SBY Kritik Kampanye Prabowo-Sandi di GBK, Andi Arief Sebut Prabowo Sudah Jalankan Saran Ketum Demokrat
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Politikus Partai Demokrat Andi Arief angkat bicara terkait surat SBY kritik Kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Utama Gelora Bung Karno ( SUGBK ) pada Minggu (7/4/2019)
Andi Arief menjelaskan sebelum SBY kritik kampanye Prabowo-Sandi, Prabowo Subianto sudah menjalankan saran yang diberikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono
SBY menulis surat untuk tiga pejbat partainya
Surat SBY ditujukan unutk Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin, Waketum Syarief Hasan dan Sekjen PD Hinca Panjaitan tersebut
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan keberatannya soal format Kampanye akbar pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandi.
SBY beranggapan kalau set up acara, rundown acara hingga tampilan fisik kampanye tidak menunjukkan Kampanye nasional yang inklusif, melainkan terkesan eksklusif.
"Menurut saya, apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di SUGBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews, Minggu, (7/4/2019) .
SBY juga berpendapat pelaksanaan Kampanye pemilu nasional sepatutnya melingkupi seluruh pihak. Artinya, tidak memunculkan satu identitas tertentu.
• Kampanye Akbar Prabowo Dinilai Terlalu Eksklusif oleh SBY, Aa Gym Justru Kagum dan Ungkap Fakta Lain
• Gus Nadir Baca Surat SBY Kritik Kampanye Prabowo : Saya Jadi Paham Kenapa Demokrat Setengah Hati
"'Pemilihan Presiden yang segera akan dilakukan ini adalah untuk memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin kita semua. Karenanya, sejak awal "set up"nya harus benar. Mindset kita haruslah tetap "Semua Untuk Semua" , atau "All For All"," kata SBY
Andi Arief lewat akun Twitternya mencuitkan bahwa sebenarnya Prabowo Subianto sudah menjalankan saran yang diberikan oleh SBY
Menurut Andi Arief, SBY memberi saran terkait tema kampanye akbar Prabowo-Sandi
Tema kampanye akbar Prabowo-Sandi yang diberikan SBY yakni Indonesia untuk Semua.
"Memang kemarin SBY meminta Pimpinan Demokrat menyampaikan saran ke Pak Prabowo.
Saran SBY tadi malam terkait tema “Indonesia untuk Semua” sudah dilaksanakan Prabowo dalam orasi maupun pelaksanaan kampanyenya.
Kita semua bisa melihatnya dari subuh hingga siang tadi.” tulis Andi Arief di alun Twitternya terkait surat SBY kritik Kampanye Prabowo-Sandi
• Mahfud MD Tanggapi Kritikan SBY soal Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di SUGBK : Perlu Diperhatikan
• Mahfud MD Sebut Masukan SBY Perlu Diperhatikan
Selain itu, Andi Arief juga sempat menegur seorang netizen
Andi Arief meminta netizen tersebut membaca dengan seksama surat SBY kritik kampanye akbar Prabowo-Sandi
"Baca dengan baik surat itu.
Sebaiknya berhati-hati dalam komentar.
Kita lebih punya pengalaman bagaimana menarik pemilih jateng, jatim dan swing voters.
Memangnya kalau Prabowo-Sandi kalah lalu demokrat untung? Bagaimana logiknya." tulis Andi Arief
• Cerita Wartawan Media Asing Disapa Capres 02 di Kampanye Akbar : Prabowo Menatap Lurus ke Arah Kami
Andi Arief juga menyebutkan bahwa politik identitas juga pernah terjadi saat Pilkada DKI Jakarta
"Politik identitaspernah menang di jakarta pemilu 1987 dan Pilkada DKi 2017.
Namun itu hanya fenomena Jakarta.
Secara naaional belum pernah menang sejak Pemilu 1955.
Kampanye terbuka 02 sejak sulsel sampai sumbar disambut meriah masyarakat, karena tidak dengan politik identitas.
Jangan sampai kemenangan yang sudah di depan mata dikalahkan oleh taktik yang keliru.
