieq Shihab Sebut Bohong Ditahan Hanya Menginap, Yunarto Wijaya: Pelajaran Logika Dasar

Habib Rizieq Bilang Tak Ditahan Hanya Diminta Menginap, Yunarto Wijaya : Pelajaran Logika Dasar

Fadli Zon Sebut Ada Intel Dibalik Kasus Bendera di Rumah Habib Rizieq, Yunarto Wijaya Singgung Drama

'

Faldi Zon Dapat Pengaduan dari Keluarga Habib Rizieq, Yunarto Wijaya Ingatkan Kasus Ratna

Cuitan Fadli Zon dan Yunarto Wijaya (Twitter)

Akun Twitter Yunarto Wijaya juga kembali melanjutkan, dirinya masih menunggu pernyataan atau surat resmi dari Partai Gerindra untuk melarang penggunaan survey tatap muka yang dianggap Fadli Zon sudah usang.

"Saya menunggu keberanian pernyataan/surat resmi dari @Gerindra berdasar saran dari @fadlizon untuk melarang penggunaan survei tatap muka yang dianggap usang...

Bagus kok buat dialektika keilmuan kalau betul berani..." tulis akun Yunarto Wijaya.

Cuitan Yunarto Wijaya pada Fadli Zon (Twitter)

LSI Denny JA telah mengeluarkan rilis survei terbaru pada November 2018.

Berdasarkan survei yang dilakukan dari tanggal 10 hingga 19 November 2018 tersebut, pasangan pilpre Joko Widodo-Maruf Amin unggul dengan elektabilitas 53,2 persen.

Sedangkan angka elektabilitas untuk kubu Prabowo-Sandiaga 31,2 persen.

Fadli Zon Sebut Bendera di Rumah Habib Rizieq Kerjaan Intel, Yunarto Wijaya Sindir Soal Drama

"Dua bulan masa kampanye diberlakukan, masih ada selisih dukungan yaitu Jokowi-Ma'ruf unggul di atas 20 persen dari Prabowo-Sandi," ujar Ardian selaku peneliti LSI, di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (27/11/2018).

Ia menilai peta elektabilitas kedua pasangan calon masih bisa berubah asalkan masing-masing kubu memiliki strategi yang tepat.

Isu ekonomi, kata dia, dilihat sebagai isu strategis yang dapat menambah elektabilitas pasangan calon.

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, saat memaparkan hasil survei bertajuk Kondisi Ekonomi Tentukan Pemenang Pilpres? di kantor LSI, Jakarta Timur, Selasa (27/11/2018).(KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO) ()

Hal itu terlihat dari hasil survei di mana dukungan yang diterima akan berbeda karena tergantung kondisi ekonomi Indonesia.

Lebih lanjut, Ardian melihat masa kampanye yang masih tersisa 5 bulan ke depan akan menjadi penentu naik surutnya elektabilitas masing-masing pasangan calon.

"Tapi kalau melihat dari bulan Agustus, September, Oktober, sampai November, relatif angkanya tidak jauh dari 20 persen. Sehingga, ketika ingin mengungguli otomatis masih perlu ada hal-hal yang dilakukan untuk bisa mengejar ketinggalan yang ada," kata dia.

Ridwan Kamil Luncurkan Kredit Mesra, Yunarto Wijaya: Kang, Empati Dikit Sama Provinsi Sebelah Bisa?

Lanjut dia, kondisi ekonomi yang positif akan berbanding lurus dengan elektabilitas Jokowi dalam Pilpres 2019.

"Semakin baik, positif ekonomi maka elektabilitas Jokowi sebagai petahana akan naik. Tetapi, semakin buruk persepsi ekonomi, akan menaikkan dukungan terhadap Prabowo-Sandi," katanya yang dikutip dari Tribunnews

Pakai data dari BPS Jubir PSI Dedek Prayudi Tanya ke Fadli Zon : Gak Capek Bohong Pak ?

(*)

Berita Terkini