Kisah Bocah 10 Tahun Tewas Terbakar saat Dipasung, Tetangga: Kakinya Sampai Tertinggal Dirantai

Penulis: Damanhuri
Editor: Vivi Febrianti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas Dinas Sosial Tangsel saat menemui ZKA (10), bocah yang dipasung selama tiga tahun di kamarnya, di bilangan Kampung Setu, Kecamatan Setu, Tangsel, Rabu (13/3/2019)

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Nasib nahas dialami oleh bocah berinisial ZKA yang tewas terbakar saat dipasung di dalam rumah kontrakannya.

Bocah berusia 10 tahun itupun tewas hangus terbakar di dalam rumah kontrakannya di Gang Sayur Asem, Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan.

Korban ZKA tidak bisa menyelamatkan diri dari kebakaran lantaran kakinya dirantai oleh orangtuanya.

Kebakaran yang terjadi pada Minggu (17/11/2019) itu diduga beradal dari kompr gas.

Dirumah tersebut, ZKA hanya tinggal bersama ayah kandungnya, sedangkan ibu kandung ZKA, dikabarkan sudah meninggal dunia sekitar 40 hari lalu.

ZKA sudah sekitar tiga bulan menghuni kontrakan berukuran 3x6 bersama sang ayah.

Menurut warga, kebakaran di rumah kontrakan ZKA dan ayahnya itu sebelumnya pernah juga terjadi kebaran.

Namun, beruntung api berhasil dipadamkan sehingga tak sampai membesar.

"Sebulan sebelumnya juga pernah kebakaran, cuma masih sempat dipadamin," ujar tetangga korban, Rida di lokasi, Senin (18/11/2019) dikutip TribunnewsBogor.com dari Tribun Jakarta.

Namun, kebaran kali ini berakhir tragis lantaran menewaskan ZKA bocah berusia 10 tahun yang tengah dipasung di dalam rumah kontrakannya.

ZKA sudah sejak lama dipasung oleh orangtuanya

Orangtua korban dikabarkan terpaksa memasung sang anak lantaran memiliki kebutuhan khusus.

Korban sangat hiperaktif, sehingga terpaksa dipasung sementara sang ayah harus bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Saat terjadi kebakran, diduga korban ZKA sedang seorang diri di dalam rumah kontrakannya.

Rumah kontrakan yang hangus terbakar di Gang Sayur Asem, kelurahan Setu, kecamatan Setu, Tangsel, Senin (18/11/2019) (Tribunjakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)

Rida menduga kebakaran di dalam kontrakan satu petak itu ada peralatan yang bisa menimbulkan api, seperti kompor ataupun korek.

"Ya karena bocah itu kan dia hiperaktif, mungkin lapar jadi dia ngutak-ngutik kompor, kan kepantik api," ujarnya.

Menurut Rida, korban ZKA dan ayahnya baru pindah ke Gang Sayur Asem sejak tiga bulan lalu, sekitar bulan Agustus.

Sebelumnya mereka diusir dari kontrakan sebelumnya dekat kantor kelurahan Setu, sekira dua kilometer dari kontrakan yang baru.

"Yang sebelumnya pindah karena diusir sama warga yang lain," ujarnya.

Malam hari setelah kebakaran, jenazah ZKA langsung dimakamkan atas bantuan warga sekitar.

Ruspianti (45), warga sekitar, menyaksikan api membakar kontrakan ZKA dan ayahnya.

"Itu anaknya di dalam, mungkin enggak bisa keluar kali ya. Dia kan kakinya dirantai," ujar Ruspianti.

Saat jenazah ZKA yang terbakar dievakuasi oleh petugas, kakinya tertinggal.

Ia menduga kaki korban putus saat berusaha keluar rumah saat kebakaran.

"Pas dibawa itu kakinya ketinggalan yang dirantai. Terus dibawa dimasukin ember kakinya," Ruspianti menambahkan.

Sementara itu, ayah korban diperiksa oleh apart kepolsian Polsek Cisauk untuk diminta keterangannya terkait kasus kebakaran tersebut.

Pernah Dirawat Sementara Dinas Sosial

ZKA pernah dirawat oleh Dinas Sosial Tangerang Selatan.

Namun, ZKA dikembalikan oleh pihak Dinas Sosial kepada orantuanya yakni Suhin dan Wagiani saat itu.

Sebab, perawatan Dinsas Sosial hanya bersifat sementara.

Zidni Khoiri Alfatiri (10) sedang berlarian di pelataran rumah singgah Dinas Sosial (Dinsos), Kademangan, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (14/3/2019). (TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)

Dengan catatan, bocah berkebutuhan khusus itu tidak lagi dirantai.

Teryata, orangtua korban kembali merantai anaknya hingga peristiwa yang tidak diinginkan ini pun terjadi.

Hingga akhirnya kabar mengagetkan tersebar pada Minggu (18/11/2019) karena ZKA meninggal terbakar.

Jasad ZKA hangus dan saat ditemukan kakinya masih terikat rantai.

Alasan ekonomi

Ekononi menjadi alasan orangtua ZKA memasung putrinya yang berusia 10 tahun itu.

Kepala Dinsos Tangsel, Wahyunoto Lukman, saat itu mengatakan alasan pemasungan karena orangtuanya secara ekonomi tak mampu menangani ZKA.

Kemiskinan akhirnya membuat orang tuanya tak pikir panjang untuk memasung ZKA agar tidak mengganggu orang lain.

"Ini karena ketidakmampuan ekonomi keluarga, kemudian motifnya agar tidak menggangu orang lain," terang Wahyunoto, pada Rabu (13/11/2019).(*)

(TribunnewsBogor.com/Tribun Jakarta)

Berita Terkini