Saatnya inklusif, meluaskan dukungan." tulis Andi Arief
• Video Kampanye Prabowo Akan Beri Koruptor Pensiun, Sikap Eko Patrio dan Neno Warisman Jadi Sorotan
• Jadwal Debat Kelima Pilpres 2019 Jokowi-Maruf Vs Prabowo-Sandi: Ini Tema, Moderator, dan Panelis
Terbaru, Andi Arief menekankan Partai Demokrat mendukung penuh kampanye Prabowo-Sandi
"Partai Dempkrat mendukung penuh kampanye 02 dari awal makasar sampai terakhir di padang.
Juga tetap konsisten mendukung mesti berbeda pendapat dg konsep kampanye di Jakarta kemarin.
Mudah-mudahan konsep "people" dalam arti luas akan jadi tema kampanye di sisa waktu yang ada
• Gus Nadir Baca Surat SBY Kritik Kampanye Prabowo : Saya Jadi Paham Kenapa Demokrat Setengah Hati
"Partai Demokrat memilih menjadi faksi kerakyatan dalam tubuh koalisi adil makmur.
Kami bertanggung jawab terhadap rakyat.
Memang ada faksi keumatan dalan Koalisi.
Sebagai pimpinan koalisi, mudah-mudahan Pak Prabowo mau dan mendengarkan semua faksi dalan koalisi. " tulis Andi Arief
Melansir Kompas.com, Masukan dari Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait konsep kampanye terbuka capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Gelora Bung Karno, Minggu (7/4/2019), perlu diperhatikan.
Demikian kata pakar hukum tata negara Prof Mahfud MD di Surabaya, Minggu.
"Saya sudah membaca ( surat SBY) dan perlu memperhatikan nasihat dari orang memiliki banyak pengalaman mengelola Indonesia serta kecintaannya terhadap negara ini tak diragukan lagi," ujarnya.
Mahfud MD mengajak untuk memperhatikan bersama-sama masukan itu tanpa harus menyatakan bahwa yang dilakukan satu kelompok tersebut salah.
Menurut dia, masukan dari SBY kemungkinan sebagai saran saja agar tidak hanya fokus pada upaya menggalang satu ikatan primordial, misalnya shalat Subuh dan Tahajud bersama.
"Mungkin itu dianggap terlalu eksklusif. Lalu bagaimana yang tidak Subuh dan Tahajud, mungkin, tetapi ya kita dengarkan nasihat sebagai orang tua dan mantan presiden. Itu boleh," ucap Mahfud MD soal surat SBY kritik kampanye akbar Prabowo-Sandi di SUGBK
Ini isi surat SBY kritik kampanye akbar Prabowo-Sandi :
Kepada yang terhormat
1. Ketua Wanhor PD Amir Syamsudin
2. Waketum PD Syarief Hassan
3. Sekjen PD Hinca Panjaitan
Bismilahirrahmanirrahim
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Salam Sejahtera
Salam Demokrat !
Sebenarnya saya tidak ingin mengganggu konsentrasi perjuangan politik jajaran Partai Demokrat di tanah air, utamanya tugas kampanye pemilu yang tengah dilakukan saat ini, karena terhitung mulai tanggal 1 Maret 2019 yang lalu saya sudah memandatkan dan menugaskan Kogasma dan para pimpinan partai untuk mengemban tugas penting tersebut.
Sungguhpun demikian, saya tentu memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan agar kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrat tetap berada dalam arah dan jalur yang benar, serta berlandaskan jati diri, nilai dan prinsip yang dianut oleh Partai Demokrat. Juga tidak menabrak akal sehat dan rasionalitas yang menjadi kekuatan partai kita.
Sore hari ini, Sabtu, tanggal 6 April 2019 saya menerima berita dari tanah air tentang "set up", "run down" dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif, melalui sejumlah unsur pimpinan Partai Demokrat saya meminta konfirmasi apakah berita yang saya dengar itu benar.
Malam hari ini, saya mendapat kepastian bahwa informasi yang didapat dari pihak lingkaran dalam Bapak Prabowo, berita yang saya dengar itu mengandung kebenaran.
