Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Tsaniyah Faidah
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, DRAMAGA - Nanda (13) hanya bisa menamatkan sekolah dasar karena harus membantu orangtuanya mencari nafkah dengan berjualan keripik singkong.
Setelah lulus SD tahun 2017 lalu, ia tidak melanjutkan pendidikan di tingkat SMP karena alasan orangtuanya yang tidak mampu membiayainya sekolah.
"Di rumah Bapak kadang kerja kadang enggak. Ibu enggak kerja, baru lahiran adik aku yang ke-4," ujar Nanda saat ditemui TribunnewsBogor.com di Kampus IPB Dramaga, Jumat (6/9/2019).
Ia tinggal bersama orangtua dan ketiga adiknya di Wanasari Timur, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Nanda biasanya jualan berkeliling di sekitar Kampus IPB Dramaga membawa adik ketiganya yang masih berusia 4 tahun.
Ia berjualan setiap hari, mulai dari pagi hingga malam hari.
Dalam setiap langkahnya, ia selalu berharap dagangannya hari ini laku terjual.
Sehingga tidak menyisakan banyak keripik remuk yang tak layak jual.
Dari rumah, kalau ada uang lebih ia naik angkot menuju kampus untuk berjualan, namun jika tidak ada uang ia berjalan kaki.
"Jualan di sini (IPB Dramaga) soalnya ramai, banyak orangnya," ucap Nanda.
Setiap harinya, hasil jualan yang didapatkan tidak menentu, namun tak sering keripik singkongnya habis.
Uang hasil berjualan diberikan kepada orangtuanya untuk biaya hidup mereka.
"Aku enggak pernah ngitung dapat berapa. Pokoknya kita bisa makan aja setiap hari," ucap Nanda.
Ia menjual keripik singkong yang dibelinya dari orang lain.
Namun jika keripik jualannya tidak habis, tidak bisa dikembalikan ke pembuatnya.
Nanda mengaku bercita-cita menjadi seorang guru.
Harapannya ia bisa melanjutkan sekolah lagi minimal hingga jenjang SMA.
"Maunya sekolah lagi. Biar bisa jadi guru. Kalau kemarin aku lanjut sekolah, aku sekarang sudah kelas 2 SMP," ceritanya.