Sehubungan dengan itu, saya minta kepada Bapak bertiga agar dapat memberikan saran kepada Bapak Prabowo Subianto, Capres yang diusung Partai Demokrat, untuk memastikan hal-hal sebagai berikut:
Penyelenggaraan kampanye nasional (dimana Partai Demokrat menjadi bagian didalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan "inclusiveness", dengan sasanti "Indonesia Untuk Semua" Juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. "Unity in diversity". Cegah demonstrasi apalagi "show of force" identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrim.
Pemilihan Presiden yang segera akan dilakukan ini adalah untuk memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin kita semua. Karenanya, sejak awal "set up"nya harus benar. Mindset kita haruslah tetap "Semua Untuk Semua" , atau "All For All".
Calon pemimpin yang cara berpikir dan tekadnya adalah untuk menjadi pemimpin bagi semua, kalau terpilih kelak akan menjadi pemimpin yang kokoh dan insya Allah akan berhasil. Sebaliknya, pemimpin yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, atau yang menarik garis tebal "kawan dan lawan" untuk rakyatnya sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh.
Bahkan sejak awal sebenarnya dia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin bangsa. Saya sangat yakin, paling tidak berharap, tidak ada pemikiran seperti itu (sekecil apapun) pada diri Pak Jokowi dan Pak Prabowo.
Saya pribadi, yang mantan Capres dan mantan Presiden, terus terang tidak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai "pro Pancasila" dan "pro Kilafah". Kalau dalam kampanye ini dibangun polarisasi seperti itu, saya justeru khawatir jika bangsa kita nantinya benar-benar terbelah dalam dua kubu yang akan berhadapan dan bermusuhan selamanya.
Kita harus belajar dari pengalaman sejarah di seluruh dunia, betapa banyak bangsa dan negara yang mengalami nasib tragis (retak, pecah dan bubar) selamanya. The tragedy of devided nation. Saya pikir masih banyak narasi kampanye yang cerdas dan mendidik. Seperti yang kita lakukan dulu pada pilpres tahun 2004, 2009 dan 2014. Bangsa kita sangat majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi disisi lain musibah. Jangan bermain api, terbakar nanti.
Para kader pasti sangat ingat, Partai Demokrat adalah partai Nasionalis-Relijius. Bagi kita Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika adalah harga mati. Tidak boleh NKRI menjadi Negara Agama ataupun Negara Komunis. Indonesia adalah "Negara Pancasila" dan juga "Negara Berke-Tuhanan". Inilah yang harus diperjuangkan oleh Partai Demokrat, selamanya.
Saya berpendapat bahwa juga tidak tepat kalau Pak Prabowo diidentikkan dengan kilafah. Sama tidak tepatnya jika kalangan Islam tertentu juga dicap sebagai kilafah ataupun radikal. Demikian sebaliknya, mencap Pak Jokowi sebagai komunis juga narasi yang gegabah.
Politik begini bisa menyesatkan. Sejak awal harusnya narasi seperti ini tidak dipilih. Tetapi sudah terlambat. Kalau mau, masih ada waktu untuk menghentikannya.
Dari pada rakyat dibakar sikap dan emosinya untuk saling membenci dan memusuhi saudara-saudaranya yang berbeda dalam pilihan politik, apalagi secara ekstrim, lebih baik diberi tahu , apa yang akan dilakukan Pak Jokowi atau Pak Prabowo jika mendapat amanah untuk memimpin Indonesia 5 tahun mendatang (2019-2024).
Apa solusinya, apa kebijakannya? Tinggalkan dan bebaskan negeri ini dari benturan identitas dan ideologi yang kelewat keras dan juga membahayakan. Gantilah dengan platform, visi, misi dan solusi. Tentu dengan bahasa yang mudah dimengerti rakyat. Sepanjang masa kampanye, bukan hanya pada saat debat saja.
Demikian Pak Amir, Pak Syarief dan Pak Hinca pesan dan harapan saya. Ketika saya menulis pesan ini, saya tahu AHY berada dalam penerbangan dari Singapura ke Jakarta, setelah menjenguk Ibu Ani yang masih dirawat di NUH. Partai Demokrat harus tetap menjadi bagian dari solusi, dan bukan masalah. Selamat berjuang, Tuhan beserta kita.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Singapura, 6 April 2019
Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono.(*)